Friday, February 29, 2008

tidak adil!



Yeah! I was so chuffed knowing that NIDJI will be performing in town again! It’s a must-see! A Mild Live adain event Rising Stars yang tahun ini, dengan konsep baru: The Choice is Yours! Dan berdasarkan poll di radio dan situsnya, A Mild memutuskan Rising Stars buat Jogja adalah The Titans dan NIDJI! As I recall, memang kemarin banyak yang pilih Nidji di Geronimo. Tapi di blognya, NIDJI mengatakan merasa belum pantas disebut rising star karena masih harus banyak membuktikan diri. Eleuh eleuh, Kang, kalo The Titans yang ngomong gitu aye bisa maklum. They’re not even a star, anyway [oops]. Menurut gw NIDJI IS NOT rising, tapi bahkan udah kepancang di tempat parkir khusus di langit sebagai bintang baru. They were crowned jawaranya A Mild Live Soundrenaline Sounds of Change tahun lalu! Kalahin Slank, Gigi dan band-band sisanya gitu loh.

Jadi, dengan penuh harapan meskipun kaki udah mo patah kayak Arsenal’s Eduardo, gw dan Penguin bela-belain ke Mandala Krida. Udah jam 9 lewat waktu kami nyampe tapi pintunya belum dibongkar. Kami nanya dulu ke panitia, ternyata Nidji belum main. Ya suds, langsung beli tiket 10.000 [kali ini tanpa bonus rokok], dan masuk.

Agak bĂȘte juga sebenernya, soalnya Ari Lasso lagi tampil. Meksipun tampangnya mirip, gw jauh lebih demen nonton Komeng ngebanyol daripada Om Lasso nyanyi. Suaranya sebenernya masih oke banget buat ukuran Om-Om. Dan yang jelas, dia masih punya charisma kuat. Tapi lagunya itu lho, Om. Mbok ya o… Penonton tampak larut ikut berdendang, gw pilih larut ama Penguin aja [yeah!].

Serangkaian lagu-lagu yang bertemakan cinta [yawn…] dia bawakan, termasuk lagu barunya yang biasanya duet ama BCL. Untunglah kali ini dia gak bawa BCL. Sebagai gantinya, ada Icha Mamamia, yang cukup easy on the eye, dan tentunya jauh lebih easy on the ear daripada BCL. Sebagai penutup, Lasso kasih satu-satunya lagu dia yang menurut gw layak dengar: Misteri Ilahi. Sebelum nyanyi, dia bilang kalo abis ini yang tampil adalah band baru kesukaan dia, Nidji. Yay! Lasso menyusul Ahmad Dhani, Gigi dan Padi sebagai artis senior yang menyatakan sayang ama Nidji [not to mention Dorce dan Titiek Puspa]. Yah, mudah-mudahan Om Lasso gak ngomong gitu ama semua band yang tampil abis dia, tapi emang mengutarakannya dari lubuk hati yang paling dalam. Misteri Ilahi beres, penonton merangsek ke depan.

Yet, bahkan bintang seperti Ari Lasso pun bisa boong. The giant screen said Butterfly would be performing next. Boo… Penonton kecewa. Hasrat menyaksikan Giring Ganesha berlaga harus diredam sebentar untuk penampilan yang sejujurnya mengundang tawa. Part of the crowd laughed when the vocal started singing, and yes, I surely did chuckle. To keep the audience from puking, di lagu berikutnya mereka ajak Andro Nidji buat maen Bila Aku Jatuh Cinta. But, having Andro on stage didn’t help, and the song was totally screwed. Untunglah berkat doa dan puasa penonton se-Mandala Krida, penampilan mereka berakhir dan the MCs took over. The judges were called out on stage to announce A Mild Live Wanted 2008’s winner for Jogja-Jateng region. And I think the whole crowd was startled when Butterfly was announced to win the 1st spot. Lucky us that we missed the other finalists that night.

Dan akhirnya, tanpa banyak bicara dan nggaya, MC segera manggil band yang jadi penutup acara: Nidjiiiiiii…. Set panggung udah mulai ganti, dan lightingnya gila-gilaan. Mulai main visualisasi juga di screen. Ajib!!! Secara konsep panggung, jauh ama Ari Lasso. Lebih punya taste! To match the astounding colorful lights, mulailah music jedug-jedug remix lagu Heaven, yang mengubah lapangan parkir Mandala Krida jadi nirvana bagi rave party-goers. And there appeared the gods inhabiting the nirvana! Enam anggota Nidji masuk panggung, full of energy, ready to blow a house down. Heaven versi remix langsung digeber, mengguncangkan Mandala Krida [weleh]. Giring muncul dengan senjata-senjatanya: keffiyeh merah di leher, dan dua neon sabers atau neon giant popsicle atau entah apalah, yang kaya Skywalker’s lightsaber di Star Wars ituh . And I wasn’t sure, but was that a mustache he’s wearing? And he looked skinnier, Penguin said.



