Friday, May 25, 2007

A Tribute to Dokter PTT Sangat-Terpencil

I have a won’t-come-true dream: being a psychiatrist. Secara fate’s brought me to the place I’m in [which is never even once crossed my mind, actually]. Tapi secara dari dulu udah psychiatry-obsessed, boleh dong gw bagi-bagi ilmu. Itung-itung meningkatkan performa gw sebagai dosen. [Plakkk!]

Menurut Thomas H Holmes dan Richard Rahe (1967), ada 43 kejadian yang dapat dialami seseorang, yang merupakan stress-inducing events. Setiap kejadian diberi nilai/rating scale berdasar potensinya mempengaruhi kejadian seseorang. Skala nilai ini merupakan hasil peneltian yang dilakukan terhadap beberapa ratus orang dari berbagai umur dan kultur. Faktor-faktor ini dinamakan unit perubahan kehidupan (LCU). Jika unit-unit ini mencapai nilai lebih besar atau sama dengan 300, akan timbul berbagai jenis simtom gangguan mental dan bahkan gangguan fisik.

Untuk ngeliat daftar ke-43 LCU, just click here.

To find out how stressed you are, sum up the LCUs you have experienced during the last year, and if you score below 150, tingkat stres kamu rendah. 150-300 adalah ambang normal, dan skor di atas 300 menunjukkan stress tingkat tinggi.

Selain itu, ada juga faktor predisposisi fisik yang bisa memperberat mental disorder yang ditimbulkan oleh LCUs ini. They are:
Hipertensi
DM
Hiperlipidemia
Kebiasaan merokok
Kurang aktivitas.

So, Om Anton, a.k.a the Black Prambanan Bear, we know the going gets tough for you lately. Lulus jadi dokter, bingung cari kerja, begitu dapet kerja malah harus jadi musafir ke NTT. Pisah dengan keluarga. Pindah rumah. Pisah dengan es teh. Pisah dengan makanan haram. Tidak ada lagi berkunjung ke Sekret. Tidak ada lagi nonton Idol bersama. Tidak ada lagi subyung. Jadi jarang ngenet, nyanyi dan nonton. [Don’t forget also the patah-hati episode. Hehe] Hmm, poor big boy. Mas Batal-Jadi-Dokter-Jiwa ini berbaik hati itungin skor LCU kamu setahun terakhir:

Penyesuaian usaha 39
Penghasilan berubah 38
Kesulitan mencari kerja 36
Pindah pekerjaan 29
Mulai/berhenti sekolah 26
Perubahan lingkungan hidup 25
Perubahan kebiasaan 24
Perubahan jam kerja 20
Pindah rumah 20
Perubahan kegiatan rekreasi 19
Pindah kegiatan agama 19
Perubahan kegiatan sosial 18
Perubahan kebiasaan tidur 16
Perubahan kebiasaan makan 15

Holy. Cow. Jangan sampai kamu pulang dalam keadaan tidak waras. You scored 344! And it might be worse, since we know you’re having trouble with your blood pressure, blood sugar and lack of exercise.

Untuk menghindarkan our beloved grizzly bear, Kaum Tercela, mempersembahkan koleksi foto dengan tema: A Tribute to Dokter PTT Sangat-Terpencil. Koleksi ini diambil diam-diam di suatu Minggu siang, dengan bantuan fotografer berotak mesum. Sesi foto sempet bikin deg-degan, secara nyaris ketahuan Om Anton! But luckily, pengambilan di beberapa lokasi berhasil dilakukan. And people, brought to you for the first time in the net: some of the exclusive Kater photos. Puas-puasin deh..

This shoot was inspired by the before-marrying-Adjie-Massaid Reza, tepatnya dari video single pertamanya, Pertama. Ya, mungkin memang jadinya malah mirip cicak.

Fear of height is not a factor for us. This one was taken di lantai 3 gedung UPT II, dan Ully nyaris gak ikut foto karena gak berani. Tapi, namanya juga oportunis, masa kesempatan foto gratis dilewatkan....

This one was actually our favorite shoot of all. Mungkin karena gw keliatan paling menonjol di depan [Plak! Plak! Semua protes tak terima].



Foto yang ini lumayan perlu pengorbanan tinggi, secara ada adik kelas gw di lokasi. Tapi namanya juga model pro, harus profesional. Mbok meh ditonton adik kelas, atau presiden, ora wedi.

Foto yang ini biasa banget. Tapi kaki gw keliatan panjang.

Foto-foto berikut sebaiknya bikin Om Anton bangga. Secara demi sesi ini, Celeng Cerdik Sok Cantik rela mengorbankan dirinya untuk masuk ke kantor SKK dan mengisi formulir peminjaman mobil Satuan Keamanan Kampus. Atas keberanian Arum, SKK memberikan bonus pinjaman berupa model tamu di salah satu shoot. Dengan tema ’Mahasiswa-mahasiswa Tanpa Logika Digaruk SKK karena Berbuat Tercela di Lingkungan Kampus’, inilah: Kater.
Sesi ini juga dipersembahkan kepada teman kami yang kegaruk polisi di Giwangan. Salahe ra melu foto le iki, Mak!



