Thursday, November 13, 2008

kaos kesasar

Sebulan lalu, di tengah euphoria orang-orang nonton Laskar Pelangi, gw berani tampil beda. Gw pilih nonton Cinta Setaman. Ga pake ngantri, ga pake desek-desekan masuk theatre. Gw melenggang kangkung di BTC XII, menonton bersama 20an penonton buangan Laskar Pelangi.

Gw males ngreview filmnya meskipun the Belah Duren Hotness, none other than Julia Perez, ikutan main. Yang jelas, di film ini gw temuin salah satu cameo paling ga penting dan mengganggu dalam sejarah perfilman Indonesia: Johnny Iskandar sebagai pedagang obat Madura yang gaya jualannya sok-sok orasi ['Siapa mafianya? Siapaaaa???']. Yang menarik perhatian gw justru kostumnya yang khas Madura: surjan item polos, celana item longgar dan kaos putih garis merah.

Dari jaman gw masih baca Bobo sampe sekarang baca FHM, orang Madura selalu diilustrasikan dengan kostum seperti itu. Kadang plus kumis melintang. Dan seakan belum cukup intimidatif, ditambah lagi golok segede gaban [meskipun maksudnya buat potong sate].
Gw jadi mikir aja. Kalo semua pria di Madura berpakaian serupa, kaos putih garis merah [selanjutnya disebut KPGM] akan jadi item wajib di lemari mereka. Dan mestinya KGPM bisa dengan mudah ditemui di semua pasar, toko hingga mall di Madura. Gw bayangin ada KGPM yang bahannya biasa aja buat kaum proletar. Ada yang bahannya bisa nyerep keringat buat yang aktif dan bergairah [secara minum ramuan Madura tiap hari]. Buat esmud yang super sibuk, tersedia versi disposable yang anti bakteri dan dilengkapi deodorizer. Buat pasar high-end, ada KGPM dari bahan sutra alam dengan designer brand seperti Ci Gucci ato Da Prada Tak Iye. Buat kaum muda yang technologically-savvy, tersedia KGPM dengan GPS, dan built-in camera 3.5 MP[hayahhh].

Gw bingung aja gitu. Surjan item, celana longgar dan golok masih bisa diterima. Tapi KGPM jelas bukan budaya asli Indonesia. Trus, gimana judulya dia bisa nyampe Madura dan ngetrend di sana? Ada yang tau gimana???

it rhymes!

This is so hilarious! Dua video ini dirilis dalam waktu yang hampir bersamaan, dan punya tema yang hampir sama: bertukar peran.



Beyonce’s Sasha Fierce’s If I Were A Boy
Pertama denger judulnya, gw pikir ini bakal jadi satu lagu tipikal Destiny’s Child yang racy tentang pembalasan atau being Miss-Independent. Ternyata, jauh Karangmalang dari Merapi, jauh panggang dari api. Di lagu ini Beyowulf pengen ngrasain sehari aja jadi cowok yang bisa perlakuin cewenya semena-mena. Dan, dia minta si cowok rasain gimana jadi cewe, biar bisa perlakuin cewenya lebih baik. Awwww…

Video ini diawali dengan Queen Bee beraksi sebagai polisi wanita, yang tampaknya dengan tepat menggambarkan imajinasi banyak pria. Di bagian tengah, ada adegan ganti baju. Rada kebelakang, ada adegan Beyonce berantem ama cowoknya. Dan abis itu, kembali ke peran semula. Video ini jelas bisa menimbulkan rasa bersalah bagi kaum pria. Tapi tenanglah, di akhir video Beyonce bilang ‘But you’re just a boy.’ Yes guys, we’re just boys! We can do whatever we want. Yayyy!!!



Usher’s Trading Places.
Pertama kali ngeliat video ini, gw langsung berkomentar, ‘Opo to iki, saru tenan….’ Tapi liriknya lucu juga. Si Usher teh minta ceweknya ngejemput dia, ngajakin kencan dan ujung-ujungnya sudah pasti, ngajak ke ranjang. Trus, besoknya Usher yang bikin sarapan dan rapiin ranjang buat si cewek. Bagian yang paling menggelikan adalah ‘I’m always on the top, tonight I’m on the bottom, cause we’re trading places’. Dan bagian ini diiringi visualisasi yang sangat gamblang [Horeee!!!].

Kesimpulan
Pada akhirnya, dua video dengan konsep serupa ini jauh berbeda hasilnya. Beyonce berdarah-darah minta dihargai pria, sementara Usher menunjukkan bahwa guys are only about Sex, Sex, and Sex. Bikin gw heran kenapa John Gray bilang Men are from Mars, and Women are from Venus. I think it’s should be the other way around, because the only word that exactly rhymes with Venus is: Penis.

Tuesday, October 21, 2008

Ngelenong Nyok pagi ini


Adul: 'Eh, lu ga dapet telpon tuh? Dari Tata Dado, mau minjem muka!'
Melani Ricardo [Tata Dado wannabe, saking wannabe-nya sampe operasi plastik mirip Tata Dado]: 'Heh! Muka boleh Tata Dado, body dong, Tata Young!'
Bedu: 'Oh, muka boleh Tata Dado, body Tata Kota!'


Inilah alasan gw telat berangkat ke kantor. Jam 8 ampe 8.15 ngeliat opening monologue dan dance-nya Ellen. Jam 8.15 ampe 8.30 nonton Ngelenong Nyok. Baru mandi.

Yah, mo gimana lagi, a cheerful morning makes my whole day!

funeral home in a bottle

Gw pernah nulis gimana aroma tertentu bisa ingetin kita akan suatu tempat, suatu masa, seseorang, bahkan bawa kita pada perasaan tertentu. Makanya udah bertahun-tahun gw pake Hugo Boss In Motion, biar baunya makin identik ama gw. Jadi mau di Atambua, Lubuk Pakam, atau di Timbuktu, kalo orang ngecium baunya bakal langsung keingetan gw. [Idih...] Dan adalah Demeter Fragrance Library, satu perusahaan yang menciptakan wewangian berdasarkan aroma-aroma sehari-hari yang akrab dengan indera penghidu kita. You would not believe what thay have invented so far.

Wewangian yang diciptakan Demeter FL memang dimaksudkan buat membangkitkan memori seseorang akan sesuatu, tempat tertentu atau waktu tertentu. Selain parfum, mereka juga bikin body lotion, shower gels, exfoliant scrubs dan penyegar ruangan. Di bawah ini beberapa aroma yang sudah mereka botolkan.

- Berbagai macam makanan.
Dimulai dari berbagai bahan makanan seperti Caramel, Almond, Green Tomato, Condensed Milk, Mushroom hingga Black Pepper. Ada juga wewangian kue-kue seperti Apple Pie, Birthday Cake, Cinnamon Bun, Chocolate Chip Cookie, Banana Flambee, Sticky Toffee Pudding hingga Waffles dan Waffle Cone. Beberapa minuman seperti Frozen Margarita, Cappucino, Gin and Tonic, Green Tea, Pink Lemonade dan Martini. Bahkan, mereka juga berhasil mengabadikan aroma kari , Lobster, sampai Sushi! Bahkan mereka taruh resepnya di botol...

- Berbagai benda.
Yang dimaksud benda di sini berkisar dari benda-benda ‘normal’ (Baby Powder, Bamboo, Suntan Lotion), benda-benda ‘setengah wajar’ (Crayon, Play-Doh, Glue, Paint, Pipe Tobacco, Holy Smoke, Holy Water), benda-benda ‘setengah gila’ (Clean Windows, Paperback, dan Earthworm!), sampai benda-benda ‘gila’ (Dust and Dirt). Gw inget satu adegan di film Perfume, di mana Jean Baptiste Grenouille jadi frustrasi karena tidak berhasil mengekstraksi bau dari batu. Dan, entah gimana, Demeter berhasil memadukan berbagai essential oils menjadi wewangian Dust and Dirt. Sedikit membingungkan, karena orang juga ga ngerti gimana bau tanah itu. Tapi begini kata mereka ‘People will occasionally say “This doesn’t smell like Dirt to me…” Well, where did they grow up? Arizona? Georgia? The South of France? Obviously then our Dirt isn’t going to smell like dirt to them, as Demeter’s Dirt was made to smell exactly like the dirt from the fields around the Pennsylvania family farm belonging to our founding perfumer’. Wow, then.

- Berbagai tempat dan waktu.
Seakan membotolkan benda-benda tidak cukup, Demeter berhasil membuat wewangian yang mengingatkan kita akan tempat-tempat, seperti Laundromat, Funeral Home, Steam Room, Green House, Wet Garden bahkan Swimming Pool. Juga waktu dan suasana tertentu seperti Rain, Snow, Salt Air hingga Spring Break.

Gw keabisan kata-kata. They really wowed me. Wow. Wow. Wow. Idung mereka bener-bener berOQ tinggi [Olfactory Quotient]. Pertanyaannya, apakah ada orang yang mau pake parfum-parfum tadi? Ada! Clint Eastwood dan Kate Moss ngaku pake Demeter's Dirt, sementara Drew Barrymore pake Gin and Tonic. Bahkan mereka merekomendasikan untuk mengombinasikan wewangian-wewangian tertentu, misalnya Pop Corn + Dust + Bubble Gum + Rubber = Movie Theater.

Kalo kata anak-anak sekarang, ini gokil, sob....

Ngomong-ngomong, kalo bisa request, kira-kira wewangian apa ya yang gw pingin mereka parfumkan? Hm...
Pertama, Ayam Jahe Mama. Represents kehangatan dan cinta tanpa pamrih [secara gratis!]. Juga merupakan obat selesma yang mujarab.
Kedua, Bau kompor minyak yang abis dimatiin. Adalah lambang kesederhanaan tahun 90an [?].
Ketiga, kue lekker isi pisang coklat Pak Kumis yang udah jualan dari zaman gw SD sampe sekarang. Melambangkan niat teguh dan tekad baja dalam memanjakan lidah anak-anak sekolah di Kutoarjo [hayahhh]
Keempat, aroma bayi yang merupakan gabungan sabun bayi, bedak bayi, minyak telon dan ASI. If innocence has a smell, this is how it would smell like. Tapi kalo gw yang make mah tetep, jadi aroma kebejatan dan kedurhakaan. Hohoho.