The opening was hilarious. Thousands of teens, with pumped adrenaline were cheering and jumping. Dan masuk di lagu-lagu berikutnya, makin seru aja. Child dibawakan dengan aransemen baru yang intronya bikin gw ga ngeh, dan di Kau dan Aku Giring mencoba mengobarkan nasionalisme dengan bawa-bawa bendera merah putih di panggung. Panggung makin cantik, dengan asep, kembang api ama semprotan air ke penonton. Penonton yang di depan, mampus deh kebasahan. Tapi yang bikin gw bingung, penonton mulai kepayahan. Goyangnya, nyanyinya udah setengah ati. Malah kayaknya kencengan pas Ari Lasso. Padahal baru juga 3 lagu. Apa karena gw di belakang?

Penampilan terus lanjut dengan Arti Sahabat yang videonya selalu bikin gw ketawa karena terkesan amatir tapi justru jujur. Giring coba angkat penonton di bagian na-na-na, tapi penonton malah makan gudeg, Adem Ayem! Haduh…. Di sini mulai kerasa banget gangguan teknis, mic Giring suka ilang timbul suaranya. With Giring being the It Factor of Nidji, it wasn’t a flawless performance. Di Jangan Lupakan, atmosfer mulai menghangat. Gw curiga NIdjiholic pada rajin nonton Mentari, secara pada apal ama lagunya. Tentunya, beberapa lagu dari album lama dimainin juga. Sudah dan Hapus Aku, which I am now sick of, ternyata masih cukup ngangkat buat Nidjiholic Jogja. Dibawain juga chorus dan interlude Manusia Sempurna, yang seperti biasa membahana tapi menyayat hati. Lost for words....

Di Cinta Tak Pernah Sama, Giring berdua Rama maen drum di depan panggung. Aksi di lagu ini sebenernya seru, sayangnya hanya merupakan pengulangan dari konser-konser sebelumnya, making it nothing new for me, cause I’ve seen it like thousand times on TV. Suasana memanas lagi pas mereka bawain Disco Lazy Time. Sayangnya, di tengah lagu Giring berlagak mo pamit. Jadilah, penonton yang mungkin ngerasa ikhlas melewatkannya cabut pulang. Aduh, Mas, Mbak, gaul dikit dong. Konser-konser Nidji kemaren selalu diakhiri dengan Biarlah. Alhasil, begitu Disco Lazy Time kelar dan Giring mulai nyanyi intro Biarlah, penonton yang udah jalan keluar arena langsung balik lagi. Dan ternyata, Biarlah emang jadi lagu yang paling ngangkat malem itu. Pengennya sih mereka nyanyiin Penantian, Shadows, Pulang atau Akhir Cinta Abadi yang emosional ituh. Apa daya konser sudah usai dan penonton pun berdadah-bye-bye. Gw tinggalkan Mandala Krida dengan langkah gontai, untung ga nginjek tokai.

Gw masih ga abis pikir kenapa penampilan yang megah dan jelas besar budgetnya ini kurang asyik dibanding konser gratisan mereka nan sederhana, dua tahun lalu di UPN. Kalo mo dianalisis, mungkin ada beberapa hal yang bisa jadi penyebab. Pertama, gangguan mic Giring yang bikin suara dia kurang jelas. Kedua, repertoire dan aksi panggung mereka bisa ditebak [bisa juga karena gw kebanyakan nonton mereka di tipi]. Bahkan komunikasi Giring ke penonton juga mirip-mirip ama konser yang dulu [lagi-lagi Soto Kadipiro....]. Ketiga, penonton udah capek! Konser dimulai jam 3, dan Nidji baru naik jam 10an. Wajar kalo energy mereka udah kempos dan perlu di Top Up. But it’s still unfair, though. I mean, guys, you asked for it. You voted for Nidji, and there you got them. And this is what you give them in return? Haduh.….

Berpikir keras sampe jatuh tertidur. Bahkan sampe bangun besok paginya gw masih bertanya-tanya, kenapa bisa terjadi demikian semalam. Abang-abang Nidji, maafkan kami…..