Itulah, seri foto Kater: A Tribute to Dokter PTT Sangat-Terpencil. Mohon maaf kalo kostumnya tanpa tema, make-upnya biasa aja, settingnya tidak spesial dan fotografernya cuma PTY alias Proyek Thank You, secara kami bukan mereka yang bisa patungan 30 ribu per orang buat berfoto-foto. Yang penting Om Anton bahagia, dan tidak kehilangan kewarasan. Untuk keterangan lebih lanjut mengenai para model dan fotografer, feel free to contact me.

PS: Om Anton, ini sekalian kado ultah. Kebangetan deh kalo sampe nggak komen.

ikut-ikut Maia ah


[’Kalo rambut aku jadi orang, dia pasti udah mukulin aku’ – Maia Estianty, penyanyi, calon janda 3 anak]
[Kalo blog ini jadi orang, dia sudah berumur hampir 2 tahun, dan kayaknya bakalan gizi buruk – Ishak, penyanyi-wannabe, model yang nyambi jadi dokter]

Boro-boro urusin dua blog seperti mbak yang ini. Ngurus yang satu ini aja udah cukup bikin empot-empotan. Ya piye ya, lagi latihan jadi pria karir nih. Gimana gw bisa n ulis blog kalo jadwal gw kayak gini:
05.30 Bangun pagi.
05.45 Berangkat ke gym.
06.00 Mulai workout.
07.00 Pulang.
07.15 Makan, mandi, dandan.
07.55 Ke kantor.
08.05 Mulai bikin ini-itu. Meeting ini-itu. Briefing ini-itu. Makan siang. Bikin ini-itu. Meeting ini-itu. Briefing ini-itu. Lho, kok jadi lembur satu jam?
17.00 Jemput Upik yang cemberut karena nunggu lama di Gelanggang.
17.15 Nyampe rumah, mandi, dandan.
17.55 Berangkat ke Apotek Dewi ama Upik. Upik pergi bawa motor gw.
18.00 Mulai jaga apotek sambil kerjain terjemahan. Mamak dateng bawain bakso traktiran Miss Opportunist yang baru gajian. Njur le mangan piye, Mak?
20.45 Dijemput Upik di apotek.
20.55 Nyampe rumah, makan bakso, dandan dikit.
21.25 Nyampe rumah Penguin, langsung ke Amplaz.
21.40 Nyampe lantai 3, Spiderman 3 udah mulai.
22.40 Ketiduran di Studio 1, Studio 21, Plaza Ambarukmo, Jogja.
24.00 Film selese, turun tangga 5 lantai sampai parkiran. Pulang.
24.25 Nyampe rumah, mendapati Upik nonton DVD Film Korea sambil nangis. Dasar kepunjulan. 24.30 Cuci muka, gosok gigi, bobok.
05.30 Bangun pagi, mulai lagi hari baru.
07.00 Sampai di kantor, siap berangkat ke RSUD Bantul. Ealah Gusti, kerja keras bagai kuda, disiksa dan didera...

Yah, begitulah.. Mengambil resiko kehilangan penggemar demi masa depan anak dan istri. Ayo nyanyikan bersama Teh Desy Ratnasari, ‘Semua... kan ada hikmahnya...’

strange but true [draft lama baru dipost sekarang]

Yang ini bener-bener jarang terjadi. Kalo biasanya playlist gw dipenuhi wong landa dari Amerika atau Inggris Raya, kali ini gw kepengaruh sinetron TVRI jaman dulu, A.C.I: Aku Cinta Indonesia. Entah gimana, playlist gw dipenuhi artis-artis dalam negeri. Mengingat yang kayak gini gak selalu kejadian, perlu lah kita bikin reviewnya. I’ll be quick.

Nidji-Breakthru (English Version)

Orang bilang too much of something tidak baik bagimu. Tapi gak kebukti amat buat gw. Nyatanya, I’ve seen them live, watched many videos and live performances on TV, listened so often on the radio and JetAudio, tapi Nidji tetep memuaskan gw dengan Breakthru-English Versionnya. Memang gw akui, ada beberapa lagu yang bikin gw terserang song fatigue, kaya Breakthru dan Don’t Stop (Engkau), secara gw gak pernah suka lagunya dari dulu. Tapi lagu yang lainnya? Tetep ngangkat, tambah seru malah. Terutama versi Inggrisnya Bila Aku Jatuh Cinta (Lights of Love) ama Manusia Sempurna(Angel).
Gak bisa dipungkiri juga bahwa the it factor of the band is the Indomie Goreng-haired Giring. Sayangnya, entah kenapa suara Giring di album versi Inggris kedengaran kurang optimal. Tapi overall, album ini superb. Great remixes, straight-to-the-heart lyrics, and proper pronounciation [catet, gak semua artis Indonesia dapet yang terakhir ini] makes Nidji one of the beyond-expectation Indonesian band.

