Monday, July 21, 2008

a grown-up Archie



Ever wondered what will Gaspy Archuleta be like when he's grown up?
Kayaknya sih gw dapat petunjuk.

Ini dia, Kyle Chandler, the guy who gets tomorrow's paper today, juga Bruce Baxter yang njelehi di King Kong 2005.


How do you guys think?
Kayanya sih bakal begitu, asalkan Archie tidak terjebak dengan kebotakan, beer belly, a truck hat dan kenorakan dalam kadar memprihatinkan sehingga berubah menjadi ini:


PS: baru aja ngeliat versi Crazy-nya Archu, dan termehe-mehe. Benar-benar deh, a singing prodigy!

Sunday, July 20, 2008

kutukan belum berakhir

Ternyata piala bergilir Shak-mirip-siapa terus berganti pemilik. Setelah rangkaian pria malang yang kena kutukan sial dibilang mirip gw, masih ada pria-pria lain yang harus merasakan kejamnya takdir. Yah, kadang-kadang kejam juga buat gw.

Hingga update terakhir di blog ini, pemegang terakhir piala bergilir adalah Dude Herlino, lebih tepatnya saat berperan sebagai Dokter Rado dalam sinetron apa ya judulnya? Wulan? Intan? Wawan? Pasti serasa bagaikan tamparan yang dahsyat bagi dia [dan cambukan dengan kemoceng di bokong buat gw].

Dan kemudian, tanpa todongan pisau di lehernya, dan tidak under influence of illegal substances, seseorang mengirim gw sms yang berbunyi 'Shak, lagi nonton Smallville nih. Kok yang jadi Clark mirip kamu ya?'. Gyaaaa... Swooned instantly, dengan hidrosefalus akut dan hiperventilasi akibat euforia.

Demi permukaan bumi yang semakin memanas secara global, gw dibilang mirip Tom Welling!!! Woohoo!!!! [Meletupkan confetti dan menyemprotkan champagne ke seluruh penjuru]. Ini pencapaian terbesar dalam sejarah kepemilikan piala kutukan bergilir Shak-mirip-siapa. Perlu ditegaskan, gw ga keluar sepeser pun duit buat menyuap dia biar sms gitu. Mungkin stressor kelas berat di bagian Bedah Mulut RSGM Soedomo yang bikin dia setengah disorientasi.

Tapi tak berapa lama, kutukan beralih ke pria lain, yang hingga kini belum teridentifikasi. Di hari pertama gw di Rumah Sakit Balikpapan Husada, HR Manager datengin gw dan bilang 'Dok, perawat-perawat pada minta kenalan tuh. Katanya, ada cowok baru kok ga dikenalin, sok cool lagi. Mereka bilang mirip artis sinetron siapa gitu saya lupa.' Haduh. Siapa ya kira-kira? Darius dong, Darius... Mario Lawalata dong, Mario Lawalata.. Cinta Laura juga boleh. [hloh!]

Tapi layaknya nilai dolar yang naik turun begitu cepatnya, sudah ada lagi satu pria
malang yang dimirip-miripkan gw. Setelah Tom Welling yang membuat gw melambung tinggi melewati stratosfer, yang ini bikin gw terhempas lagi dengan dahsyatnya ke perut bumi. Suatu siang, operator telepon nelpon gw. Tadinya ngomongin kerjaan, ujung-ujungnya ngajak kenalan juga. Dia memprotes gw yang jarang senyum ama mereka. Yo piye yo mbak, akyu kan pemalyu... Dan tiba-tiba terlontarlah 'Eh tau gak, Mbah.. [Ihhh... belum-belum udah SKSD kasih panggilan kesayangan 'Mbah'], kata temenku Ria Operator itu, kamu mirip Afgan. Tapi dia lho yang bilang, bukan aku....'

Hayahhh... Kalo sama nasibnya bisa ngelaba Eva Celia sih ijk mau juga... Tapi nek secara rupa, kok rada eneg ya? Kesian juga cewek-cewek ABG harus muntah-muntah menerima kenyataan ini.

Sejak hari itu gw ke Rumah Sakit pake soplens, ga pernah pake kacamata lagi. Biar kutukannya segera berpindah...

asli orang Indonesia lho

Susah punya muka ambigu. Memang tidak seambigu Abang gw, yang mukanya sekaligus Arab, Indonesia dan Kaukasian.