Saturday, February 23, 2008

turunkan Ketua BEM FTP UGM!

Salah satu hal yang paling susah dilakukan di kantor gw adalah minta ijin ga masuk atau pulang duluan. Boro-boro, gw telat setengah jam gara-gara soplens jatuh, ampe dicecer pertanyaan oleh Kau-Tahu-Siapa. Sekretaris ijin buat ngelayat tetangga, besoknya disindir-sindir ama Yang-Bikin-Tangan-Pengen-Ngulek-ulek. Si Flandi aja nyaris disuruh masuk kantor sampe 1 hari sebelum pernikahannya. Minta ijin sunatin anjing kesayangan, gak boleh. Kayaknya cuma hamil tua dan ketuban pecah dini yang bisa bikin kami diijinin pulang duluan. Tapi gw, Mas Andre, ama Pak Wahyudi gak mungkin hamil dan gak punya ketuban yang bakal pecah, jadi agak susah buat kami cari ijin ga ngantor. Makanya gw surak-surak begitu tau Penguin wisuda tanggal 19 Februari, pas Yang-Bawa-Awan-Mendung-dari-Langit-ke-Kantor lagi ke luar pulau. Yay!!!

The D-day was started dengan cukup hectic. Bangun pagi, made and had breakfast that was literally fast, cuci muka, trus cabut ke tempat Penguin. Tiba di Kandang Penguin dan kaget ngeliat dia yang jujur saja mirip Penguin Pake Baju Ondel-Ondel, plus blue-glittered hair. Ouch. Tapi tetep sayang [aihhh….]. Tungguin Penguin siap-siap trus anterin dia ke GSP.

Buru-buru balik, masak aer panas selagi nunggu adek gw kelar mandi. Trus, buru-buru mandi, keramas, keringin rambut, dan pake baju. Jreng. Pria ¾ tampan sudah berubah jadi pria tampan dan siap berangkat.

Gw udah ditunggu Bokap dan Nyokap Penguin yang musti nyampe di GSP jam 7-30. Tapi, gw musti anter adik gw dulu, secara lewatin kampusnya, sekaligus permintaan interupsi poop dia. Bujubuneng, lagi buru-buru, jalanan malah macet. Terpaksa menggunakan jurus kecebong renang di kolam. Nyalip sana, nyalip sini. Kelit sana, kelit sini. Nyelip sana, nyelip sini [Itu jigong kali, bukan kecebong]. Dimiskol dan ditelepon Kakak Penguin secara udah ditunggu-tunggu. Sik, mbak yu!!!

Akhirnya dengan babak buntas gw nyampe di Kandang Penguin, dan Bapak dan Ibu Penguin udah nunggu di luaran. Ya udah, cabut! Nyampe deket Gedung Pusat, gw parkirin motor, trus anter Bapak dan Ibu Penguin ke gedung. Meskipun Bokap Penguin namanya Pak Untung, kami tidak sedang beuntung. Kami harus masuk lewat pintu barat, yang artinya gw harus anter mereka berpuluh meter lebih jauh. To make it more painful, gw pake sepatu cetok-cetok. Tapi tak apa, kan gw gentle man. GEnius and subTLE [uhuy!]. Misi mengantar Bapak dan Ibu Penguin selesai, gw ke kantor dengan baju mulai basah keringet.

Gw ke kantor, mampir dulu beli es batu ama gorengan buat upeti orang-orang. Nyampe di kantor, duduk menghela nafas sambil minum es kapucino dan ngecek email. Ternyata, tidak banyak yang bisa dilakukan di kantor. Lagian, si Celurut Psiko minta dianterin beli laptop. Ngeliat review laptop bentar buat bahan pertimbangan, langsung cabut ke Psikologi buat jemput dia.

Sempet harus berjuang dalam perjalanan dari Psikologi UGM ke EL’s Notebook Center. Secara, Shogun gw mogok layaknya kurang sesajen. Masa tiap 10 meter mesinnya mati. Ngajak tengkar ki! Untung kaki gw dipegang adek, jadi batal tendang-tendangin motornya. Sempet mampir di bengkel yang dengan rapid assessment menilai knalpot gw kotor dan musti dibawa ke tukang knalpot. Belakangan gw tau, Bokap gw bilang I’ve been fooled, there is no such thing like knalpot kotor.

