Tuesday, October 31, 2006

MTV Indonesia, bisa cari sponsor lain gak?

Terima kasih kepada Global TV for rerunning MTV Indonesia Movie Award 2006 Lebaran lalu, sehingga gw bisa menyaksikan lagi Sarah Sechan yang menurut gw masih merupakan host award-awardan terbaik di Indonesia saat ini. Tapi, sehebat-hebatnya Sarah, dia tampak sedikit tolol saat harus membacakan tagline salah satu sponsor acara, Ting-Ting Garuda: Dua Batang, Gopek Doang!

Sebelumnya gw minta maap ama tim marketing Garudafood atau copywriter iklannya, tapi tagline tadi terdengar bodoh dan sama sekali tidak menarik gw buat membeli Ting-Ting Anda. Dibacakan oleh seorang Sarah Sechan bahkan Oprah sekalipun.

Gw masih belum kebayang bakal jadi apa MTV’s Penghargaan Musik Indonesia 2006, secara sponsor utamanya adalah Tje Fuk. Host-nya pasti akan meminta bayaran mahal untuk berkali-kali membacakan Tje Fuk, tanpa Mercury dan Hydroquinon, Mengajak Wanita Indonesia Pintar Memilih Kosmetik.

Dua contoh tadi belum seberapa dibandingkan satu TVC yang sempet gw tonton, yaitu sebuah pemantik api dengan brandname: TOKAI. Ya ampiyunnn… Dari jutaan kosakata Bahasa Indonesia atau China, haruskah kata TOKAI yang dipilih? Saya tahu, gas cair dalam pemantik api sering berbau busuk layaknya t*i. Tapi… Plis deh… [kehabisan kata-kata untuk mencela]

Tapi brand name tadi kasih saya ide untuk suatu saat bikin bra dengan merek TOKET. Consumer awarenessnya akan sangat tinggi.
Juga kondom bermerk Rafika, dengan varian berduri yang akan saya kasih nama Rafika Duri.
Oke, sepertinya lebih baik saya berhenti menulis daripada blog ini dicekal karena menghilangkan nafsu makan.

antara Karawang dan Jogja


Oke. Saya bersyukur bahwa Chairil Anwar telah lama mati, dan mayat-mayat yang tidak bisa teriak 'Merdeka!' dan angkat senjata lagi sudah tidak terhampar di antara Karawang dan Bekasi. Jadi di mobil travel sepanjang perjalanan Jogja-Karawang, i pictured Karawang as a Bandung-like city, secara emang cuma 2 jam-an dari Bandung. Tapi gw lupa pada kenyataan bahwa Karawang lebih bisa disebut Jakarta Coret daripada tetangga Bandung. Kota industri pula. Kenyataan ini ternyata membawa banyak konsekuensi, dan baru beberapa hari ada di Karawang gw sudah bisa memetik beberapa pelajaran dari pohon kehidupan [yaks... ngomong apa gw barusan].

1. Kata Nadine Chandrawinata, Indonesia is a beautiful city, but Karawang eventually is a super-duper-hot city. Sayangnya insting saya untuk membuka baju setiap kali thermometer mencapai 32 derajat Celcius tidak bisa berlaku di sini. Saya sedang bekerja. Yang jelas gw jadi harus sering-sering cuci baju. ‘Ngapain? Pake aja lagi, kan jaganya ganti klinik. Mereka mana tau.’ Well, bukan ide yang bagus jika produksi keringatmu sedikit berlebih dan berbau kurang menyenangkan [baca: bisa mengaliri sungai Nil dan aromanya menewaskan semua lalat dalam radius 4 km]. Atas dasar perikelalatan, gw merelakan tangan gw kering terpapar Rinso daripada bikin pasien mimisan.

2. Nyamuk! Mungkin Rano Karno dan program 3M-nya kurang popular di sini, sehingga penduduk Karawang tidak Melihat, Meraba dan Menerawang eh Membersihkan, Menutup dan Menimbun tempat-tempat penampungan air. Akibatnya: gw harus mencabut nyawa belasan nyamuk sebelum akhirnya bisa tidur pukul 2 dini hari di malam pertama gw di Karawang. Terima kasih kepada souvenirs dari abad 2o berupa obat nyamuk semprot dan repellent, meskipun gw harus berpikir berulangkali untuk menggunakan yang kedua karena tidak mau kulit saya kering, regardless the word ‘moisturizer’ atau ‘vitamin’ written on the label.