Atau Mantan gw yang Cina, Indonesia dan Kaukasian.

Muka gw juga ambigu karena merupakan perpaduan yang solid antara seleb Hollywood, badak bercula satu Ujung Kulon, dan theklek Beringharjo.


Pada zaman dahulu kala, waktu PKI belum diberantas, dan paha gw masih semontok dan semenggairahkan paha ayam Mbok Berek, gw pernah dikira separuh India. Mungkin di jaman itu dokter mata belum terdistribusi dengan merata di Indonesia, makanya penderita katarak dan rabun dekat masih berkeliaran di mana-mana.

Beberapa tahun kemudian, paha saya makin menggairahkan layaknya ayam goreng Nyonyah Suharti. Berbulu lebat menggemaskan, kaya kremesan. Kali ini temen gw yang bilang, -set Bah Liong mode: on- 'Kamu tu nek jalan dewe, kayak orang Jawa. Tapi nek jalan ama kita tu isa nyampur. Keliatan sama, ndak kayak Jawa' Gw terbelalak, curiganya dia kebanyakan minum ang ciu.

Masuk kuliah, ga cuma paha yang menggairahkan. Full press body lha yauw. Ketok magic sisan... Dan tiba-tiba gw dikira dari Medan! Alasannya, muka gw muka Batak. Padahal dengan rahang yang timbul tenggelam ini, muka gw tentu jauh dari muka Batak. Jauh panggang dari api,Jauh Sitanggang dari Suketi. Kedua,nama komersil gw waktu itu masih Ishak Yunanto S. Dikiranyah S itu Simanjuntak, Siregar, Sihombing, Simbolon, atau Simanungkalit. Salah dong, gw kan Simatupang. Siang Malam Tunggu Tumpangan [oportunis]. Yang jelas, sejak itu nama jual diri gw adalah Ishak Y Suryawan.

Seiring dengan berjalannya waktu... Kulit gw makin mulus layaknya pualam diamplas... Rambut gw makin indah bercahaya bagaikan sutera yang baru dipanen dari ulatnya. Badan gw makin mantap jaya bak patung Yunani setengah jadi. Gaya pakaian saya jadi oh-so-sophisticated-sekaleee. Dan otak penonton tivi Indonesia sudah terkontaminasi stigma seorang dokter yang diinfuskan secara perlahan tapi kejam oleh MD Entertainment dan MVP. Akibatnya, survei terbaru membuktikan 7 dari 10 wanita Indonesia memilih mencium gw daripada Kotex bekas pakai. Eits, mangsudnya 7 dari 10 wanita (apalagi di Balikpapan sinih), mengira gw lahir, tumbuh dan besar di Jakarta.

Sebuah pertanyaan bergejolak bagai kolak. Ini pujian ato celaan? Secara, orang Betawi asli yang nongol di tivi kan satu tipe dan spesifikasi. Mandra. Mastur. Omas. Pok Nori. Bang Bokir. Dari asil obserpasi di cermin secara intensip ni, cuman atu ciri morpologis aye yang kaya orang-orang entu: gigi aye same panjangnye. Pan aye masih di Bandung, gigi aye ude nyosor ampe Jakarte. Selebihnye, jelas dong aye lebi mirip Abang Paporit Jakarte Selatan tahun 1937.

Gw sadar bahwa memang dari dulu hampir ga ada yang keliru mengira gw orang Jawa. [Kecuali pemilik kafe di Ullen Sentalu yang bersikeras bahwa gw adalah anak Kanjeng Endra dari Pura Pakualaman. Padahal sekali-kalinya gw masuk Pakualaman ya waktu jadi bin[a]tang tamu di Star FM]. Gw sadar bahwa memang gw ga pantes pake batik, baik batik model om-om, atau batik model pegawai catering. Gw sadar bahwa blangkon menimbulkan imbas yang luar biasa buruk bagi bentuk kepala gw. Padahal kulit gw sawo matang sematang-matangnya Padahal mata gw belo sebelo-belonya. Padahal tidak seperti Agnes English-Is-My-Second-Language Monica, bahasa kedua gw adalah bahasa Jawa. Bisa jadi malah kedua, ketiga dan keempat (basa jawa ngoko, kromo, karo walikan). Tapi kenapa... Hamba bertanya kenapa Oh Tuhan, tidak ada yang menganggapku sebagai wong Jowo... Apa salah dan dosaku... Aku hina... Kesucianku terenggut, aku ternoda..