Setelah pilih laptop yang dimaui, nunggu memorinya diupgrade, bayar, langsung balik kantor buat taruh laptopnya. Keluar kantor, anter adek balik lagi ke kampus, ke Kandang Penguin lagi. Cuma parkir motor, langsung balik lagi ke GSP. Haduh, kaya gasingan gw hari ini. Mudah-mudahan jadi langsing abis muter-muter mulu [ngarep….].

Demikianlah, nyampe di GSP wisuda udah beres dan tiba saatnya acara yang dinanti: sesi poto. Bersama tiga anggota Kater, Mbem, Jamban dan Tukir, kami poto-poto di sekitar GSP aja. Ini, poto gw berdua ama Penguin. I love her, she makes me look taller [haha].



Abis itu, masih harus pelepasan di fakultas. Padahal biasanya yang gw tau zaman SD, sistem pelepasan adalah anus. Lha, ini pelepasan di fakultas… Sebelumnya, mampir kantin dulu. Amit-amit gerah banget…

Setelah sebotol Fruit Tea Apel, kami masuk ke tempat acaranya. Acara dimulai dengan pembukaan remeh-temeh dan lagu-lagu dari paduan suara pakultas. Mbem udah memperingatkan gw untuk waspada, ‘Siap-siap mendengarkan suara surgawi!’. Dia benar, tapi ternyata penghuni neraka ketujuh udah pada pindah ke surga, jadi suara surgawinya bikin tangan gw gatel pengen ngambil benda apa aja yang palingg deket buat sambit mereka. Sayangnya, benda yang terdekat adalah Koko, Adek Penguin, yang kayaknya kasian kalo harus dilempar-lempar. Belum kawin, dia. Acara berikutnya adalah sambutan.

Sambutan dari Dekan, masih lumayan layak dengar meskipun gw udah mulai ngantuk. Sambutan dari Ketua BEM bikin gw gerah dan pengen provokasi seluruh mahasiswa FTP UGM untuk demo minta dia turun tahta. Dengan berlagak sok motivator, dia [yang adalah adek kelas] minta para wisudawan [yang adalah kakak kelas] buat berdiri dan pejemin mata. Dia minta wisudawan-wisudawan buat bayangin mereka ada di peti mati, dan bayangin sejarah apa yang bakal mereka tinggalin buat diceritakan. Anak muda, ini acara wisuda, bukan 7 Hari Menuju Taubat!!!! Lagaknya aja kasih materi self-help, go get your self a help dulu kaleee. Sambutan berikutnya adalah perwakilan wali dan wisudawan, yang untungnya masih bisa dinikmati tanpa bikin kepala sepanas pantat.

Akhirnya, sampelah di acara puncak, pelepasan wisudawan. Trus, salam-salaman, poto-poto deh. Beres acara, buru-buru keluar secara masih banyak agenda hari ini. Ke Kandang Penguin, gw mampir beli es kapucino dan minum Panadol, secara kepala gw sakit [mungkin akibat sambutan si Ketua Bem Njaluk Ditapuk tadi]. Dan berangkatlah kami berkelana mencari kitab suci. Maaf, ke Giwangan buat kunjungin Calon Bisan Bokap dan Nyokap Penguin. Kunjungan yang tidak lama membuat kami serasa ikut kondangan. Toples kue, piring dan gelas muncul bertubi-tubi dari dapur. Musti tahan godaan, secara abis ini mo makan lagi.

Perjalanan dilanjutkan ke Bukit Patuk Gunung Kidul, deket-deket Radio Yang Seharusnya Anda Banting. Selama perjalanan, the beautiful sloth took a little time snoozing in the car. Hush, hush, hottie hunk. Kami nyampe di Resto Bukit Indah, yang memberikan pemandangan bukit yang lebih indah dari bukit kembar yang biasanya kita lihat [maksude Mas?]. Ini ni poto-potonya yang gw comot dari halaman multiply orang [haha].





Yah, ada sih yang kita ambil sendiri...





Setelah poto-poto sambil ngeliatin Jalan Wonosari dari atas bukit, tiba waktunya makan! Steamboat seafood, gurami bakar, sup buntut, cah kembang kol ama spaghetti bolognaise udah siap disantap. Huyeah!

Kenyang, pulang! Nyampe kota lagi udah setengah 8 lewat. Pengen mandi!!!! Gw balik, mampir kantor dulu ambil laptop adek. Pulang, mandi aer panas yang bagi gw adalah kenikmatan dunia. Capek… Tapi, masih ada satu acara lagi yang khusus diselenggarakan A Mild buat merayakan wisuda Penguin: A Mild Live Rising Stars dengan bintang utama NIDJI!!!!! Posting tentang NIDJI pastinya gak bisa digabung di sini dong… Woohoo!