3. Kalo memungkinkan, duduklah di depan saat naik angkutan umum: angkot, elf atau apapun. Dan banyak-banyak ngobrol ama supir. Bukan karena angkot drivers are cute, saya punya standar sendiri [gubrak!] Yang jelas tips ini akan menghindarkan kita dari salah jalur angkutan, atau kelewatan tempat tujuan. Gw pernah bikin seorang supir putar balik gara-gara tempat tujuan gw kelewatan, untung waktu itu gw satu-satunya penumpang. O-i-a, jangan sekali-kali nanya ke penumpang. Sama halnya seperti penonton Who Wants To Be A Millionaire, jawaban mereka kadang menyesatkan.

4. Hati-hati dalam memilih makanan. Gw pernah kecewa karena harus bayar 15 ribu untuk sepiring kwetiauw siram yang bisa gw dapatin di mana-mana di Jogja dengan harga separuhnya [lha iyalah, lo makan di food court mall…]. Gw juga pernah was-was saat makan mi ayam seharga 2500 perak karena bertanya-tanya ini beneran mie dan beneran ayam gak ya? Fenomena lain yang bikin gw jijik adalah entah bagaimana teh instant Sisri laku di mana-mana. Bahkan saat gw pesen es teh di Warteg, Teh Sisri jugalah yang gw dapet. Padahal kata yang tepat untuk menjelaskan rasanya adalah: menjijikkan. Sangat artifisial dan pasti tidak baik untuk kesehatan. Parahnya, gw temuin banyak pasien anak yang tidak mau minum air kecuali es teh Sisri. Saya turut berdukacita.

5. Kota ini punya selera musik yang buruk, setidaknya menurut saya. Gw pernah hampir memerlukan suntikan Ondansetron karena menahan muntah di angkot yang memutar lagu-lagu dangdut, house music atau lagu-lagu Malaysia. Bahkan mereka-mereka yang saya anggap berpendidikan [baca: perawat], sama juga. Salah satu perawat cowok cuma bisa nyanyi lagu Ungu dan Naff. Kasihan, mungkin kapasitas penyimpan lagu di otaknya cuma sebatas dua band tadi. Dua perawat cewek lainnya menyukai lagu Diana yang dibawain Ihsan Idol. Padahal buat gw Diana adalah lagu paling hancur dalam 3 album 12 finalis Idol 1-2-3.

6. Gw seharusnya ambil kursus singkat bahasa Sunda sebelum berangkat. Gara-gara logat bahasa Indonesia gw terdengar lebih Jawa bagian barat daripada Jawa bagian tengah, tiap kali gw ngomong ke pasien pasti dijawab dengan serentetan bahasa Sunda yang selalu gw artikan dengan mene-ketehe. Padahal sebenernya ada begitu banyak Sundanese-speaking people di sekitar gw: The Buangs alias Keluarga Buang di Jambusari, bahkan bokap nyokap gw. Kalo aja gw mau luangin waktu buat belajar bahasa Sunda dulu, gw gak bakal repotin perawat dengan 'Teh bantuin dong, gak ngerti artinya nih..'


Okay, okay. Tidak selamanya saya menderita di sini. Beberapa hal yang bisa bawa kebahagiaan buat gw adalah: O Channel dengan program Rekomendasi, Star Daily, the ABCs of Hollywood, dan Crimes of Fashion-nya; JakTV dengan tayangan VH1-nya dan Hardrock FM yang DJ-DJnya laris manis jadi presenter hingga pemaen sinetron. Well, ini post pertama saya dari ratusan mungkin ribuan kilometer dari Jogja. And there are still to come. Just be patient.

Tuesday, October 17, 2006

they picked me, they picked me!!


Dear Sir,
I would like to apply for the posistion of English Translator.
Bla-bla-bla
For your consideration, I attach my curriculum vitae. I will send my other supporting documents if needed.
I would deeply appreciate if you consider my application and I look forward to hearing for your reply. Thank you.

The employer said only qualifying applicants will be interviewed, and I eventually was one of the so-called-qualifying-applicants. Entah kualifikasi apa, tapi sebuah kertas di papan pengumuman said so. Tinggal tunggu jadwal wawancara. This would be the very first job interview I’m into. Selain wawancara sebelum kontrak dengan Elite Model Indonesia tentunya. [in your dream, Mas!]