Wednesday, October 08, 2008

I'm bald. So what.

Gw menerima beberapa respons untuk post gw beberapa waktu lalu, baik tertulis atau tidak tertulis, baik bermoral maupun amoral. Ini beberapa di antaranya.
‘Kok kaya ada pyramid di kepalamu?’ Iya dong! Ga ngeliat tuh Brendan Fraser dateng naik onta, mau cari mummy?
‘Rambutmu kaya tumpeng’ Kayanya Clay Aiken mau syukuran anak barunya di Bandung. Kepala gw tumpengnya.
'Sisiran kok bermenit-menit, jangan-jangan gejala OCD' Duh, saya memang pengidap OCD - Oh Cakepnya Diriku -, makanya betah di depan kaca.
‘Potongan rambutnya bikin jidat makin kaya lapangan golf’ Oh, yeah. Tiger Wood is on his way to make his first stroke on my head.

Sebenernya foto-foto kemarin sedikit dramatized, karena angle webcam gw yang bikin rambut tampak makin memuncak. Yang jelas, minggu lalu dalam rangka ‘memperbaiki’ rambut gw bela-belain mudik Lebaran biar bisa ke salon Mas Iyan. Tapi kayanya akibat puasa [dan mungkin PMS], Mas Iyan rada ga fokus motongnya. Rambut gw pun jadi kaya gini:

Looks pretty much the same? It does! Except that it’s evem more compatible untuk cuaca Jogja dan Bandung yang sedang menggila panasnya, rambut makin cepat kering setelah keramas dan gw merasa semakin merdeka.

Asal tau saja, at this point, I have moved into a higher level of self-acceptance, self-conceptualization dan self-actualization [opo to Mas???]. Gw sadar sepenuhnya bahwa kebotakan adalah jalan hidup gw, dan gw mau menikmatinya. What matters is not what’s ON my head, but what’s IN it [emang ada isinya gitu?]

Sekarang, memang rambut gw masih bisa diotak-atik. Dipendekin dikit, mirip Adam Levine di video Goodnight Goodnight. Panjangan dikit, I can still manage to have this hairstyle:

Or this.


Tapi, tebak-tebak buah manggis yuk! Kira-kira berapa tahun lagi gw bakal bernasib seperti Jude Law?



Dan fase selanjutnya, kapankah gw akan punya potongan rambut Andre Agassi?


Yang jelas gw ga akan punya bald mullet as of Michael Bolton or Adrie Subono. Itu seperti satu bentuk penyangkalan, sebenarnya. Dan gw ga mau bikin ayam jantan berkokok 3 kali. Jadi, terserah orang mo bilang ato ngehina apa, I’ll just take it like a man and live with it. Jadi, menggonggonglah anjing-anjing, kafilah ini akan terus berlalu. Dan gw dengan bangga akan bilang: I’m Bald. So What.’ Terima kasih.

incomprehensible things, Pt. 2

I AM an Indonesian Idle. Mungkin itu sebabnya, ada beberapa hal yang gw ga bisa ngerti tentang American Idol.

Juri keempat American Idol.
Setelah ratingnya anjlog di season terakhir, Nigel Lythgoe pun dipecat. Dan ada satu lagi perubahan, American Idol kedatangan satu lagi juri baru: Kara DioGuardi.
Kara sudah malang-melintang dalam dunia rekaman, dan yang pasti enak dilihat. Dengan hadirnya Kara, bakal ada empat juri di American Idol, seperti halnya pada X-Factor dan [aduh…] Indonesian Idol dulu. And if you’re asking what will happen if the judges are split 2 to 2, Simon Cowell will be the decision maker! Which is good, because I think he’s the only judge with some active brain cells left.

The Nipples.
Di season lalu, Jimmy Kimmel menghajar habis Simon Cowell dengan introduksinya yang 80% berisi punchline. It was so hilarious, that I downloaded and watched it over and over. Simply one of my favorite Idol moments. My favorite quotes were:
‘Actually a lot of people were asked to introduce him, but no one else would do it’
‘I know you’ve had that black V-neck since the 4th grade, but it’s time to let it go’
‘Who parts that hair for you? Moses?’
‘He supports PETA, against cruelty to animals. Simon feels strongly that cruelty should be reserved for the contestants on the show’
And of course:
‘His nipples are the size of pepper mills, on many nights it looks like he’s smuggling the Olsen twins under your shirt’.

Jimmy was not joking, he was just telling the truth.And Ryan was just lucky that Jimmy did not know his nipples are as big as Simon’s.

Dulu Personal Assistant saya mengajarkan permainan favoritnya dengan seorang finalis L-Men of the Year 2008: Tebak Puting a.k.a Spot the Nipples. Well, in this case, you would not find any difficulty spotting them.

Clay Aiken punya anak.
Setelah Ricky Martin punya anak kembar dengan pinjem rahim seseorang who supposedly was his cousin, Clay Aiken ga mau kalah. Dia baru punya bayi. Dengan inseminasi buatan tentunya. The next thing, he was paid 500 grand for People’s cover and coming out. Dunia ini semakin membingungkan.

Ryan Seacrest.
The smile. The hair that not even a hurricane can blow away. The lack of improvisation. The unfunny jokes. BORING.

Kristy Lee Cook.
David Cook made selling records on ITunes. David Archuleta’s single got many positive reviews. And Kristy Lee Cook is the first Season 7 finalist to release an album? D’oh.

selangkah lebih maju

Beberapa tahun lalu, gw bikin satu vector yang menuai beberapa pujian dari orang-orang di sekitar gw.

Well, apparently someone has gone one step further and came up with this:

Saya mengaku kalah. He/she is smarter, hands down. This is a masterpiece, absolutely the state of the art.

Saturday, September 27, 2008

incomprehensible things

Secara gw udah seperempat abad sekarang, mestinya semua orang mengharapkan gw udah tambah cerdas dalam menerima dan mengelola informasi. But I'm sorry to say that you better keep your fingers crossed. There are things that I just can NOT understand. The more I think of them, the more I don't get them.

Sarah Palin
What is a difference between a hockey mom and a pit-bull? Lipstick!
I’m just wondering how a self-proclaim lipstick-wearing pit-bull draws even more attention than Obama? Gw harus setuju dengan Russel Brand, Sarah Palin is a VILF [Vice Precident I’d Love to Fumble, Fondle, or Whatever], tapi gw ga ngerti kenapa media memuja dia berlebihan. I’m glad that Lynne Spears finally took a stand. Why should you support someone who promotes abstinence-only sex education, yet her OWN daughter was pregnant before married? Saya bingung. Well, actually I personally think the whole presidential running this year is like a crappy soap-opera.

Ngemeng-ngemeng, I was even more surprised that Sarah Palin is NOT the hottest politician in the US. They have Carey Torrice! And maybe Gavin Newsom. Yang jelas, they are politicians that happened to be good-looking. Bukan fame-whore celebrities yang rame-rame daftar jadi caleg atau calon bupati, i.e Primus, Rachel Maryam, Syaiful Jamil, atau Zarima. Ah, mereka lebih susah lagi dimengerti.

Crocs

Gw ga peduli sepatu ini bikin banyak anak kejepit di eskalator. Gw ga peduli kalo sepatu ini enak dipake. Gw ga peduli kalo sepatu ini mahal. Yang jelas, buat gw Crocs itu jelek! Apapun modelnya, still they’re ugly. Beyond ugly. Fugly. I rest my case.

PETA
People for the Ethical Treatment of Animals kirim surat ke perusahaan es krim Ben & Jerry's, urging them to replace cow's milk they use in their ice cream products with human breast milk! PETA officials said a move to human breast milk would lessen the suffering of dairy cows and their babies on factory farms and benefit human health. Well, DUH! I think they’ve gone too far on this.
And one more thing, have they ever heard of soya milk?

David Blaine
Gw ga pernah nganggep dia sebagai entertainer. Buat gw, dia gila. However, gw harus bilang kalo aksi-aksinya emang mengagumkan. Kecuali, his latest stunt that was so lame….
Dia bilang bakal digantung dengan kepala di bawah, selama 60 jam. Dokter peringatin kalo dia bisa jadi buta, or worse: dead. So what did he do? Dia ngambil istirahat tiap beberapa jam. Hal ini secara otomatis mengundang ‘BOO’ dari penonton. Bahkan temen-temennya ga bisa ngerti. Apalagi gw.

Tetangga
Kayanya gw udah cukup terheran-heran dengan tetangga kos gw [entah suami istri sah ato domestic partner], yang suka tengkar malem-malem sampai pagi,di luar kamar mereka. Sekarang, gw kedatengan satu tetangga yang bikin gw lebih bingung lagi. Setiap hari dia puter lagu kenceng-kenceng, dengan jendela kebuka. Awal dia masuk, lagunya kebanyakan jazz instrumental. Besoknya, dia puter lagu campursari. Hari berikutnya, random picks of R n B music, diikuti dengan lagu Sunda. Hari berikutnya all-Indonesian playlist, termasuk Angkasa Band, Merpati Band, Kangen Band dan Ada Uang Abang Disayang-nya Lusi Rahmawati. Hari berikutnya dia puter Especially for You. Dan ada satu waktu dia puter 5 kali lagu Dewiq yang bete bete bete bete bete bete bete bete ah. Ya, dia mungkin ga bisa baca peraturan buat ngejaga ketenangan rumah kos. Tapi dia berhasil baca pikiran gw. BETEEEEEEEEEEE!!!!!!!!!!!

Peserta The Moment of Truth.
The Moment of Truth adalah kuis yang menguji kejujuran seseorang. Sebelum acara direkam, peserta terlebih dahulu menjawab puluhan pertanyaan dengan poligraf, tanpa dikasi tahu jawabannya dinilai bohong ato gak. Kemudian, saat acaranya direkam, beberapa pertanyaan diajukan dan dia harus ngejawab semuanya di depan keluarga, pasangan, dan sahabatnya. Kalo dia berhasil jawab semua pertanyaan, 500.000 dollar jadi milik dia.