Thursday, February 21, 2008

cowok Harle



Dua minggu ini gw aktif memperdalam ilmu, secara katanya harus jadi lifelong learner. Andragogi, man! Tapi bukan dengan baca buku teks. Bukan dengan browsing jurnal internet. Bukan dengan tutorial, kuliah pakar dan semacamnya. Gw rajin mengunjungi rental komik! Ya, gw sedang memperdalam ilmu gw tentang kehidupan sehari-hari orang Jepang dengan membaca manga [halah, ra penting]. Itung-itung sekalian merayakan kepergian Bos.

Pada suatu kunjungan ke rental komik. Gw lagi cari-cari Homunculus dan Yotsuba, sambil nguping pembicaraan Mbak-mbak Peminjam Centil [MPC] dan Mbak-mbak Penjaga Rental nan Ramah dan Baik Budinya [MPRRBB]. Pembicaraan yang awalnya tentang Trans Jogja tiba-tiba merepet jadi topik lain begitu gw jalan ke deket-deket mereka....

MPC: ‘Eh tau Cowok Harle gak?’
MPRRBB: ‘Cowok Harle? Malaiholo?’
MPC: ‘Bukan. Itu lho cowok-cowok tipikal Harlequin….’
MPRRBB: ‘Yang kaya mana tuh?’
MPC: ‘Itu lho.. Cakep…’
[Kepala gw mulai gede. Helm mulai sesak]
MPRRBB: ‘Terus, terus?’
MPC: ‘Badannya atletis gitu, kulitnya coklat…’
[Hasyim! Gw mulai bersin-bersin, dan mata mulai kedutan]
MPRRBB: ‘Apa lagi? Apa lagi?’ [Dia antusias, mulai horny]
MPC: ‘Biasanya tuh awalnya suka songong, angkuh, tapi akhirnya baik banget..’
[Haduh! Tampang gw kan katanya tampang cowok songong nan autis. Gw langsung terkapar dengan diagnosis syok anafilaktik et causa ke-GR-an]
MPC: ‘Trus biasanya dia tajir banget….’
[Ciat! Gw bangun lagi, batal GR-nya].

Buru-buru gw ambil komik yang niat gw pinjem, dan gw bayar.
Gw interupsi mereka, ’Mbak, pinjem ini. Nomernya 486…’
MPC dan MPRRBB menghentikan pembicaraan mereka seketika, menoleh ke arah gw dan untuk beberapa saat tidak bisa berkata-kata dan susah bernafas.
Gw langsung bayar. MPRRBB tampak melayang setinggi 30 cm dari lantai pas nerima duit dari gw, sementara MPC meleleh layaknya T-1000 dalam Terminator 2.
Gw jalan ke parkiran dan sayup-sayup terdengar suara mereka dengan penuh kegemasan, ‘Ah…. Cowok Harle…..’

NB: Percayalah, cerita ini adalah nyata adanya, kecuali 2 kalimat yang sedikit banyak direkayasa. Anda tahu kalimat yang mana.

batal ngartis!

Masih inget kunjungan kedua gw ke Bali yang cuma beberapa jam? As I am a smart shopper, dalam beberapa menit gw udah balik ke Ngurah Rai dengan jinjingan oleh-oleh di tangan. Waktu keliling di Jalan Raya Tuban, gw sempet mampir ke satu toko baju yang jualan kaos-kaos distro. Standar lah, EAT/347, Skater, gitu-gitu aja. But then I chanced to see something attractive, ada clothing brand yang plesetin logo merek-merek ternama jadi nakal, salah satunya Oral-B jadi Oral Me. Pengen beli, secara kainnya juga enak banget. But the price was suffocating, saudara-saudara! Enam digit, gila! Terpaksa tahan tangan untuk meraih dompet. Ujung-ujungnya ambil pin Bread Talk yang diplesetin jadi Breast Talk buat Penguin. Emang cocok buat menyadarkannya [Peace, Nguin!].