Tunggu punya tunggu…. Belum ada panggilan atau pengumuman juga? Secara sudah lelah menanti sebuah panggilan, Sabtu pagi iseng aja gw mampir ke Divisi Pengembangan Sistem Kesehatan dan Kebijakan [nama yang panjang..].
Dan sekretaris calon-boss meluncurkan petir di jam 9 pagi dengan berkata, ‘Lho? Kan hari ini jam 12? Tadi saya udah kirim sms ke semuanya tuh..’
‘Kok saya gak dapet ya, Mas?’
‘Lho? Udah delivered semua tuh…’

Oke, Mas! Langsung gw memandang kostum gw sampe ujung kaki. Ya ampyun… Apakah pantas seorang pelamar mengenakan kemeja bunga-bunga biru, jins biru dan Converse All-Star untuk wawancara kerja? Pulang!!
Setelah mencoba beberapa baju, balik lagi ke kampus.

Gw udah masuk ruangan sementara sang pewawancara belum datang. Ngobrol dulu lah gw ama sekretarisnya.
‘Diambil berapa orang ni Mas?’
‘Satu aja..’
Satu? Hmm… Iseng-iseng gw buka-buka tumpukan CV pesaing. Kunyuk, biar kata baru angkatan 2004-2005, pengalaman mereka ciamik punya [Ciamik? Jawa Barat?]. Olimpiade di Shanghai? Course di Singapore? Nggilani… Ya sudah, cuek aja secara lamaran gw juga lebih bersifat iseng-iseng-berhadiah-daripada-bengong daripada i-would-kill-anyone-to-get-the-job..

Sempet juga sms nyokap, kasi tau kalo bakal wawancara.
Nyokap bales, ‘ya mama papa cuma bisa doain dan yakin Tuhan beri yang terbaik.’
Disusul sms bokap beberapa menit setelahnya, ‘kamu minta didoain apa?’ babe, please deh. Ya jelas, biar anakmu tetep ngganteng sampe wawancara selesai.

Dan masuklah si calon-boss, yang langsung menginstruksikan sekretaris untuk mencetak beberapa lembar dokumen.
‘Okay, from the CVs it seems that you are all equally good, so I just want to know your performance in translating. I will give you each a document and all you have to do is to translate this, Indonesian-English. I give you 3 hours to finish this.’
Saya bertanya, ‘Will we still be interviewed after finishing this?’
‘No. if you have finished, just hand it on my table and just leave.’
APA? Lalu apa manfaatnya saya berganti baju tadi?
Ya sudahlah. In 40 minutes or so, I’ve already done it. Tanpa kamus, tanpa Thesaurus di Microsoft Word.
Pergi!!! Sebelum makin stress, juga harus siap-siap bermalam minggu di Saif Kebab dan The Place Gejayan.

Besok paginya, got an SMS right before I went out for church. ‘You are chosen as English translator. Please come to our office on Monday at 8. thank you.’
Oh. My. Great. God. Gw diterima. Senangnya… Meskipun belum ngerti gw bakal ngapain aja.
Besoknya ke kampus, dikontrak tak tertulis selama 1 tahun, langsung dikasih kerjaan, juga ruang kerja lengkap dengan PC. Hmm.. Seru juga ternyata. Seems like I’m gonna love doing this.

the hot MD's comin...


Gw lagi rasain yang namanya jadi mahasiswa-tak-jelas. Kuliah kagak, ke kampus iya. Ke bangsal kagak, nongkrong di kantin iya. The cool thing is that I can come whenever I want, without the fear of being late meskipun baru bangun pagi saat Buletin Siang.

Gw jadi punya banyak waktu buat berolahraga. Salah satu berkah buat gw di bulan puasa ini adalah pagi-pagi gyw dan kolam renang jadi sepi, secara semua orang pasti ngirit kalori dan memilih berolahraga sorenya.
Alhasil, gw sering latihan sendiri, dengan disaksikan ibu/mas penjaga gym. Feels like having my own gym.


And so is the swimming pool. Jumlah pengunjung di pagi hari bisa dibandingin ama populasi orang Indonesia di Tanzania. Dikit… Jadi bebas bolak-balik tanpa menyebabkan kecelakaan lalu lintas air alias tabrakan. Sepinya pengunjung kolam di pagi hari juga berakibat pada relatif bersihnya air kolam karena berkurangnya jumlah urine yang bercampur dengan air kolam.