Kemudian daripada itu, saya mengalami saat-saat pencerahan. Seolah langit terbuka, mencercahkan seberkas sinar kemuliaan yang langsung mengarah ke kepala [yang moga-moga ga jadi botak] gw. Dan terdengarlah suara entah dari mana berkata 'Anakku... Meskipun mukamu bukan muka Jawa, toh masih orang Indonesia juga.. Ayo buktikan kalo memang orang Indonesia... Makanlah Indomie!!!'

Pencerahan yang aneh. Memang sih gw udah sebulanan ga makan Indomie. Tapi kok gini? Sambil berpikir, gw beranjak ke toko, niat beli Indomie. Tiba-tiba kedengaran lagi suaranya, 'Oh ya, jangan keseringan pake wax dan catok. Aku udah botak, nanti tambah cepet nurun ke kamu...' Gubrak. Jebul sahan-ku le ngomong.

Gw merayap cepat ke toko di deket hotel. Beli Indomie rasa Coto Makassar, Soto Banjar biasa, dan Soto Banjar Limau Kuit yang kayanya cuma beredar di Kalimantan. Pulang ke hotel, dan dengan biadab memperkosa electric mug untuk masak yang rasa Coto. Makannya pake mug kopi hotel. Biadab kuadrat, tanpa perike-alat makan-an. [Pak Joni pemilik hotel, maapkan dosaku...]

Aneh memang. Gw yang sudah hampir sebulan bebas dari mi instan, sebenernya tinggal pesen makanan lain di hotel, ato jalan ke warung/kafe. Tapi entah kenapa, tiba-tiba gw pengen makan Indomie. Inikah oh namanya MSG-withdrawal? Tapi serius, Indomie [dan merk-merk lainnya] memang boleh jadi makanan kebanggaan Indonesia. Secara konon rasanya paling ajib dalam blantika per-mie instan-an dunia, dibandingkan bikinan negara lain. Rencananya, rasa yang lain bakal gw selundupin ke Jawa. Moga-moga tidak terendus anjing pelacak di airport. Kalo apes-apesnya kecium anjing juga, bakal gw kerahin Si Ratu Kirik.

Di bawah ini poto gw makan Indomie dengan berbagai gaya...

Gaya bintang iklan... [aduh aduh, panjangnya gigiku]


Gaya Mie-yabi


PS: rasa Mi Kocok dan Empal Gentong juga udah menunggu gw di Bandung. Ngemeng-ngemeng, Empal Gentong ini makanan kaya apa ya? Kok gw malah jadi keingetan Om Anton? Gempal layaknya gentong. Hahaha. [Di kejauhan tampak Om Anton berenang dari Adonara bawa tombak...]

Saturday, July 05, 2008

playing 'Do-You-Know's

Hoahm. Baru bangun dari, whatever you may call it, hiatus, hibernation, writer's block, or simply PMS (Pria Malas Syndrome). Setelah puluhan wake-up call, menanyakan kapan gw bakal update blog, gw menyerah. Gw kembali hadir dengan misi mulia, mencerdaskan kehidupan bangsa. Duduk manis, anak-anak! Paman Ishak akan mulai bercerita.

Do you know, that I've been in Balikpapan for almost 3 weeks? Now you do.
Being outcasted a thousand kms away from Bandung. But don't pity me! Balikpapan bukanlah lokasi yang tepat untuk pengambilan gambar Survivor. It in fact is the biggest city in East Kalimantan, despite Samarinda being the capital. Kotanya bikin betah! Sebagai peraih Adipura 3 kali berturut-turut, Balikpapan tentu lebih bersih dari Jogja, let alone Bandung. Udara masih seger, secara campuran angin laut dan gunung. Banyak tempat nongkrong, hotel dan mall yang di pinggir pantai. Cuma berbataskan tembok, dan gw cuma bisa berdoa biar selama gw jalan di Balikpapan Plaza tidak terjadi tsunami. Kotanya ga terlalu gede, bisa dikelilingin dalam satu jam. Hanya ada dua mall, satu bioskop [bukan 21...] but yes, there are distros in Balikpapan. Lots of them. Meskipun ga ada sinyal Fren, overall it's a perfect place to live asalkan bersedia keluar duit 25 ribu untuk Combo 1 KFC, atau 25 ribu untuk 10 menit naik taksi.