Nah, dalam suatu sesi impulsive shopping, gw iseng-iseng ke deKosmo Jalan Magelang, yang gak nyampe satu rokokan dari rumah gw. Boro-boro satu rokokan, rokoknya belum sempet disulut udah nyampe aja di sono. Niatnya sih nyari baju buat wisuda Penguin [duh, niat banget gw]. Udah dapet kemeja item yang bikin gw tampak seperti esmudmut [eksekutif muda nan imut], kaki gw malah secara otomatis membawa gw ke rak-rak kaos sok vintage. Dengan semangat gw coba beberapa kaos bergambar cartoon heroes ama Scooby Doo. Kan lagi jaman tuh. Murah lagi, seratus ribu tambah dikit bisa dapet 3. Tapi ternyata agak-agak terlalu press body jatuhnya. Untuk menghindari dibilang pamer badan gw yang memang pantes dipamerin [cuih], atau dibilang dangdut , dan yang paling mengerikan disangka bi**n, gw ga jadi ambil. Akhirnya gw jelalatan dan mata gw terantuk pada satu kaos bertuliskan Oral-Me, Unlimited Needs, yang jelas mengingatkan gw ama kaos yang di Bali itu. To my surprise, it was half the price! As always, size M fits me. Gw ambil yang coklat, dengan print metallic silver yang sooow flashy. Looks great to go to the club with! Bakal kelip-kelip di bawah disco ball. Acik acik… [I once saw my boss wearing such metallic printing says GLAMOROUS, tapi sumpah, gak banget jadinya kalo dia yang pake]

One good thing about the shirt was printingnya ga gitu keliatan di bawah sinar matahari. Jadi ga ketauan kalo nakal. Only those who intentfully gaze at my chest would notice and probably flirt me back [ngarep]. Jadi [pikir gw], aman dipake di hadapan orangtua. Palingan juga pada ga tau artinya. Haha.

Then on a laundry day, gw balik ke rumah dengan travel bag berisi 8 kg cucian. And with jaw dropped I found something awful. Tulisan Oral-Me Unlimited needsnya udah berganti warna jadi putih metah. The metallic printing was peeled off! Nyuk! Look what they have done to my new Tee:



Aduh. Aduh. Kaosnya gak bling-bling lagi, jadi kaos biasa. Seperti dari baju Kanye West jadi baju anak band emo. Batal ngartis….. Tapi gak masalah, that I can say it more outspokenly: Oral-Me! Yea, baby…

Speaking of Bali, I’m having a craze on Balinese food! Setelah dosis mingguan lawar dan B2 guling di Sorowajan, acara kuliner Santap di Jogja TV mengantarkan gw ke warung Bali lainnya: Mantep Roso [Halah, jare warung Bali kok jenenge Jawa]. Tapi, makanannya oke! Gw udah cobain cakalang gorengnya, yang datang bersama semangkuk kuah sup dan plecing kangkung. Nah, kuah sup ini yang bikin seru! Berbumbu, pedes, seger banget buat siang ato malem. Ikan bakarnya lumayan juga, tapi yang patut banget dicoba adalah sup iga bakarnya. Dengan 23 ribu, kita dapet 2 batang iga dengan daging supertebel dan semangkuk sup isi sayur. Bumbunya gila-gilaan, ngeresep sampe dalem-dalem tulangnya. Gak percaya? Abis makan, coba pegang tulangnya pake tangan trus diisep-isep. Paling disangka siluman anjing. Next destination: Hot Kithcen di tepi Selokan Mataram, yang pernah bikin gw kecewa karena dapetin Sup Tom Yam Cakar Ayam. Tapi konon Ayam Betutunya maknyus. Penguin, ganti baju, pake helm, ayo ke sana!

Saturday, February 09, 2008

mencerdaskan kehidupan Penguin



Masi inget ga tulisan gw soal beda Karawang ama Jogja? Salah satunya, kalo pesen es teh di Karawang, by default penjualnya akan menyuguhkan segelas es teh Sisri, termasuk pemanis buatan dan esktrak teh yang tidak jelasnya. Para pencinta teh akan merasa terhina ada yang berani jualah teh kaya gini.

Sosro jadi Sisri. Boleh lah, untuk sebuah perusahaan putus asa yang ingin mendompleng ketenaran produk pemain utama. Yang lebih parah, ada perusahaan super putus asa yang mendompleng perusahaan putus asa. Beberapa waktu lalu, abis makan di Warung Bakso punyanya Cak Narto yang orang rektorat UGM ituh, gw dan Penguin terperanjat melihat sebuah spanduk yang terpasang di salah satu angkringan. 'Teh Sisir'. Kami berdua ngakak sampe motor megol-megol dan kami dipisuhi kendaraan lain yang lewat.