Tapi nampaknya kebahagiaan memperoleh privasi ini harus segera berakhir, secara sore ini gw bakal bertolak [tolak pisang?] ke Karawang for 2 whole weeks to make some money.
Kepergian gw berarti 2 minggu tanpa gym dan kolam renang.
Dua minggu tanpa Simon.
Dua minggu tanpa angkringan Mas Kuwat.
Dua minggu tanpa Kater.
Dua minggu tanpa karaoke, padahal pengen sekalian latihan buat nikahan temen gw.

But as always, there are the first to everything dan ini saatnya gw beneran kerja sebagai dokter. Saudara-saudara, saya jadi dokter!!! Dengan demikian bertambah panjanglah riwayat pekerjaan saya, setelah menjadi fashion-icon, karaoke-freak, music-police, tukang icap-icip kopi, vokalis band, tukang ojek tanpa ongkos bagi HLB dan Penguin, MC, model pakaian dalam dan penerjemah. O-i-a hampir lupa, saya juga pernah jadi koas lho.

Tuesday, October 10, 2006

Music music music!



I dropped myself plenty albums (in .mp3s) at a time, yang bikin gw bingung mau denger yang mana dulu. Thankfully I got much time to spend with Simon the Computer, and in just few days I can categorize them into 3.

Junks
Ada beberapa album yang dengan berat hati gw masukin di sini. I’ve tried to be more selective dalam masukin album ke Simon biar ga keberatan, tapi kok ya tetep aja ada yang belum selesai didenger udah bikin gw pengen ganti album. Those are:
- Jessica Simpson’s A Public Affair. Satu-satunya track yang bikin goyang adalah A Public Affair yang videonya banyak cameo itu. Musik yang diusung sebenernya seru, disko 80-90an. Tapi entah kenapa, bowwring….
- Paris Hilton’s This living Barbie-doll sepertinya harus memikirkan untuk menghentikan karir musiknya. She said on MTV that the album makes her –and her family- so proud. Jeng, jeng, piker dulu kalo ngomong deh. Tapi biarpun berhenti bermusik, jangan berhenti bikin video kaya Stars Are Blind kemaren, secara we [guys] need such video hehe. Atau mau bikin ‘video independen’ untuk dewasa lagi seperti yang lalu itu? Yummy….
Kesimpulan: Craps! Segera buang dari hard disk…

Not bad
Album-album di kelompok ini sebenernya bagus, beberapa malah dahsyat. Tapi belum nancep aja di kuping. Mungkin perlu beberapa puteran lagi biar bisa naik level jadi my fav.
- Audioslave’s Revelation. Secara teknik, om Chris Cornell dan temen-temennya udah gak usah diraguin. Gila-gilaan. Tapi secara kebagusan tekniknya, malah jadi kurang easy-listening dan melodic. But one thing, they rock!!!
- Justin Timberlake’s Future Love/Sex Sound. Compared to the previous album Justified, album ini jadi kedengeran bosenin, secara Justified itu emang keren gila dan musiknya variatif sementara musik di album ini mirip-mirip. Selain sexy back yang mirip ama Maneater nya Nelly Furtado, ada juga What Goes Around yang [lagi-lagi ] mirip Wait For You nya Nelly Furtado. Aduh, ini siapa meniru siapa… Yang jelas ibarat duren, dalam nulis lagu Abang JT ini makin melethek aja. Setelah langganan kerja ama Black Eyed Peas, giliran om-om Duran Duran yang minta dibikinin lagu.
- Outkast’s Idlewild (OST Idlewild). Sedikit aja komentarnya: Keren, kedengeran movie soundtrack banget tapi gak ada yang senendang Hey Ya yang fantastic itu. Andre 3000 juga jarang kedengeran. Grammy? Kok kayaknya jauh....
- Stacie Orrico’s The Beautiful Awakening. Dengerin albumnya sekali, lagu yang nancep cuma So Simple, I’m Not Missing You [yang emang wara-wiri di radio ituh] dan The Beautiful Awakening. Tapi secara abis absent beberapa tahun, this album is quite a beautiful awakening buat Ms Orrico yang makin merekah sebagai wanita.
- Saykoji’s Musik Hati. Sebagai band hip-hop, lirik mereka tergolong bersih. Cuma beberapa track yang bisa dibilang nakal. Tapi tetep fun to hear.
Kesimpulan: I’ll give them few more shots then we’ll find out if they can steal my heart

