Thursday, November 13, 2008

kaos kesasar

Sebulan lalu, di tengah euphoria orang-orang nonton Laskar Pelangi, gw berani tampil beda. Gw pilih nonton Cinta Setaman. Ga pake ngantri, ga pake desek-desekan masuk theatre. Gw melenggang kangkung di BTC XII, menonton bersama 20an penonton buangan Laskar Pelangi.

Gw males ngreview filmnya meskipun the Belah Duren Hotness, none other than Julia Perez, ikutan main. Yang jelas, di film ini gw temuin salah satu cameo paling ga penting dan mengganggu dalam sejarah perfilman Indonesia: Johnny Iskandar sebagai pedagang obat Madura yang gaya jualannya sok-sok orasi ['Siapa mafianya? Siapaaaa???']. Yang menarik perhatian gw justru kostumnya yang khas Madura: surjan item polos, celana item longgar dan kaos putih garis merah.

Dari jaman gw masih baca Bobo sampe sekarang baca FHM, orang Madura selalu diilustrasikan dengan kostum seperti itu. Kadang plus kumis melintang. Dan seakan belum cukup intimidatif, ditambah lagi golok segede gaban [meskipun maksudnya buat potong sate].
Gw jadi mikir aja. Kalo semua pria di Madura berpakaian serupa, kaos putih garis merah [selanjutnya disebut KPGM] akan jadi item wajib di lemari mereka. Dan mestinya KGPM bisa dengan mudah ditemui di semua pasar, toko hingga mall di Madura. Gw bayangin ada KGPM yang bahannya biasa aja buat kaum proletar. Ada yang bahannya bisa nyerep keringat buat yang aktif dan bergairah [secara minum ramuan Madura tiap hari]. Buat esmud yang super sibuk, tersedia versi disposable yang anti bakteri dan dilengkapi deodorizer. Buat pasar high-end, ada KGPM dari bahan sutra alam dengan designer brand seperti Ci Gucci ato Da Prada Tak Iye. Buat kaum muda yang technologically-savvy, tersedia KGPM dengan GPS, dan built-in camera 3.5 MP[hayahhh].

Gw bingung aja gitu. Surjan item, celana longgar dan golok masih bisa diterima. Tapi KGPM jelas bukan budaya asli Indonesia. Trus, gimana judulya dia bisa nyampe Madura dan ngetrend di sana? Ada yang tau gimana???

it rhymes!

This is so hilarious! Dua video ini dirilis dalam waktu yang hampir bersamaan, dan punya tema yang hampir sama: bertukar peran.



Beyonce’s Sasha Fierce’s If I Were A Boy
Pertama denger judulnya, gw pikir ini bakal jadi satu lagu tipikal Destiny’s Child yang racy tentang pembalasan atau being Miss-Independent. Ternyata, jauh Karangmalang dari Merapi, jauh panggang dari api. Di lagu ini Beyowulf pengen ngrasain sehari aja jadi cowok yang bisa perlakuin cewenya semena-mena. Dan, dia minta si cowok rasain gimana jadi cewe, biar bisa perlakuin cewenya lebih baik. Awwww…

Video ini diawali dengan Queen Bee beraksi sebagai polisi wanita, yang tampaknya dengan tepat menggambarkan imajinasi banyak pria. Di bagian tengah, ada adegan ganti baju. Rada kebelakang, ada adegan Beyonce berantem ama cowoknya. Dan abis itu, kembali ke peran semula. Video ini jelas bisa menimbulkan rasa bersalah bagi kaum pria. Tapi tenanglah, di akhir video Beyonce bilang ‘But you’re just a boy.’ Yes guys, we’re just boys! We can do whatever we want. Yayyy!!!



Usher’s Trading Places.
Pertama kali ngeliat video ini, gw langsung berkomentar, ‘Opo to iki, saru tenan….’ Tapi liriknya lucu juga. Si Usher teh minta ceweknya ngejemput dia, ngajakin kencan dan ujung-ujungnya sudah pasti, ngajak ke ranjang. Trus, besoknya Usher yang bikin sarapan dan rapiin ranjang buat si cewek. Bagian yang paling menggelikan adalah ‘I’m always on the top, tonight I’m on the bottom, cause we’re trading places’. Dan bagian ini diiringi visualisasi yang sangat gamblang [Horeee!!!].

Kesimpulan
Pada akhirnya, dua video dengan konsep serupa ini jauh berbeda hasilnya. Beyonce berdarah-darah minta dihargai pria, sementara Usher menunjukkan bahwa guys are only about Sex, Sex, and Sex. Bikin gw heran kenapa John Gray bilang Men are from Mars, and Women are from Venus. I think it’s should be the other way around, because the only word that exactly rhymes with Venus is: Penis.