Dan entah dapat wangsit darimana si Penguin berceletuk 'Jangan-jangan besok ada yang baru lagi, Teh Sosor!'. Gw nyaut, 'Hooh. Logonya bibir.' [Perusahaan-perusahaan teh, kalo berani pake nama ini bayar royalti lho ama kami]

Uiii... Ternyata Penguin gw jago juga sekarang. Udah naik lepel dari GARING jadi LUMAYAN LUCU. Gak sia-sia dong gw jadi Pawangnya. Sang Pawang berhasil menunaikan tugas mencerdaskan kehidupan Penguin...

Tuesday, February 05, 2008

aku suka yang kaya gini....



"It took a Clinton to clean after the first Bush and I think it might take another one to clean up after the second Bush."
- Hillary Clinton at the Democratic presidential debate in Los Angeles on Thursday.

Ngomong-ngomong, di Endonesa juga ada lho gitu-gitu...



Mantan Presiden Megawati Sukarnoputri menilai pemerintah tidak serius menangani harga kebutuhan pokok yang kini melambung. Dia juga mengibaratkan kinerja pemerintah dalam menangani kemiskinan seperti penari poco-poco yang gerakannya terkadang maju namun tetap berada. "Maju satu langkah, mundur satu langkah. Maju dua langkah, mundur dua langkah. Artinya tidak pernah berangkat dari tempatnya,"
- Megawati dalam pidatonya pada peringatan ulang tahun Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan di Palembang, Sumatra Selatan, 31 Januari 2007.

Eh, dibales pula ama Om Kumis



“Poco-poco itu kan sehat. Lagi pula, gerakannya kan bersatu. Langkah (dalam tarian poco-poco) itu yang paling ritmis. Saya kira poco-poco jauh lebih baik dari dansa-dansa yang berputar-putar, sambil jualan gas yang murah pula."
- Jusuf Kalla dalam keterangan pers rutin di Istana Wakil Presiden, menyindir Mega yang pernah dansa di Beijing untuk melobi Presiden RRC biar beli gas dari Papua.

It's Britney, Bitch!

Ha! Bitch teriak bitch?! Mungkin. Tapi itu yang dengan lantang dikatakan Britney I’m-Not-A-Girl-I’m-A-Mother-Of-Two Spears di singlenya Gimme More. Yow, gadis kesayangan paparazzi sudah kembali dengan album baru. Plus, penampilan comeback yang acakadul di MTV VMA 2007. How can media not love [to diss] her? Cerai ama suami tukang porotin duit dan lagi rebutan hak asuh anak. Botakin kepala. Keluar masuk rehab. Cobain baju dalem di luar kamar pas [wish I was there]. Jemput anak orang lain di sekolah. Tengkar ama manager gak jelas. Dan akhirnya yang paling baru, dijemput ambulans untuk dibawa ke Bangsal Jiwa. Hmm. Dia jadi seperti Amy Winehouse, minus the massive talent and the tugu-Monas hair. Take a look at this pretty-go-pity girl…






Isn’t she lovely, this Hollywood girl?

Gw oke-oke aja dengan kembalinya Britney. Paling gak, albumnya banyak dipuji kritik, masih laku, bahkan bikin gw terpelanting dengan memenangkan Best International Album di NRJ 2007, took out Rihanna, Mika, Winehouse dan James Blunt. Emang gak salah tuh produser dan labelnya. Britney masih layak jual! Dan akhirnya, satu pertanyaan muncul di kepala gw: what kind of idiot brought DOT back? Yay! It’s the donkeys, bitch!



Ingatan gw melayang zaman jahiliyah, 9 tahun lalu. Waktu itu gw masih 13 kg lebih ringan dari sekarang, masih putih tapi jerawatan, masih pake kacamata segede gaban, dan masih jadi dedengkot reporter majalah sekolah. Jaman itu namanya masih kuli tinta, ato kerenan dikit: kuli disket, secara flashdisk belum tercipta dan rewriter CD masih dianggap sebagai keajaiban dunia. Orde Baru baru aja berakhir, tapi gw masih sering mempraktekkan KKN. Tepatnya: menyalahgunakan privilege sebagai reporter sekolah untuk nongkrong di Geronimo. ‘Mau liputan, Pak!’, kilah gw ke guru piket biar dapet kupon bolos. Bareng rekan reporter, kami naik bus jalur 12 berdua, nongkrong deh di Geronimo. Request lagu, kenalan ama penyiar, ato, ngejer-ngejer artis yang abis wawancara. Hasilnya, gw berhasil wawancara ama Dewa 19, Zamrud, Pas, Netral, Superbejo [duh, gw bahkan lupa mereka pernah ada], dll. Buah manis lain dari perjuangan gw adalah foto gw bisa nampang di majalah sekolah bareng artis-artis. Tenar dong gw. Kejahatan gw menyia-nyiakan uang rakyat [baca: uang nyokap buat bayar SPP] ternyata berbuah indah pada waktunya.