Superb
The music-police gadungan sedang bermurah hati. Ada 5 album yang masuk kategori ini
- Christina Aguilera’s Back To Basic
Gw udah bilang dari lama kalo ni album bakal gila-gilaan. Double CD, 18 lagu yang semua gila-gilaan. Eksplorasi musik tahun 20,30 dan 40an dengan brass section dan string gak bikin album ini bosenin, sebaliknya justru jadi seru. Apalagi didukung gayanya yang niru Marilyn Monroe. Klop! Yang disayangin adalah lirik beberapa track biasa banget, dan kebanyakan berisi curhatannya yang udah nemuin the man of her life. Wuu..dasar manten anyar. Tapi tetep, gila dan makin memperlebar jarak kualitas Christina ama Mrs. Ke-mana-aja-jeng? Spears-Federline yang malah bunting dan nglairin lagi.
- Beyonce’s B-Day. Dengan kerja sama ama Jay-Z, mungkin B berharap bakal menghasilkan something magic and miraculous seperti Crazy in Love. Hasilnya, single andalan Déjà vu lumayan ngangkat. Apalagi videonya gila-gilaan.
Track lain juga seru, secara orang-orang seperti Beyonce inilah yang bikin stress artis-artis Amrik: cakep, bodi uhuy, suara luar biasa, musik keren, good attitude, video gila, a talented boyfriend dan aura bintang [saya juga lho ngomong-ngomong..]
- Muse’s Blackholes and Revelation
Gw udah baca buanyak majalah yang ngulas album ini, dan tidak satupun yang memberikan kritik apalagi kredit negative. Semua setuju kalo album ini luar biasa. Selain Supermassive Blackhole dan Starlight yang bolak-balik di radio ituh, track lainnya seru juga. Gw ga nyangka bakal temuin track ballad-swing Soldier’s Poem yang manis banget. Bertiga ditambah satu additional player, tapi musik yang dihadirkan bener-bener kompleks dan penuh, kaya Queen. Reporter Hai bilang, ‘ini band level festival!!!’, secara tekniknya juga ngeri gila. Gw ga tau Muse bisa masuk Grammy ga, secara mereka dari Inggris. Kalo masuk, I predict mereka bakal meng-Inggris-kan Grammy.
- Kungpow Chicken’s Kungpow Chicken
Di tengah maraknya isu RUU APP, mereka terang-terangan memasukkan kosakata yang bukan lagi menjurus tapi eksplisit! Semuanya tentang seks, seks dan seks. Seru, nakal, tapi juga cerdas di saat yang sama. Setelah menyentil Saint Loco sampe Benigno Aquino di album pertama, di album ini mereka juga bermain-main dengan Ebith BeatA. Dasar.. Tapi musiknya seru, meskipun beberapa lagu cuma ambil sampling atau sequel dari album sebelumnya.
Salah satu lagu yang bikin gw tercengang adalah Lagu Yang Terpuji, yang, percayalah, sama sekali tidak sesuai dengan judulnya.
- India Arie’s Life and Relationship
Sesuai judulnya, album ini banyak cerita tentang life and relationship with lover, others and God. Dengerin album ini bikin adem, kinda reminds me of John Legend’s Get Lifted. Been nominated for 7 Grammy awards but won nothing secara takluk ama Alicia Keys, tapi kita liat peruntungannya di Grammy besok.
Kesimpulan: SUPERB! They are the reason to be thankful that I wasn’t born deaf. Simon juga pasti bangga memuat file-file .mp3 ini di hard disknya.

Sunday, October 01, 2006

Ngabuburit dan Sahur



Jarang-jarang gw ikutan ngabuburit. Yang ada malah gw bertanya, ‘Apaan, nongkrong tidak jelas tanpa guna sepanjang Jalan Kaliurang. Penting gituh?’ Jarang-jarang juga gw ikut makan sahur, secara yang ada malah I go to bed when people get up for sahur. But as I did it, I find it cool.


In a thirst of entertainment, dan memang buat gw selalu ada waktu buat nonton band top 40, gw langsung melonjak bahagia tak terkira demi melihat spanduk Djarum Black Partea-Ngabuburit yang bakal digelar di Circle K Gejayan. Ada TNT Band pula. Langsung gw cari temen nonton. Dan buat yang ginian, no other choice but Penguin dan Mamak. Ternyata Mamak lebih memilih berbakti pada Gelanggang dan Negara daripada berbakti ama gw dan musik ajeb-ajeb, leaving only me and Penguin to go together.