Awalnya, pertanyaannya masih biasa-biasa aja, misalnya ‘Apa kamu pernah curi uang di tempat kerja?’ ato ‘Apa kamu ngerasa lebih cantik dari adik kamu?’. Pertanyaan jadi makin pribadi seiring dengan makin besarnya hadiah, seperti ‘Apa kamu menyesal putus dengan mantan pacarmu?’, ‘Apa kamu pernah bohong saat pengakuan dosa?’, atau ‘Apakah kamu pernah melakukan seks demi uang?’.

So there was one contestant that has made it so far, dengan menjawab secara jujur pertanyaan ‘Apa kamu masih mencintai mantan pacarmu?’, ‘Apa kamu menyesal menikahi suamimu?’, ‘Apa kamu pernah berhubungan seks dengan orang selain suamimu setelah menikah?’. She truthfully answered ‘Yes’ for all those questions, leaving her family shocked and devastated. Tapi satu pertanyaan tidak dijawabnya dengan jujur. ‘Apakah kamu merasa kamu adalah orang yang baik?’, to which she answered ‘Yes’. Dia harus pulang tanpa uang, dengan keluarga di ambang kehancuran. Dan pembawa acaranya menyimpulkan bahwa di dalam diri peserta itu masih ada penyesalan, dan mungkin dia belum bisa memaafkan dirinya sendiri. By far, that episode was the most dramatic, bahkan hampir ga jadi disiarin.

Gw ga ngerti gimana orang rela membongkar semuanya, menukarkan keutuhan keluarganya dengan uang. Tapi satu yang gw suka, bahwa kejujuran masih dihargai di dunia. – lebay –

Wednesday, September 24, 2008

Mr. Independent

Bulan lalu, semua orang berbicara soal bangsa kita yang belum sepenuhnya merdeka, meskipun merayakan Hari Kemerdekaan ke-63. Same old story [karena selalu jadi topik tiap tahunnya], but sadly is stil true. Speaking of independence, I am gladly saying that I'm no longer living under slavery. Yes,this is my declaration of independence: I'm sooo over comb-over!
Rambut gw telah menyiksa gw abis-abisan berbulan-bulan. Setiap pagi lajang [every single morning], I had to undertake a frustrating series of process. Diawali dengan blow dry selama beberapa menit, sambil memanaskan straightening iron. Once the hair reaches appropriate humidity, proses penyetrikaan dimulai. Meskipun hasilnya mengagumkan, ini adalah proses yang paling menyebalkan. Secara, beresiko menimbulkan trauma suhu panas pada kulit muka dan leher. Proses selanjutnya adalah waxing, yang diawali dengan menyisir dan membelah rambut dulu. Wax dioleskan berturutan dari sisi kiri, kanan dan tengah. Kemudian, semua diarahkan ke atas, layaknya Guille dalam Street Fighter. Baru disisir dan dibentuk dengan jari hingga jatuh sempurna. Rangkaian instruksi yang panjangnya melebihi kitab Sutasoma ini bisa makan waktu lebih lama dari ritual mandi gw [cuci muka, gosok gigi dan bersabun 2 x]. And this, is INSANE! Ini romusha! Tidak seharusnya pria karir Indonesia menderita seperti ini! Atas nama kemanusiaan, penjajahan harus dihentikan!

Sayangnya, seiring berjalannya waktu titik terang tak kunjung tiba. Departemen Pemberdayaan Pria tak jua turun tangan. Segala sesuatunya justru makin suram dengan makin panjangnya rambut gw, yang otomatis memperlama keseluruhan langkah yang mengundang misuh tadi. Ditambah lagi, akhir-akhir ini sepertinya Gurun Sahara buka cabang di Bandung. Hareudang pisannnn!!! Hamba tak tahan lagi... Sampai akhirnya, gw melakukan terobosan.

Meskipun menjalani hubungan benci tapi rindu dengan Mas Iyan, gw tetap belum bisa berpaling. Sayangnya, Mas Iyan udah Pe-We di Jogja dan ga ada niat buka franchise di Bandung. Karena rambut gw makin menggila, dengan nekat gw masuk ke sebuah barber di tepi jalan. Tolong dicatat, barber, bukan salon! Dengan hati-hati gw menginstruksikan si Bapak untuk mengurangi bagian samping dan belakang kepala saja sementara bagian atas dibiarkan aman tenteram sejahtera. Berkali-kali gw minta dia potong dikit aja, biar tetep imbang ama atasnya. Tapi, mungkin karena definisi dikit kami berbeda, si Bapak mencukur tipis bagian samping dan belakang, sementara bagian atas tetap mengembang. In such case, Mas Iyan akan mengurangi volume bagian atas rambut, tanpa mengurangi panjangnya [percayalah, hal itu mungkin dilakukan]. Tapi Bapak ini sepertinya bahkan tidak tahu apa itu volume. Gw nyerah. Bayar, dan pulang.

Awalnya, rambut tampak baik-baik saja. Dua hari kemudian, mulai tampak aneh. Dan yang jelas, proses tak waras tiap pagi masih harus terus dijalankan. Akhirnya, gw mengikuti jejak Victoria Beckham. Gw ambil keputusan ekstrim. Satu langkah yang kecil bagi gw, tapi satu langkah besar bagi rambut gw. Gw balik ke barber, minta model faux-hawk!!! Sebenernya, gw bilang minta rambut gw dijabrik, karena gw YAKIN si Bapak ga tahu apa itu faux-hawk.

Untuk mempermudah si Bapak mengerti instruksi, dengan malu-malu gw tunjuk gambar [Ya Tuhan....] Bryan McFaggotFadden di poster model-model rambut di dinding. Si Bapak ngangguk, dan dengan takut-takut mulai motong rambut gw. Sambil sesekali dia ngelirik si Bryan. Kali ini, to make sure he didn't screw it up again, gw bolak-balik arahkan dia. Kurang dari 10 menit, rambut gw beres, dan gw harus bayar FULL ongkosnya. Ga ada garansi-3-hari seperti di Mas Iyan. Ah sudahlah, yang penting urusan rambut bisa dianggap beres. Case closed. I won.

Dengan demikian, gw tidak lagi diperbudak oleh penjajah 50 Watt bersuhu 180 derajat Celcius. Now I'm sporting a much shorter hairdo, the shortest in 3 years! Gw tampak lebih segar. Bentuk dan tekstur rambut bisa compliment bentuk kepala gw. Dan yang paling penting, sebagian besar langkah jahanam tadi bisa dilewatkan. Langsung di-wax, and I'm ready to go! So here it is, the treat for the ladies, and the threat for the men.



Ohhhhh, aku serasa hidup baru... Bagaikan kupu-kupu meninggalkan kepompong dan membumbung ke awan... Dunia terasa jauh lebih indah... Seperti naik kuda poni, berlarian di atas pelangi, dan tatanan rambutku tak bergeser sama sekali... Senangnya..... Aku bahagia hidup sejahtera di katulistiwa -menangis sambil menari berputar-putar-

Dengan demikian, I'm officially leaving Asosiasi Pria Pengguna Flat Iron. Zac Efron, Pete Wentz, Ian Kasela, teruslah berjuang.... I QUIT! Ryan Seacrest, Josh Duhamel, Blake Lewis, Jimmy Neutron, and all faux-hawkers in the universe, I'm jumping on board!

Monday, September 22, 2008

Belle Du Jour #1

Apa yang bisa dilakukan seorang desperate blogger buat narik perhatian dan sekedar mengupdate blog? Banyak!
Putus-asa Level 1: Simply menuliskan satu kalimat: 'Gak mood.' 'Abis ide.' Ato 'Hiatus.'
Putus-asa Level 2: Menulis sesuatu tentang keengganan menulisnya [aneh, tapi banyak blogger yang melakukannya].
Putus-asa Level 3: Giving useless information, which I'm an expert at.
Putus-asa Level 4: Copy paste tulisan orang.
Putus-asa Level 5: Pasang foto-foto semi atau full telanjang diri sendiri.
Putus-asa Level 6: Quit blogging, which has crossed my mind, but for the sake of humanity I had to discard.


I have to admit that I AM a self-loving, self-centered, attention-craving blogger. In the other hand, setelah heavily photoshopped foto-foto tuna busana gw sebenernya sudah layak tayang di Playgirl. Tapi aku tidak sehina itu!!! Terlebih lagi, alangkah hina, dina dan lina-nya kamera yang harus motret gw tanpa busana. Jadi, lebih baik bikin satu tema baru di blog ini: Belle Du Jour!!!

Di tema ini, kita bisa bersyukur bahwa Tuhan adalah desainer yang cerdas dan baik hati, that He gave us eye candies to enjoy. Ya! Tema ini menampilkan makhluk-makhluk Tuhan yang tercipta yang paling indah. Dan tenang saja, gw bukan Ahmad Dhani jadi ini jelas bukan tentang Mulan Jameela. Tadinya sih mau bikin topik Homme du Jour. Tapi dengan kenyataan bahwa gw sangat mencintai diri sendiri, pastinya bakalan foto gw melulu yang muncul. Jadi ini dia, Belle Du Jour yang pertama: Mary Elizabeth Winstead.


Contrary to popular belief, gw ga hanya tertarik pada wanita berkulit gelap dengan rambut hitam tergerai dan kaki panjang. Our very first Belle Du Jour is a brunette white girl, meskipun teteup, kakinya panjang. She instantly captured my heart when I watched Bobby, jadi pelayan yang diperebutkan Shia LaBeouf dan Brian Gerraghty.

My next encounter adalah saat menonton Death Proof, where she donned a yellow cheerleader uniforms. She is an evidence that someone can be cute and hot at the same time. This. Is. Irresistible.


Abis nonton, penghuni kamar sebelah ngomel-ngomel ke gw karena kamarnya ikut kebanjiran iler.

Penampilan lain adalah di Final Destination 3, yang menobatkannya sebagai scream queen. Juga sebagai pretty villain di Sky High. Terakhir, sebagai anak John McClane di Die Hard 4, yang tidak gw tonton karena sangat menyakitkan untuk menonton Bruce Willis. Serasa melihat masa depan rambut gw. Ouch.

That's all for today. Kalo kata Thukul mah lumayan, tombo ngantuk... Kalo masih ngantuk juga, sebagai bonus gw kasih the Girls of Death Proof! Another reason to love Tarantino and Rodriguez: their incisive instinct in casting female actors. Rrrrrr....