Keuntungan lain dari nongkrong di radio pada jam sekolah adalah gw bisa kenalan ama pembolos-pembolos dari lain sekolah. Waktu itu gw kenalan ama dua orang anak SMU 10, yang bukan anak majalah tapi ujung-ujungnya suka ikut kami berburu artis. Dan suatu saat mereka cerita, ‘Eh tau ga? Kemarin pas ke Geronimo lagi ada wawancara DOT. Trus ama kami dikasi tiket gratis, soalnya katanya gak laku. Malah kami suruh bagiin ke temen-temen juga. Nontonlah kami sore-sore di kafe. Sepi banget, cuma 30an orang yang nonton. Lagian biasa banget mainnya’

Ya,di jaman itu, bahkan anak ABG juga tau kalo musik DOT mah ecek-ecek doang. Zaman itu ABG udah cerdas pilih-pilih music. Mereka lebih bisa nerima Sheila on 7 untuk musik lebai, atau yang gaharan dikit kaya Zamrud, Slank dan Dewa. DOT mah cuma jualan lagu remeh-temeh yang seremeh remeh-remeh biscuit, dan jualan muka Eza Yayang yang waktu itu sempet jadi pemenang favorit koperboinya Aneka Yess [waktu itu gw juara 2, FYI].

Eza Yayang memang pernah keren. Tapi dulu! Dulu banget sebelum gw bisa naik sepeda, pas dia duet ama Agnes Monica. Masalahnya, Agmon masih keren. Tambah keren berlipat-lipat malah. Sementara sebaliknya, tingkat kekerenan Eza nyungsep seperti Adam Air di perairan Sulawesi. Kelebihan berat badan, dan karirnya mentok di FTV SCTV aja. Makanya gw kaget aja tiba-tiba DOT nongol di SCTV dengan penampilan yang magical. Kita harus bilang penampilan mereka ajaib, secara tiba-tiba tangan gw tersihir gerak sendiri untuk memencet remote dan pindah channel.

Ini sudah sepantasnya menimbulkan keprihatinan. Dulu banget, gw pernah mengutuk Peterpan dengan suara kumur-kumur Ariel dan cuplikan lagu orang di sana-sininya. Begitu Radja muncul, Peterpan tampak berada di kelas yang berbeda [dan, secara jantan gw akui musik mereka makin matang sekarang]. Radja berhasil mengkombinasikan musik dan penampilan fisik yang di bawah standar. Ditolak oleh Music Director di radio-radio ternama, malah jadi nomor satu di radio-radio tak ternama. Beberapa tahun kemudian, muncullah mimpi buruk bagi pencinta musik Indonesia: Kangen Band, dan Radja jadi terdengar seperti Queen dan terlihat seperti model-model dari agency gw, Look Model Indonesia [tep ora, ding!]. Mari kita analisis apa yang dipunyai Kangen Band: musik yang menye-menye kaya kurang darah dan kurang makan, vokalis yang tidak enak dipandang maupun didengar, kisah hidup tragis gw-pernah-jual-cendol yang diblow up berlebihan, dan kebanggaan mereka karena bisa laku lewat VCD bajakan. Gw ga bisa bayangin ada yang bisa lebih jelek dari Kangen Band. Tapi kenyataanya, seakan satu Kangen Band belum cukup menyengsarakan, band-band yang sama lebainya mulai bemrunculan layaknya jamur di kulit Upik Babu gw. Bahkan Mister Master Ahmad Dhani [yang tadinya gw puja] ikut-ikutan. Haduh. Kita patut menangis. Ini bencana nasional!

Gw ga tau apa yang bisa dilakukan buat menyelamatkan musik Indonesia. Wong beli album asli aja gw jarang-jarang. Paling-paling kita cuma bisa berdoa bahwa pemerintah bisa mengamalkan amanat UUD 45: mencerdaskan kehidupan bangsa, sehingga peminat musik bisa lebih selektif memilih musik yang mau mereka denger. Plus, berdoa buat band-band ke-laut-aje ini, supaya bertobat dan diampuni dosanya.

Pada akhirnya, yang pengen bikin laris dokter spesialis THT, silahkan donlod album DOT di sini.