Do you know, that power outage happens on a daily basis in Balikpapan? Now you do.
Pretty sucks, but I'm getting used to it. Batere laptop sekarang dipasang terus. A-Con dan TV di set shut-off timernya biar irit listrik. Tapi listrik mati juga ga ngefek-ngefek amat, secara ada genset sebagai juruselamat.

Do you know that di hotel ini kamar gw rates-nya paling rendah (baca: CUMA 700rb)? Now you do.
Untungnya semua ditanggung! Gw cuma modal badan dan koper aja. Fasilitas hotel termasuk gym, kolam renang, sauna, dan massage. Sarapan buffet dan makan malam a la carte tiap hari. Dan kalo ga inget Balikpapan suka kekurangan air, gw bakal foam bath tiap sore. I've told you not to pity me. Envy me, then.

Do you know that I lost 4 kgs in 2 months in Bandung, and gained back nearly 1 kg in 3 weeks in Balikpapan? Now you do.
Meskipun berat dompet gw berkurang, berat badan gw tambah hampir sekilo di sini. Yea, who would resist Kepiting Kenari, atau Daging Menjangan Saus Kung Pao dengan Roti Mantau? Tapi tenang saja, gw juga ke gym hampir tiap hari. So let's just assume kalo satu kilo yang nambah itu otot semua [ngeles].

Do you know that Bogor adalah Kota Hujan, Magelang adalah Kota Hujan Abu, dan Balikpapan adalah Kota Banjir? Now you do.

Balikpapan jarang-jarang ujan. Tapi sekalinya ujan, deres dan lama, dan bikin banyak rumah kerendem. Kaya hari ini. Secara ujan dari Subuh sampe sore, mobil Rumah Sakit kejebak banjir dan ga bisa jemput gw. That's why I ended up lounging around di kamar, makan sup buntut dari room service, dan bukannya jalan-jalan biar ga kedinginan, gw melakukan cabang olahraga baru: blogwalking. Mungkin ini kenapa berat gw naik.

Do you know that atlet-atlet tenis PON nginep di hotel gw? Now you do.
Hotel gw sempet dipake buat ITF Women’s Circuit International taun lalu. Gw sempet ngeliat nama Elbert Sie dan Sandy Gumulya di guestbook gym. Dan akhirnya, gw berkesempatan fitness bareng Yayuk Basuki. Embracing a divatittude, dia denger musik pake headset, jadi bisa pura-pura ga denger kalo ada orang ajak ngomong. Some were intrigued, and even overwhelmed by her presence. As for me, I was more scared looking at her kuli-like upper arms.

Do you know that I have just plucked my first grey hair? Now you do.
Papa mewariskan gen botak. Mama mewariskan gen uban. Could it be worse? Yes it could! Rambut saya harus berhadapan dengan flat iron dan hair wax setiap pagi so I can turn up at the hospital looking like this:

Mumpung masih bisa. Mumpung belum botak dan penuh uban. Puas-puaskan dulu main rambut. Carpe Diem!

Do you know, bahwa gw bersyukur gw bukanlah wanita, Muslimah, dan tidak tinggal di Kota Bharu? Now you do.
Setelah ribuan karyawan Starbucks kehilangan pekerjaan, mungkin ribuan SPG kosmetik dan sepatu resmi di Malaysia akan bernasib sama. Ada yang bisa kasih tau hubungan antara lipstik tebal dan sepatu berhak tinggi dengan pemerkosaan dan seks terlarang? Because I think, unless your lips are this voluptuous, fat chance they will arouse a guy.



Do you know, that the pregnant man has finally given birth?

Thomas Beatie, 34, seorang pria transeksual, akhirnya melahirkan lewat persalinan normal. Dan konon, dia bukanlah pria transgender pertama yang melahirkan. Jadi siapa yang pertama? The Governator?


Okay. Masih belum tau sampai kapan saya diasinkan. Eits, diasingkan.
Ishak, over and out!