Friday, August 29, 2008

Agnes, godain kita dong....

Gw mo keluarin satu pernyataan sensasional.
'Ini video klip Indonesia dengan eksekusi terbaik yang pernah gw liat'


Perlu dicatat, eksekusi-nya aja. Karena secara konsep, buat gw video ini ngambang dan comot sana-sini.


Bagian intro-nya mirip Umbrella-nya Riri.
Bagian burlesque-ish di ruang make-up bau-bau Pussy Cat Dolls.
Agnez di kotak kuning ingetin ama satu video tapi gw lupa. Maddona?
Bagian nari-nari di asylum mirip Sweet Escape-nya Gwen Stefani.
Bagian terakhir dan paling dahsyat, tarungan dan ngilang di gurun, sangat Jumper.

Meski demikian, penggarapannya maknyos! Selamat buat Dimas Jay, ini pencapaian terbaik dalam sejarah video musik Indonesia. Kalo aja masih ada Video Musik Indonesia-nya Dian Nitami ituh, Godai Aku Lagi bakal jadi a tough contender. Budget yang dikeluarkan jelas mahal, tapi tepat sasaran dan tepat guna. Ga kaya video Mulan Jamilah Bukan Jamidong yang ratusan juta tapi biasa aja ituh. Pantesan videonya Matahariku mediocre banget. Mungkin ngirit, biar bisa jor-joran di video ini.

Lyric-wise, tidak bisa dibilang terpuji. Tapi, jauh lebih baik daripada band-band kacangan yang liriknya kaya puisi anak kelas 4 SD yang dikasih nilai 6 oleh guru Bahasa Indonesianya.

Music-wise, sound-nya sangat Timbaland. Bahkan suara cowok nge-rap di tengah lagu mirip Timbaland di Sexyback. Melodynya ga se-catchy Bukan Milikmu Lagi, sehingga kecil kemungkinan dinyanyikan di babak Workshop Indonesian Idol. Aransemennya juga ga seluarbiasa Tak Ada Logika yang gw bilang 'ajaib'. Tapi ini jelas penyegaran bagi dunia musik Indonesia, yang tengah diramaikan suara penuh polesan teknologi menyanyikan Oh Baby, atau band berpenampakan emo tapi musik Melayu.

Dance-nya ajib. Terlalu dahsyat malah, dan bakal bikin Agnes rajin lip-sync. [kemarin udah lip-sync pertama kali di ulang tau RCTI]. Ngemeng-ngemeng, Shanty itu dance-nya ga dahsyat, tapi ga pernah lip-sync lho. [Njuk ngopo...]

Overall, ini patokan yang sangat tinggi, yang bakal susah disaingi penyanyi wanita Indonesia manapun. Gw bangga dan ga malu bilang kalo Shak Heart Agnes Monica. Jadi, selamat berjuang, Mei! Doaku besertamu.

Tuesday, August 12, 2008

buah pemikiran perjaka ting-ting gepuk


Sex Saves!
Ini semacam 'Jesus Saves!' thing. Seks menyelamatkan perkawinan [atau menghancurkannya, tergantung kualitas seks itu sendiri]. Sex membebaskan Anda dari depresi dan gangguan jiwa lainnya. Ejakulasi 2-3 kali seminggu menghindarkan Anda dari kanker prostat. So, an apple and an orgasm a day will keep the doctor away. Oops, I'm just saying...

Save Sex!
This is a BUT statement dari pernyataan pertama. Sex dibuat untuk tujuan direkam dan diupload ke porntube beranakcucu, bertambah banyak dan memenuhi bumi. Dan semakin banyak orang sepertinya menyalahgunakan seks. Jadi, selamatkan sex! Keep it sacred dan kembalikan pada fungsinya semula!

Safe Sex!
Bukannya gw menyatakan bahwa menggunakan kondom akan melegitimasi Anda to have whatever kind of sex, with whomever kind of person [or object] and with whataver kind of style. Tapi semakin hari makin banyak gadis yang berakhir bagaikan Juno atau Allison Scott. Dan karena negative thinking lebih baik daripada positif hamil, jangan lupa teman-teman: Play safe! And for you gay guys, jangan lupakan STDs dan AIDS. Oh, and feces.

Demikianlah pemikiran naif seseorang yang masih perjaka ting-ting goes-goes dalam usianya yang ke-25 [dan bangga akan hal itu]. Dalam pembuatan vector ini gw melakukan riset kecil-kecilan. Eh, malah tiba pada situs ini dan ini. Boleh diliat lho. Kali aja ada yang berminat pesen yang berpendar-dalam-gelap.

PS: setelah sekian lama puasa posting, sekalinya nulis kok berbau seks terus. Kerasukan Naek L Tobing ato semata-mata keseleg kondom?

kos gw ada 'penghuni'nya

Dulu ada seseorang dengan kemampuan metafisik bagai paranormal tapi kejiwaannya jauh dari normal menyatakan rumah, bahkan kamar gw di Jogja ada 'penghuninya'. Setelah tidak dihuni sebulan lebih karena gw ke Balikpapan [dan Ibu Kos makan gaji buta], kamar A6 Kos Homey kedatangan 'penghuni' baru.

Bukan. Bukan Pastur Tanpa Kepala yang suka makan Jeruk Purut. Atau Suster Ngesot yang pengen make out sama Dokter Ngepot. Atau Kuntilanak yang pengen pinjem flat iron gw. Karena gw bukan Koya Pagayo a.k.a Nayato Fio Nuala a.k.a Pingkan Utari a.k.a Entah Siapa Lagi Alter Egonya. Beberapa jam abis gw landing [puih!] dari mobil travel, gw dihadapkan dengan penampakan biadab dua sosok di kamar mandi! Dua ekor cicak dengan asiknya mempertontokan adegan dari episode The Animal Planet: the Natural Urge of Undomesticated Neighborhood Animals. Kalo aja gw ada video camera, udah gw bikin sex tape dan edarin di internet. Sayangnya ga ada, jadi gw cuma bisa menyaksikan mereka bercinta. Bercinta layaknya Usher, yang wanna make love in the club and don't care who's watching. Bercinta dengan penuh hasrat. Doggy style. Di kamar mandi gw. Bayangkan. Dua sosok asing, bercinta di kamar mandi gw. Gw aja gak pernah! [Belum]

Dengan demikian pemirsa yang budiman, penghuni kamar gw bertambah 2 jiwa. Setelah menuntaskan hasrat badani, mereka segera menyucikan diri ke langit-langit, meninggalkan sekeping kotoran yang bisa dikelirukan sebagai meses. Mungkin sebenernya mereka pengen mandi besar dulu. Tapi masih tau diri. Udah numpang ML, masa pake numpang mandi juga. Duh... Kalo Ibu Kos tahu kalo penghuni kamar gw nambah, bisa-bisa gw dicharge lagi. Seakan belum cukup dia memeras seorang pria malang-tak-melintang ini bulan lalu.

Dan beberapa minggu kemudian, penghuni kamar gw tambah satu lagi. Kali ini bukan reptil pucat berkaki empat. Penghuni baru kamar gw tampak seksi, hitam dan metalik, mengkilat, rame, dan siap menemani gw 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Yes, people! Akhirnya! Setelah tiga bulan yang bercinta berdarah-darah [Aduh, terjemahan 'three fucking bloody months' itu apa ya?], Tuhan Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang menjawab doa gw 'Gusti paringana sabar TV 14"'.

Dan, seperti kebiasaan gw yang dulu-dulu, my latest hot item ini juga harus dikasi nama. Sempet gw minta masukan dari penasehat spiritual gw yang keasyikan bertapa di Adonara. Dia bilang, 'Tivi Jabrik aja!'. Aduh, ntar kerenan tipi-nya dibanding gw. So, I've been thinking. Item. Seksi. Mengkilat. Rame. Kok, kaya keingetan seseorang. Aha! Ini dia nama TV baru gw [drum rolls, audiences await in deafening silence]: Shanty!!!! Woohooo!!!

Akhirnya kekejaman Ibu Kos bisa gw balas dengan nonton TV 24 jam, dengan lebih dari 50 channel. Biar biaya listrik impas dengan kerugian yang ditimbulkannya bulan lalu. [Bang, ntar kena azab 'Jenazah Mati Melek Karena Kelamaan Nonton TV' lho...]

Ah sudahlah. Biarpun gak-penting, Si Delon Melon Dari Thailand itu ada benarnya juga. Semua indah pada waktunya. Dan satu kenyataan indah buat Penguin dan semua orang: gw bakal tidur ama Shanty tiap malam. Eat that, peeps!

Monday, August 11, 2008

self-exploding


An explanation of my lack of posts.

Ada yang tau, beli detonator buat kepala itu di mana?

Monday, July 21, 2008

a grown-up Archie



Ever wondered what will Gaspy Archuleta be like when he's grown up?
Kayaknya sih gw dapat petunjuk.

Ini dia, Kyle Chandler, the guy who gets tomorrow's paper today, juga Bruce Baxter yang njelehi di King Kong 2005.


How do you guys think?
Kayanya sih bakal begitu, asalkan Archie tidak terjebak dengan kebotakan, beer belly, a truck hat dan kenorakan dalam kadar memprihatinkan sehingga berubah menjadi ini:


PS: baru aja ngeliat versi Crazy-nya Archu, dan termehe-mehe. Benar-benar deh, a singing prodigy!

Sunday, July 20, 2008

kutukan belum berakhir

Ternyata piala bergilir Shak-mirip-siapa terus berganti pemilik. Setelah rangkaian pria malang yang kena kutukan sial dibilang mirip gw, masih ada pria-pria lain yang harus merasakan kejamnya takdir. Yah, kadang-kadang kejam juga buat gw.

Hingga update terakhir di blog ini, pemegang terakhir piala bergilir adalah Dude Herlino, lebih tepatnya saat berperan sebagai Dokter Rado dalam sinetron apa ya judulnya? Wulan? Intan? Wawan? Pasti serasa bagaikan tamparan yang dahsyat bagi dia [dan cambukan dengan kemoceng di bokong buat gw].

Dan kemudian, tanpa todongan pisau di lehernya, dan tidak under influence of illegal substances, seseorang mengirim gw sms yang berbunyi 'Shak, lagi nonton Smallville nih. Kok yang jadi Clark mirip kamu ya?'. Gyaaaa... Swooned instantly, dengan hidrosefalus akut dan hiperventilasi akibat euforia.