Kata spanduk acaranya bakal dibagi 2 sesi, sebelum dan seudah buka [ngabuburit yang aneh…]. Secara gw harus latihan dulu demi mempertahankan kualitas vokal, kami baru sabanin Circle K lewat setengah delapan. Lho, kok sepi! The stage was being set up. Ya udah, jalan terus ke utara, memuaskan hasrat dan rindu ama Sop Klebengan that I missed like crazy. Sop Ati jadi pilihan. Abis makan ngecek ke Circle K lagi. Ealah, belum mulai. Ya wis, balikin komik dulu di Lempuyangan, baru ke Gejayan lagi. Asyik, mulai juga akhirnya.

Harapan buat nonton TNT sirna, secara yang di panggung malah cowok-cowok berbaju koko dengan band dan gamelan. What the hell is this? Ternyata namanya Jamus Kalimasada, apapun dan siapapun mereka. Sebenernya musiknya seru, kecuali vokalisnya yang jayus dan nggak-banget-deh, juga beberapa lagu yang lebih pantes dinyanyiin OM Soneta di Panggung Ancol. Untung ada satu lagu yang masih bisa nyantol, Alhamdulillahnya Too Phat. Tapi tetep, I want my TNT….

Akhirnya TNT naik juga, dengan vokalis yang sepasukan itu. Tapi kok kostumnya beda ama biasanya… Pada pake baju koko juga. Si mbak vokalis yang biasanya pake tanktop dan rok mini juga pake baju panjang lengkap dengan pashmina. Sniff sniff.. Mulai mencium sesuatu yang gak beres. Ternyata benar! Mereka bilang gak bakal berajeb-ajeb. Asyem! Tiwas mau minta Dhoom Dhoom atau Honeymoon Day… Mas-nya vokalis bilang, ‘Ini rasanya beda ama terakhir kali kita main di sini.’ Lha iyalah, secara dulu gedumbrangan. Dan si mbak menimpali, ‘Iya, saya berasa gerah.’ Hehe. Mbak-nya lucu.

Lumayan banyak juga yang digeber ama TNT, termasuk Terdiam-nya Maliq ama Hapus Aku-nya Nidji. Akhirnya konser diakhirin ama The One-nya Maliq, which’s always been Penguin’s fav. Huu..padahal masih pengen. Tapi gak papa, secara minggu depan ada lagi hehe. [celingak-celinguk cari temen ke Circle K Jakal].

The day after, something interrupted me as I watched Bridget Jones’s Diary. Dua makhluk yang gak jelas jenis kelamin dan kerjaannya tiba-tiba nongol di rumah jam 9 malem, minta nginep. Okay, secara rumah juga lagi sepi karena adik gw balik. Ternyata konsekuensinya bukan hanya kamar dan karpet yang bakal dipake, tapi juga lemari dapur dikuras. Mulai dari nasi goreng, mi instan, Good Day Coolin’, sampe Ferrero Rocher abis diembat. Gw kutuk, makin buncit lu berdua hamilnya.

Jam 2 mereka tampar gw, ajakin sahur di tempat Mbak Ida si Juragan Nasi Goreng Pete. Promosi mereka dalam bahasa antah-berantah, ‘Endes lho Mas. Mursida lagi. Sekalian ngecengin lekong cucok yang sering makan di sana…’ Ya ampyun, ini binan ngakunya puasa, gak tobat-tobat juga. Dasar cinta terlarang… Akhirnya gw ikut juga, buat seru-seruan meskipun gw gak laper-laper amat.

Jogja jam 2 pagi ternyata duingiinn.. Untung gw tetep sadar-fashion biarpun masih setengah sadar, jadi gak lupa pake syal ala Giring… Lumayan, anget. Gaya lagi [ini yang penting..]

Nyampe sana gw bersorak kegirangan secara telah tersaji menu rumahan lengkap: oseng-oseng daun pepaya, lodeh kacang panjang, ayam goreng kremes, perkedel ama sambel. Sementara, si mentel-mentel itu bersorak karena kecengannya makan di situ juga. [weleh..] Dasar Juragan Nasi Goreng Pete, oseng-oseng daun pepaya aja pake pete… Secara gak laper-laper amat, gw ambil perkedel dulu buat cemilan. Lagian masih banyak yang ngantri juga. Begitu agak sepi dan mau ambil nasi, ayamnya abis. Huhuhu… Tapi emang uenak dan murah, secara nasi sayur pake 2 perkedel cuma suruh bayar 2 ribu. Senangnya….

Akhirnya balik ke rumah. Kenyang. Ganteng. Ngantuk. Bobo lagi ampe jam 8… Besok-besok sahur lagi ah. –pasang kuda-kuda mengincar ayam kremes-