Demi permukaan bumi yang semakin memanas secara global, gw dibilang mirip Tom Welling!!! Woohoo!!!! [Meletupkan confetti dan menyemprotkan champagne ke seluruh penjuru]. Ini pencapaian terbesar dalam sejarah kepemilikan piala kutukan bergilir Shak-mirip-siapa. Perlu ditegaskan, gw ga keluar sepeser pun duit buat menyuap dia biar sms gitu. Mungkin stressor kelas berat di bagian Bedah Mulut RSGM Soedomo yang bikin dia setengah disorientasi.

Tapi tak berapa lama, kutukan beralih ke pria lain, yang hingga kini belum teridentifikasi. Di hari pertama gw di Rumah Sakit Balikpapan Husada, HR Manager datengin gw dan bilang 'Dok, perawat-perawat pada minta kenalan tuh. Katanya, ada cowok baru kok ga dikenalin, sok cool lagi. Mereka bilang mirip artis sinetron siapa gitu saya lupa.' Haduh. Siapa ya kira-kira? Darius dong, Darius... Mario Lawalata dong, Mario Lawalata.. Cinta Laura juga boleh. [hloh!]

Tapi layaknya nilai dolar yang naik turun begitu cepatnya, sudah ada lagi satu pria
malang yang dimirip-miripkan gw. Setelah Tom Welling yang membuat gw melambung tinggi melewati stratosfer, yang ini bikin gw terhempas lagi dengan dahsyatnya ke perut bumi. Suatu siang, operator telepon nelpon gw. Tadinya ngomongin kerjaan, ujung-ujungnya ngajak kenalan juga. Dia memprotes gw yang jarang senyum ama mereka. Yo piye yo mbak, akyu kan pemalyu... Dan tiba-tiba terlontarlah 'Eh tau gak, Mbah.. [Ihhh... belum-belum udah SKSD kasih panggilan kesayangan 'Mbah'], kata temenku Ria Operator itu, kamu mirip Afgan. Tapi dia lho yang bilang, bukan aku....'

Hayahhh... Kalo sama nasibnya bisa ngelaba Eva Celia sih ijk mau juga... Tapi nek secara rupa, kok rada eneg ya? Kesian juga cewek-cewek ABG harus muntah-muntah menerima kenyataan ini.

Sejak hari itu gw ke Rumah Sakit pake soplens, ga pernah pake kacamata lagi. Biar kutukannya segera berpindah...

asli orang Indonesia lho

Susah punya muka ambigu. Memang tidak seambigu Abang gw, yang mukanya sekaligus Arab, Indonesia dan Kaukasian.

Atau Mantan gw yang Cina, Indonesia dan Kaukasian.

Muka gw juga ambigu karena merupakan perpaduan yang solid antara seleb Hollywood, badak bercula satu Ujung Kulon, dan theklek Beringharjo.


Pada zaman dahulu kala, waktu PKI belum diberantas, dan paha gw masih semontok dan semenggairahkan paha ayam Mbok Berek, gw pernah dikira separuh India. Mungkin di jaman itu dokter mata belum terdistribusi dengan merata di Indonesia, makanya penderita katarak dan rabun dekat masih berkeliaran di mana-mana.

Beberapa tahun kemudian, paha saya makin menggairahkan layaknya ayam goreng Nyonyah Suharti. Berbulu lebat menggemaskan, kaya kremesan. Kali ini temen gw yang bilang, -set Bah Liong mode: on- 'Kamu tu nek jalan dewe, kayak orang Jawa. Tapi nek jalan ama kita tu isa nyampur. Keliatan sama, ndak kayak Jawa' Gw terbelalak, curiganya dia kebanyakan minum ang ciu.

Masuk kuliah, ga cuma paha yang menggairahkan. Full press body lha yauw. Ketok magic sisan... Dan tiba-tiba gw dikira dari Medan! Alasannya, muka gw muka Batak. Padahal dengan rahang yang timbul tenggelam ini, muka gw tentu jauh dari muka Batak. Jauh panggang dari api,Jauh Sitanggang dari Suketi. Kedua,nama komersil gw waktu itu masih Ishak Yunanto S. Dikiranyah S itu Simanjuntak, Siregar, Sihombing, Simbolon, atau Simanungkalit. Salah dong, gw kan Simatupang. Siang Malam Tunggu Tumpangan [oportunis]. Yang jelas, sejak itu nama jual diri gw adalah Ishak Y Suryawan.

Seiring dengan berjalannya waktu... Kulit gw makin mulus layaknya pualam diamplas... Rambut gw makin indah bercahaya bagaikan sutera yang baru dipanen dari ulatnya. Badan gw makin mantap jaya bak patung Yunani setengah jadi. Gaya pakaian saya jadi oh-so-sophisticated-sekaleee. Dan otak penonton tivi Indonesia sudah terkontaminasi stigma seorang dokter yang diinfuskan secara perlahan tapi kejam oleh MD Entertainment dan MVP. Akibatnya, survei terbaru membuktikan 7 dari 10 wanita Indonesia memilih mencium gw daripada Kotex bekas pakai. Eits, mangsudnya 7 dari 10 wanita (apalagi di Balikpapan sinih), mengira gw lahir, tumbuh dan besar di Jakarta.

Sebuah pertanyaan bergejolak bagai kolak. Ini pujian ato celaan? Secara, orang Betawi asli yang nongol di tivi kan satu tipe dan spesifikasi. Mandra. Mastur. Omas. Pok Nori. Bang Bokir. Dari asil obserpasi di cermin secara intensip ni, cuman atu ciri morpologis aye yang kaya orang-orang entu: gigi aye same panjangnye. Pan aye masih di Bandung, gigi aye ude nyosor ampe Jakarte. Selebihnye, jelas dong aye lebi mirip Abang Paporit Jakarte Selatan tahun 1937.

Gw sadar bahwa memang dari dulu hampir ga ada yang keliru mengira gw orang Jawa. [Kecuali pemilik kafe di Ullen Sentalu yang bersikeras bahwa gw adalah anak Kanjeng Endra dari Pura Pakualaman. Padahal sekali-kalinya gw masuk Pakualaman ya waktu jadi bin[a]tang tamu di Star FM]. Gw sadar bahwa memang gw ga pantes pake batik, baik batik model om-om, atau batik model pegawai catering. Gw sadar bahwa blangkon menimbulkan imbas yang luar biasa buruk bagi bentuk kepala gw. Padahal kulit gw sawo matang sematang-matangnya Padahal mata gw belo sebelo-belonya. Padahal tidak seperti Agnes English-Is-My-Second-Language Monica, bahasa kedua gw adalah bahasa Jawa. Bisa jadi malah kedua, ketiga dan keempat (basa jawa ngoko, kromo, karo walikan). Tapi kenapa... Hamba bertanya kenapa Oh Tuhan, tidak ada yang menganggapku sebagai wong Jowo... Apa salah dan dosaku... Aku hina... Kesucianku terenggut, aku ternoda..

Kemudian daripada itu, saya mengalami saat-saat pencerahan. Seolah langit terbuka, mencercahkan seberkas sinar kemuliaan yang langsung mengarah ke kepala [yang moga-moga ga jadi botak] gw. Dan terdengarlah suara entah dari mana berkata 'Anakku... Meskipun mukamu bukan muka Jawa, toh masih orang Indonesia juga.. Ayo buktikan kalo memang orang Indonesia... Makanlah Indomie!!!'

Pencerahan yang aneh. Memang sih gw udah sebulanan ga makan Indomie. Tapi kok gini? Sambil berpikir, gw beranjak ke toko, niat beli Indomie. Tiba-tiba kedengaran lagi suaranya, 'Oh ya, jangan keseringan pake wax dan catok. Aku udah botak, nanti tambah cepet nurun ke kamu...' Gubrak. Jebul sahan-ku le ngomong.

Gw merayap cepat ke toko di deket hotel. Beli Indomie rasa Coto Makassar, Soto Banjar biasa, dan Soto Banjar Limau Kuit yang kayanya cuma beredar di Kalimantan. Pulang ke hotel, dan dengan biadab memperkosa electric mug untuk masak yang rasa Coto. Makannya pake mug kopi hotel. Biadab kuadrat, tanpa perike-alat makan-an. [Pak Joni pemilik hotel, maapkan dosaku...]

Aneh memang. Gw yang sudah hampir sebulan bebas dari mi instan, sebenernya tinggal pesen makanan lain di hotel, ato jalan ke warung/kafe. Tapi entah kenapa, tiba-tiba gw pengen makan Indomie. Inikah oh namanya MSG-withdrawal? Tapi serius, Indomie [dan merk-merk lainnya] memang boleh jadi makanan kebanggaan Indonesia. Secara konon rasanya paling ajib dalam blantika per-mie instan-an dunia, dibandingkan bikinan negara lain. Rencananya, rasa yang lain bakal gw selundupin ke Jawa. Moga-moga tidak terendus anjing pelacak di airport. Kalo apes-apesnya kecium anjing juga, bakal gw kerahin Si Ratu Kirik.

Di bawah ini poto gw makan Indomie dengan berbagai gaya...

Gaya bintang iklan... [aduh aduh, panjangnya gigiku]


Gaya Mie-yabi


PS: rasa Mi Kocok dan Empal Gentong juga udah menunggu gw di Bandung. Ngemeng-ngemeng, Empal Gentong ini makanan kaya apa ya? Kok gw malah jadi keingetan Om Anton? Gempal layaknya gentong. Hahaha. [Di kejauhan tampak Om Anton berenang dari Adonara bawa tombak...]

Saturday, July 05, 2008

playing 'Do-You-Know's

Hoahm. Baru bangun dari, whatever you may call it, hiatus, hibernation, writer's block, or simply PMS (Pria Malas Syndrome). Setelah puluhan wake-up call, menanyakan kapan gw bakal update blog, gw menyerah. Gw kembali hadir dengan misi mulia, mencerdaskan kehidupan bangsa. Duduk manis, anak-anak! Paman Ishak akan mulai bercerita.

Do you know, that I've been in Balikpapan for almost 3 weeks? Now you do.
Being outcasted a thousand kms away from Bandung. But don't pity me! Balikpapan bukanlah lokasi yang tepat untuk pengambilan gambar Survivor. It in fact is the biggest city in East Kalimantan, despite Samarinda being the capital. Kotanya bikin betah! Sebagai peraih Adipura 3 kali berturut-turut, Balikpapan tentu lebih bersih dari Jogja, let alone Bandung. Udara masih seger, secara campuran angin laut dan gunung. Banyak tempat nongkrong, hotel dan mall yang di pinggir pantai. Cuma berbataskan tembok, dan gw cuma bisa berdoa biar selama gw jalan di Balikpapan Plaza tidak terjadi tsunami. Kotanya ga terlalu gede, bisa dikelilingin dalam satu jam. Hanya ada dua mall, satu bioskop [bukan 21...] but yes, there are distros in Balikpapan. Lots of them. Meskipun ga ada sinyal Fren, overall it's a perfect place to live asalkan bersedia keluar duit 25 ribu untuk Combo 1 KFC, atau 25 ribu untuk 10 menit naik taksi.


Do you know, that power outage happens on a daily basis in Balikpapan? Now you do.
Pretty sucks, but I'm getting used to it. Batere laptop sekarang dipasang terus. A-Con dan TV di set shut-off timernya biar irit listrik. Tapi listrik mati juga ga ngefek-ngefek amat, secara ada genset sebagai juruselamat.

Do you know that di hotel ini kamar gw rates-nya paling rendah (baca: CUMA 700rb)? Now you do.
Untungnya semua ditanggung! Gw cuma modal badan dan koper aja. Fasilitas hotel termasuk gym, kolam renang, sauna, dan massage. Sarapan buffet dan makan malam a la carte tiap hari. Dan kalo ga inget Balikpapan suka kekurangan air, gw bakal foam bath tiap sore. I've told you not to pity me. Envy me, then.

Do you know that I lost 4 kgs in 2 months in Bandung, and gained back nearly 1 kg in 3 weeks in Balikpapan? Now you do.
Meskipun berat dompet gw berkurang, berat badan gw tambah hampir sekilo di sini. Yea, who would resist Kepiting Kenari, atau Daging Menjangan Saus Kung Pao dengan Roti Mantau? Tapi tenang saja, gw juga ke gym hampir tiap hari. So let's just assume kalo satu kilo yang nambah itu otot semua [ngeles].

Do you know that Bogor adalah Kota Hujan, Magelang adalah Kota Hujan Abu, dan Balikpapan adalah Kota Banjir? Now you do.

Balikpapan jarang-jarang ujan. Tapi sekalinya ujan, deres dan lama, dan bikin banyak rumah kerendem. Kaya hari ini. Secara ujan dari Subuh sampe sore, mobil Rumah Sakit kejebak banjir dan ga bisa jemput gw. That's why I ended up lounging around di kamar, makan sup buntut dari room service, dan bukannya jalan-jalan biar ga kedinginan, gw melakukan cabang olahraga baru: blogwalking. Mungkin ini kenapa berat gw naik.

Do you know that atlet-atlet tenis PON nginep di hotel gw? Now you do.
Hotel gw sempet dipake buat ITF Women’s Circuit International taun lalu. Gw sempet ngeliat nama Elbert Sie dan Sandy Gumulya di guestbook gym. Dan akhirnya, gw berkesempatan fitness bareng Yayuk Basuki. Embracing a divatittude, dia denger musik pake headset, jadi bisa pura-pura ga denger kalo ada orang ajak ngomong. Some were intrigued, and even overwhelmed by her presence. As for me, I was more scared looking at her kuli-like upper arms.

Do you know that I have just plucked my first grey hair? Now you do.
Papa mewariskan gen botak. Mama mewariskan gen uban. Could it be worse? Yes it could! Rambut saya harus berhadapan dengan flat iron dan hair wax setiap pagi so I can turn up at the hospital looking like this:

Mumpung masih bisa. Mumpung belum botak dan penuh uban. Puas-puaskan dulu main rambut. Carpe Diem!

Do you know, bahwa gw bersyukur gw bukanlah wanita, Muslimah, dan tidak tinggal di Kota Bharu? Now you do.
Setelah ribuan karyawan Starbucks kehilangan pekerjaan, mungkin ribuan SPG kosmetik dan sepatu resmi di Malaysia akan bernasib sama. Ada yang bisa kasih tau hubungan antara lipstik tebal dan sepatu berhak tinggi dengan pemerkosaan dan seks terlarang? Because I think, unless your lips are this voluptuous, fat chance they will arouse a guy.



Do you know, that the pregnant man has finally given birth?

Thomas Beatie, 34, seorang pria transeksual, akhirnya melahirkan lewat persalinan normal. Dan konon, dia bukanlah pria transgender pertama yang melahirkan. Jadi siapa yang pertama? The Governator?


Okay. Masih belum tau sampai kapan saya diasinkan. Eits, diasingkan.
Ishak, over and out!

Friday, May 30, 2008

quest of finding a niche

Sudah enam minggu, dan gw masih harus jelaskan berulang kali ke banyak orang tentang kerjaan gw. Jawaban 'jadi konsultan manajemen Rumah Sakit' ternyata akan memancing pertanyaan lanjutan, 'Di Rumah Sakit mana?'. Secara otomatis file Penjelasan_Pekerjaan_Baru.MP3 terbuka di otak gw, dan bibir gw bersuara. 'Aku di PT Swasta. Gak di Rumah Sakit. Gak pegang pasien. Klien kami Rumah Sakit. Kami menyediakan jasa konsultasi manajemen buat Rumah Sakit. Jelas?' Beberapa orang cukup puas dengan jawaban ini. Beberapa lainnya menuntut jawaban yang lebih rinci. Dan meluncurlah semuanya dari bibir gw [ato jari gw kalo via YM]. Klien kami bisa Rumah Sakit yang mo berdiri ato yang udah ada. Biasanya mereka minta studi kelayakan, rencana bisnis, rencana strategis, whatever. Jadi kami harus analisis internal-eksternal. Tentuin pangsa pasar. Tentuin strategi. Bikin strategic actions. Bikin marketing plan, capacity plan, personnel plan, financial plan sampai corporate plan. Dan kalimat-kalimat lain, sampai akhirnya si penanya berhenti nanya. Sebagian diem dan bisa ngerti jawaban gw. Sebagian diem karena mabok, dan nyesel udah nanya. Pokoknya, kerjaan gw adalah bikin Rumah Sakit bisa menempatkan dirinya sesuai harapan pasar yang dituju, and run well. Bingung? Sama.

Gw ga mo ngomongin kerjaan di sini. What happens in Vegas, stays in Vegas. Kerjaan jangan dibawa-bawa ke blog hehe. Gw cuma nyari analogi yang sesuai ama cerita inti gw: perjuangan mencari bioskop yang nantinya bakal jadi langganan gw.

Di Bandung ada buanyak bioskop. Ada ?? bioskop 21, 2 Blitz Megaplex, dan entah berapa lagi. Semuanya punya value proposition sesuai dengan target pasar mereka. Megaplex menawarkan eksklusivitas dan kenyamanan, dengan harga tinggi [baca: sama ama 21 Amplaz]. 21 di BIP menawarkan diri sebagai tempat mangkal ABG, dengan fasilitas oke dan harga standar. Dan ada juga bioskop yang ga punya apa-apa buat ditawarkan.

Gw, sebagai pendatang baru, sedang berjuang mencari bioskop mana yang bisa jadi niche gw. Megaplex is friggin great. Tapi jauh dan yang jelas, MAHAL. 21 BIP kurang lebih sama ama 21 Amplaz, dengan harga hampir separonya. Tapi, dipenuhi remaja-remaja yang mungkin pre-menarche, anak-anak SMU sok dewasa, dan mahasiswa-mahasiswa sok ABG. Intinya: terlalu rame! Secara gw bakal sering nonton sorangan wae, gw males ke tempat yang rame-rame. Kesimpulannya, gw mau bioskop yang fasilitasnya oke [ga harus luarbiasa], ga mahal, dan ga rame-rame banget. Bioskop mana yang menawarkan sesuatu yang sesuai harapan konsumen macam gw?

Ada dua kandidat yang bakal gw jajaki. Pertama, 21 di Braga City Walk. Kalo ngeliat tempatnya dari luar sih kayaknya cukup menjanjikan. Braga gitu loh. Kedua, 21 di Regent Jalan Sumatera. Menengok masa kejayaan Regent di Jogja [sebelum secara tragis kebakar dan menyisakan cerita-cerita Dunia Lain], kayanya Regent yang ini patut dicoba jugak. Oke! Gw coba Regent dulu.

Perjalanan dilakukan dengan angkot. Dua kali, dari Kebon Kawung ke Stasiun, trus dari Stasiun ke Dago. Gw turun di simpang Jalan Aceh-Sumatera, secara kata 21cineplex.com alamatnyah ada di Jalan Sumatera nomer 2. Ternyata sodara-sodara, tempat gw turun adalah Jalan Sumatera 40an. Berdasarkan inpo Bapak Becak Nan Baik Hati gw disuru jalan. 'Di ujung sana, Jang, lewat rel kereta api. Jalan aja' Gw pikir, halah 38 nomer ini. Apalah artinya bagi hamstrings dan musculus gastrocnomeus saya yang sudah demikian terlatih enam minggu terakhir. Jalanlah gw.

Busyet. Rumahnya gede-gede. Udah jalan lama gw baru nyampe nomer 30an. Belum ada tanda-tanda rel kereta. Gw mendapat firasat buruk. Tapi apa daya, ini jalan satu arah. Inilah saatnya gw bersyukur masih banyak pohon gede di tepi jalan-jalan Bandung. It took me forever walking, lewatin Taman Lalulintas [taman yang aneh], rel kereta api, dan bakery yang tampaknya layak dicoba, dan akhirnya nyampe di kompleks Regent. Hosh.... Om Anton pasti bakal pingsan duluan setengah jalan. Selesaikah perjuangan gw? Belum! Gw harus naek 3 lantai sebelum akhirnya beli tiket dan langsung masuk ke Teater 2 secara Indiana Jones and the Kingdom of Crystal Skulls udah mo mulai. Gw duduk, ngatur nafas sambil ngeliat slide iklan yang diproyeksikan [Gosh... jadi kangen Mataram].

Dan akhirnya film dimulai. Dua jam nonton film ini bikin National Treasure serasa mediocre. It's Spielberg and Lucas, jadi tinggalkan logika Anda di kamar tidur. Waktunya berfantasi! Karakter dan chemistry tiap tokoh bener-bener ada. Gw jadi tau kenapa Calista Flockhart mau ama Opa Ford, dan kenapa Shia Le Bouf layak disebut the Hollywood's It Boy. Efeknya sebenernya ga luar biasa, banyak film yang lebih dahsiyat. Tapi aksi karakternya bikin film ini layak dibikin RPG. Yang jelas, alasan utama gw suka film ini adalah ceritanya. It's treasure hunting + Extraterrestrial beings!!! Woohoo!!! It's something I always lurrrrve. I remember the good ol days watching a show in SCTV showing proofs of encounters and testimonies of contactee with my brother. And we both believe they really exist. An guess what, Vatican has finally acknowledged them. So, like it or not, take the fact that aliens DO exist.

Gw keluar. Pipis. Trus pulang. Untunglah kali ini ga harus jalan jauh banget. Dengan angkot Gedebage-Stasiun Hall, dalam 15 menit gw nyampe Kebon Kawung.Kesimpulan dari kunjungan ke 21 Regent Jalan Sumatera: not bad, pemirsa. Mak nyus enggak, parah banget juga enggak. Kursi lumayan enak. AC kurang kerasa. Gambar biasa, suara di bawah BIP. Kamar mandi memprihatinkan. Teater cuma 3, dan yang 2 biasanya film Indonesia. Yang jelas, lumayan sepi dan sebagian besar penonton bukan ABG lagi. A niche for me? Bisa jadi. Coba Braga dulu, baru kita bisa putuskan. Tapi ga tau kapan bakal ke sana. Secara the last time I checked, they played Jones, Lost in Love dan Coblos Cinta. Musti nunggu film yang layak tonton lagi. Oke. Jadi I still haven't found what i'm looking for. Doakan saya!!

PS: setelah ngecek lagi di software peta Bandung, sebenernya gw bisa naek angkot Stasiun Hall-Sadang Serang dan turun TEPAT di depan Regent. JADI BUAT APA GW JALAN SATU KILOOOO????!!!!!

Kaca Idaman Lain

Ada beberapa pertanyaan di dunia ini yang sebaiknya dipikirkan berulangkali sebelum dilontarkan. Salah-salah, jawabannya akan menciptakan kecanggungan tingkat tinggi not even Oprah can handle. Contoh. Pertanyaan kepada seorang wanita hamil dengan baby blabber yang cukup signifikan, 'Wah, hamil berapa bulan? Kayanya kandungannya sehat nih' Dan ternyata jawabannya adalah, 'Makasih. Anak gw udah 4 bulan sekarang. Cuma berat badan gw belum turun juga. Tenang, lu orang ke dua puluh yang bilang gitu.' Atau mengucapkan selamat ulang tahun pada calon mertua, 'Selamat ulang taun, Bu. Umur 50 berapa nih?' Sang calon mertua menolehkan kepalanya 30 derajat dan dengan tatapan mata Cyclops berkata 'Makasih. Masih 45 kok', dan Anda tidak lagi dianggap calon menantu.
Dan gw masih heran, how in the world Mrs. Landlord meticulously inspected me as I walked into the house and asked, 'Di kamar teh udah ada kacanya belum?'

Shot to the heart. Gw meleleh di tempat. Gw layu, pucat, punah layaknya pohon oak diterpa global warming. Secarrrra, sekian kali gw lewat depan dia flawlessly clad. Shirt symmetrically tucked in. Poni yang jatuh sempurna. Masih perlukah keberadaan cermin di kamar gw dipertanyakan? Dan gw menjawab 'Yes, Maam. Tentu udah ada kaca di kamar mandi saya, dan saya sangat mencintainya. I grope every single inch of its surface all day. Kiss it every night. I even have sex with it, occasionally.' Semoga itu cukup menjelaskan kecintaan gw pada cermin. Secara buat gw, kebutuhan primer manusia adalah sandang, papan dan cermin. [Ini menjawab teka-teki of how i shed 4-5 kgs in six weeks. Gosh, I can write a best-selling book about it]

Akhirnya gw inget. Beberapa minggu lalu gw minta lemari di kamar gw diganti ama yang lebih gede. Secara, semua kamar di kosan ternyata punya lemari gede yang ada kacanya. By default, sejak hari pertama kamar-kamar itu ditinggali. Dan entah atas konspirasi apa, kamar gw kebagian lemari yang kecil. Dengan provokasi seorang kolega kos, gw berulang kali menghadap Ibu Kos dan minta lemari gw diganti biar sama ama yang lain. Siapa sangka hati Ibu Kos lebih kukuh dari Margaret Thatcher. Ada aja alasannya. 'Kalo cowok kan bajunya dikit'. 'Lemari yang gedenya udah abis, dipake semua. Besok deh kalo ada'. Pendirian Ibu Kos bahkan tidak berubah saat gw melepas satu demi satu helai baju, dan berayun di tiang bendera hanya dengan thong. Padahal trik ini ga pernah gagal sebelumnya. Gw mengibarkan bendera putih. Nyerah.

Beberapa minggu kemudian, Nguin datang! Penguin pun bersatu dengan Pawangnya, meskipun tidak untuk selamanya. Kurang lebih hanya seperti the Close Encounter of the Third Kind. Setelah perjuangan tawar-menawar harga yang lebih alot dari rendang sapi bangkotan, Nguin akhirnya bisa nginep di kosan gw. Eits, jangan suudzon dulu. Dia di lantai bawah, gw di lantai atas.

Singkat kata, singkat cerita, setelah dua malam Nguin kembali ke habitatnya di Jogja. Gw kembali menghadapi kenyataan harus menghabiskan malam-malam yang sepi sendiri, tak ada yang menemani. Tuhan kirimkanlah aku, kekasih yang baik hati. [Gabruk, Brooke White jatuh dari langit]. Yang jelas karena Nguin dateng, jadi ketauan kalo kamar yang ditempati Nguin ADA lemarinya gede. And the room is vacant. In fact, it's been undwelled for weeks. Ha! Mrs Landlord has nowhere to hide!
Gw langsung set Nyi Blorong Mode: ON, dan siap bertanya, 'Ibu Kos, mana lemari gede yang kau janjikan padaku?!' Belum juga gw tanya, Ibu Kos udah bilang duluan, 'Makasih ya, udah ajak temen nginep sini. Itu besok lemarinya saya ganti yang gede deh'. Mungkin dia takut ngeliat kebaya ijo dan sanggul penuh melati gw.

Dan kita tahu sekarang, siapa yang ketawa terakhir. Gw pastinya. Sehari setelah Nguin balik, lemari setinggi hampir 2 meter sudah terparkir manis di kamar gw. Dengan batang buat gantung hanger. Dengan laci untuk kaos kaki dan dasi. DENGAN KACA 3/4 BADAN! Awww..... Orgasme! This is hot! Fire, baby! Fire! Gw ngerasa hidup gw lebih lengkap. Kaca kamar mandi harus rela gw selingkuh. Tenanglah, wahai Kaca Kamar Mandi. Gw janji. Sex, occasionally.



Yea. Who would need a mirror if she's around.

Thursday, May 15, 2008

Ardhan? Chanthik. Yea

Inget komentar gw soal Ardhan FM? I finally decided to change my mind, cause it turned out eventually they DO have something to listen to. Bulan ini, Ardhan bakal ulang taun ke 18. Ibaratnya cowok, udah boleh nyetir, minum dan menghamili. Dan bukan dalam rangka menghamili, mereka menghadirkan 18 Celeb Cantik Invasion buat siaran sejam selama 18 hari!

Well, delapan belas cewek, sebenarnya. Secara Kirana Larasati bukan celeb [D-list!], dan Ardina Rasti gak cantik [Theo dilarang protes]. Sisanya, you name it, they got it. Cathy Sharon, Rianti Cartwright, Sandra Dewi, Laudya Bengek Bella, Velovexia, Sheila Marcia, Mulan Orang-Ketiga-Paling-Seksi Jameela, Agnes Go-International-by-2015 Monica, and of course, the one and only, the mastermind behind eleventy million new catchphrases in Indonesian vocabulary: Cincha Lawrahhh!!!!

Setelah bulan lalu hadir dengan Tips Cantik Menurut Zodiak, bulan ini Cincha hadir dengan 'Chanthik Menurut Chintha Adhalah…'. Dengan demikian, Ardhan has officially given you two consecutive months of entertainment [or pain, depends on your feeling about talking Barbie with fake accent]. Supaya orang-orang yang gak di Bandung juga bisa merasakan hiburan yang gw dapet, secara gw tampan luar dalam, dengan baik hati tungguin iklannya, gw rekamin, dan gw upload-in Mp3-nya. Sok atuh...

Dan, dalam kasus Anda tidak perduli untuk denger MP3nya [takut kuping rusak], ato koneksi internet Anda suka macet atau terbatas, gw makin baek hati lagi. Gw kasih verbatim transcriptnya! [Baik hati ato kurang kerjaan?]

105.9 Ardhan FM. Hai insan muda!. Nama akhu Chintha Lawra Kiehl... Chanthik menurut Chintha adhalah…
CANTIK! Shi-E-En-Ti-Ai-Key….
Shi is… Cool
E is… Anonymous..
En is…. Nice
Ti is…Thralalalalalala
Ai is…..Invincible.. or Incredible
Kha… Katha orang-orang syih akhu chanthik. Akhahahaha
Semuanya bakhal chanthik di bulan ini, thermasyuk Chintha dan Ardhan FM.
Ardhan? Chanthik. Yea.

Saturday, May 10, 2008

150 ml of delectable elixir

Dalam rangka mengurangi jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia, gw cari sedikit hiburan. It's kind of ironic, that I barely watched DVD in Jogja karena waktu gw abis buat merawat Penguin. Sekarang, kos gw adalah Kingdom of Boredom. DVD jadi menu sehari-hari, and it bores me already. Jadi gw putuskan buat cari sensasi yang rada beda, nonton bioskop! [Duh, udik banget kesannya] Weekend lalu, gw niatin nonton Cloverfield.

Cloverfield adalah perpaduan Blair Witch Project dan Godzilla. Ceritanya standar film-film monster raksasa menyerang kota, tapi tokohnya ngerekam semuanya pake handycam. Jadi bakal kerasa banget goyang-goyangnya, bahkan dilaporkan beberapa penonton jadi vertigo. Yay! Gw musti ngetes ketahanan sistem keseimbangan gw! Kalo perlu bawa Mertigo buat jaga-jaga.

Selain itu, formulasi monster + kamera hand-held jauh lebih pas daripada kamera hand-held + monster nyanyi dangdut + skenario Monty Tiwa di Mendadak Dangdut. Kesimpulannya, it's a must-see!

Sayangnya, secara Cloverfield udah agak lama diputer [dan kayanya ga masuk Jogja], tinggal 1 boioskop di Bandung yang muterin. Abis ngecek 21cineplex.com gw nanya ama Rini, temen kerja gw.
'Rin, Jalan Alun-Alun Timur jauh ga? Mo nonton bioskop ni.'
'Ga jauh sih. Naik angkot yang ke Gede Bage. Serius ni mo nonton di Palaguna?'
'Iya, abis cuma tinggal di sana aja diputernya. Di tempat lain udah abis. Kenapa emang?'
'Gak sih, ati-ati aja. Kata temenku suka ada kecoanya.'
'Ow... Di Jogja lebih parah lagi, kadang ada tikusnya.'
'....' [Dia kehabisan kata-kata dan bersyukur ga tinggal di Jogja']

Jadi, gw pun persiapkan segalanya dengan matang. Menurut situs, film bakal mulai 17-30. Jadi gw bobok siang dulu, baru berangkat 16-30an, dengan perhitungan satu jam lebih dari cukup buat perjalanan. Sayangnya, perkiraan gw salah. Macet abis di King's Plaza. Angkot sempat bergerak dengan kecepatan 2 meter/menit, sampe akhirnya nyampe di Alun-alun 17-20.

Konon, mothers know best. Dan ternyata, sore itu Rini knows best. Masuk ke kompleks Palaguna gw langsung ngebatin 'Ya Tuhan, ini gudang apa plaza?' Yang gw liat adalah sisa-sisa kejayaan Palaguna sebagai tempat belanja [pada masanya]. Tampak counter Dunkin yang ditutup. Ruko-ruko tak berpenghuni. Eskalator ga nyala. Debu di mana-mana. Gw berkesimpulan, 'This is as creepy as hell. Pasti kalo malem hantu-hantu yang punya toko pada gentayangan'. Dengan langkah tak menentu gw naik ke Lantai 2, yang untungnya menunjukkan tanda-tanda kehidupan sebuah bioskop.

Beli tiket. 'Pak, mo beli yang Studio 4!' Si Bapak dengan gugup langsung cari tiketnya, kasih ke gw. 'Langsung aja Mas, tadi mulainya jam 5!' Gyaaa.... Situs laknat! Gw buru-buru beli Coke, trus dianter masuk. Kalau pemandangan di lantai 1 adalah layaknya rumah non-permanen di bawah jembatan, koridor ke arah studio tampak bagaikan istana presiden. Dimly lit, dengan tembok kaca. Gw banget... Gw dikasi tunjuk pintunya, dan masuk. Baru duduk, gw langsung keluar lagi, secara yang ada di layar malah Ramon 'Raja Monyet' Tungka. Eits! Kok malah Tali Kolor Perawan? Gw keluar, protes ke si Bapak dan dikasi tunjuk studio yang bener.

Studionya 11-12 ama Mataram, dan kayaknya Mataram yang 12-nya. Keunggulan Studio 21 Nusantara Palaguna dibanding Mataram cuma 2. Pertama, kursinya lebih enak DIKIT. Kedua, jadwal film bisa diliat di situs [meskipun ngaco]. Selebihnya, parahhh!!! Kepekatan bau apek di udara jauh melebihi Mataram. Tata suara keresek-keresek ga enak didenger. Langit-langit pendek, ga cocok bagi penderita klaustrofobia. Dan yang jelas, tidak ada nilai nostalgis seperti pada Mataram [ehem...]. Kesimpulannya, ini bioskop maksa banget masuk jaringan 21.

Filmnya keren! Semua tampak natural, dialog khas teen flick, dan monsternya keren untuk ukuran monster. Sayangnya, gara-gara telat dateng ketipu situs, gw melewatkan adegan putusnya kepala Patung Liberty. Total durasi dari gw duduk sampe film kelar adalah... 35 menit. Ah sudahlah, balik saja. Sebelum balik, gw pipis dulu. Dan ternyata, pintu ke arah toilet kehubung ama pintu ke Studio 3. Plus, ga ada petugas yang nungguin! Gw liat beberapa rekan penonton niat masuk ke Studio 3, tapi langsung keluar lagi. Mereka ogah nonton Kun Faya Kun. Ya iyalah, kaya ada yang mau aja.

Studio 1 muterin Tarix Jabrix, dan gw lebih ngerasa terganggu daripada terhibur ngeliat muka Tria Changcut. Dan ide buat ngeliat Pocong Perssik bukanlah ide cemerlang. Pulang!!! Lega rasanya bisa keluar dari Palaguna, tanpa vertigo lagi. Udara di sekitar alun-alun jauh lebih segar dan bebas apek. Banyak barudak Bandung nongkrong di Alun-Alun, tapi kayaknya ga banget kalo gw nongkrong sendiri. Bisa-bisa ditawar tante girang. Gw langsung naik angkot Elang-Cicadas, dan untungnya dalam 20 menit gw nyampe di deket rumah. Secara masih setengah 7, mampirlah gw di warnet. Browsing dikit soal Cloverfield, dan mengupdate gosip bersama Queen of All Media.

Besoknya, gw masih dendam. Pengen nonton film lagi! Sekarang Iron Man jadi pilihan, dan untungnya masih diputer di mana-mana. Studio 21 BIP jadi pilihan. Tapi kali ini gw yang bego. Seinget gw film maen 17-30. Begitu gw liat lagi, monyet, ternyata jam 16-50. Bangun tidur langsung buru-buru mandi. Jam 4 gw udah di pinggir jalan nungguin angkot di samping gerobak siomay. 5 menit, berlalu begitu saja. 10 menit, gak ada juga angkot jurusan Dago. 20 menit, Mamang Siomay mulai bersimpati 'Emang lama nunggunya, sabar aja Mas'. 30 menit, Mamang Siomay menyarankan gw nunggu di deket kantor aja, katanya lebih banyak lewat sana. Tapi mencapai Dago dalam 20 menit adalah mission: impossible, dan gw kadung pundung. Mending ganti lokasi mangkal. Abang Downey Jr, besok-besok gw nontonnya!

Tempat tujuan berikutnya diputuskan. Ke Bandung Trade Center, trus mo ke tempat yoghurt yang direkomendasikan Bapak Mak Nyus. Untungnya, angkot jurusan Sarijadi langsung dateng. Seperempat jam kemudian, gw nyampe di BTC. Keliling-keliling, beli barang-barang remeh temeh tapi penting [?]. Trus keluar, ke Odise, tempat yoghurt Perancis.

Tempatnya kecil, nyempil di antara BTC dan Yogya Dept. Store. Gw masuk, disambut kulkas berisi yoghurt, dan bungkus-bungkus makanan kecil di rak. Selain karena yang punya bule Perancis, gw ga tau kenapa namanya Odise French Yoghurt. Setau gw yoghurt di mana-mana mah sama aja. Mo yoghurt Rwanda, Guatemala ato Cisangkeuy, semuanya sama: asem. Tapi, berdasarkan petunjuk Tetua Kuliner Bandung, Odise ini beda. Teksturnya mirip vla, dan asemnya pas. Hm.. Musti dicoba. Ada dua kemasan, cup 150 ml 4 ribuan, dan 1 liter [gw lupa harganya]. Ada juga yocktail (yoghurt cocktail), campuran yoghurt dan potongan buah. Gw pilih yoghurt vanilla dan blueberry buat dibawa pulang, ama es kapucino buat di jalan. Trus langsung pulang!

Di rumah, another DVD night. Kali ini nonton John Travolta jadi emak-emak obese. Yoghurt Vanilla jadi teman nonton. Gw liat, kemasannya lucu. Font, warna dan tata letaknya bikin tampak mahal.

Dengan penuh ketegangan, gw buka tutupnya. Wangi Vanilla mulai kecium. Gw liat teksturnya emang lebih mirip vla daripada yoghurt biasa. Kentel, mirip eek bayi 7 hari yang kebanyakan minum susu. Haha, gak ding. Mirip Activia-nya Danone yang makanan surgawi ituh [Sori guys, di Jogja belum ada...].

Gw mulai sendok, masukin ke mulut. Lembut banget. Beberapa detik kemudian yoghurt lumer dan rasa asem menyebar. Asemnya lumayan kerasa, tapi wangi vanillanya enak banget. Sendok demi sendok, masuk ke mulut. Gw seperti ada dalam perjalanan ke Cloud 9 dan ga pengen balik. Kesimpulannya, ajaib. Honest to blog! Kayaknya Odise harus jadi tempat ibadah bagi para pemuja yoghurt....

Well, kekecewaan gara-gara bioskop ga mutu dan batal nonton Iron Man sedikit terobati dengan 150 ml yoghurt. Besok malemnya, gw coba my all-time-favorite flavor, blueberry sambil nonton Sweeney Todd. Cukup mengejutkan, Vanillanya lebih enak. Blueberrynya kurang kerasa, dan asem kali asem, jadi asem kuadrat. Masih enakan blueberry milkshake-nya DiDyPi deket Kanisius Deresan. Yang jelas, masih ada banyak rasa untuk dicoba di Odise! Strawberry, anggur, jeruk, coklat, lychee, pisang, mocca, gw lupa apa lagi, pokoknya buanyak. Yang jelas jangan harap gw coba yang duren. Mending gw disuruh nonton lagi di Palaguna.

PS: gw baru liat FS-nya Pak Bondan dan Gwen. Penggemar B2 juga dia ternyata....