Evo-self-titled
Elda is the second-best female vocalist I’ve ever seen live (nomor satunya Anggun!). Jadi tidak ada alasan untuk gak dengerin album ini. Evo memang pernah dapet julukan band paling cupu dari Hai, secara mereka nyari vokalis tanpa konsep yang jelas. Coba liat INXS yang udah punya musik yang solid waktu cari pengganti Michael Huthence. Jadi waktu JD Fortune masuk, rasanya tetep INXS. Gw belum dapetin karakter khas musik Evo, tapi secara keseluruhan albumnya cukup ngangkat buat goyang-goyang sambil kerja. Yang jelas, Elda kereeennn!!
PS: Tim Kreatif Indosiar, what was in your head to put Evo a stage with Kangen Band and that stupid Malaysian band? Nggilani.

Tompi-Playful.
Niatnya maen-maen, tapi basi dan maksa. Liriknya terlalu murahan untuk musik dan suara sekelas Tompi. Jauh di bawah harapan. Mungkin perlu cuti PPDS Bedah Plastik dulu untuk sementara waktu.

Ras Muhamad
Satu lagi artis jenius Indonesia, sebagai pionir dalam jurusan dancehall reggae. Gokil! Secara gedenya di New York, wajar kalo lirik dan musiknya cukup mengglobal. Thumbs up!

The S.I.G.I.T
Garage band yang ini dahsyat! Gw bilang malah lebih kick-ass daripada Evo. Vokal gila, musik rancak, lirik seru, paket lengkap! Konon live performance mereka lebih gokil lagi, tapi buat gw albumnya udah lebih dari cukup seru buat didengerin pake headset di kantor. Rock and roll banget!

Tony Q

Gak suka ah. Sebenernya lumayan, tapi baru 1 puteran album udah gw hapus dari playlist. Males.

Maliq and d' Essentials
Ditinggal Dimi buat bersolo karir [serius, Mbak?], gak bikin Maliq keteteran. Mereka balik dengan album kedua, dengan kemasan yang lebih segar, makin fashionable, makin lincah dengan koreografi panggung [which is new buat band Indonesia]. Musiknya juga makin Maliq. Sayangnya kemakin-Maliqan ini malah bikin gw bosen. Gw inget dulu bisa puter album 1st bolak-balik tanpa bosen, tapi lagu yang nyantol di album kedua cuma Heaven ama De Ja Vu. Aku ingin Maliqku yang dulu! O-i-a, ngomong-ngomong Angga ama Indah kayaknya musti belajar solfes lagi. Masih parah-parah aja tuh falesnya.

D’Cinnamons
Ha! Ini dia pengikut Ten 2 Five, dengan konsep yang lebih sederhana dan lebih akustik lagi: 3 orang, 2 gitar dan 1 bas. Vokalisnya, Dodo, punya suara mirip Shakira dengan cengkok Alanis. Pemain basnya cakep meskipun namanya aneh, Laut. Sayangnya, sama seperti Ten2Five, di lagu-lagu berbahasa Indonesia D’Cinnamons juga kedengeran kendor. Padahal konon tadinya album ini mau dibikin full English, tapi akhirnya mereka turutin kata produser buat masukin bahasa Indonesia. Ya sudahlah, toh albumnya enak, adem di kuping. Bolehlah buat pengantar tidur.

The Fly
Gw kaget waktu infotainment bilang B’Jah keluar dari The Fly buat lanjutin kuliah. Heh? Kuliah juga tu orang? Infotainment bikin gw kaget lagi waktu The Fly umumin vokalis baru mereka: Gian a.k.a Firman Siagian dari Indo Idol 2. Oke, biarpun jerawatan at least he can really sing. Tapi bakal nyatu gak ama musik The Fly? Jawabannya ada di single Mencintaimu, yang begitu pertama denger intronya gw langsung tau ini The Fly, dan ternyata asik-asik aja pake suara Firman. Seru! Masalahnya, keseruan itu tidak ditemukan di banyak lagu. Alhasil, album If Loving You Is Wrong, I Don’t Want to Be Right cuma bisa diputer beberapa kali. Tapi, tetep, The Fly + Gian is way mooore fly than The Fly + Bjah.

Naif-Televisi.
Ini dia! One of my all-time fav band. Album dibuka secara gokil dengan single Televisi. Ke belakang, Naif banget! Vokal David yang kayak bunglon, lirik yang kocak, permainan musik yang mantab dan rapi dari dulu, bikin album ini huyeah banget. Kalau tangan gw ada 5, gw kasih 5 jempol buat mereka.

Slank-Slow But Sure.
Pertama denger singlenya, Selalu Begitu, kok lucu. Dengerin albumnya, lucu juga, meskipun gw bukan Slanker. Yang jelas, beruntunglah Slank memiliki fans yang sangat loyal, secara tidak semua penikmat musik tidak merasa risi mengetahui ada lagu berjudul ‘Lapindo’.

Sherina-Primadona.
Gw pernah menghujat habis mbak yang ini, secara single-nya Sendiri, gak cocok banget ama suaranya yang gak ngerock. Cih! Amy-Lee-wannabe. Mana livenya fales, videonya niru Hysteria-nya Muse, air mata palsu dari stick-on-glitter-tatoosnya juga nggak banget. Makanya cukup gambling juga meluangkan waktu untuk dengerin seluruh albumnya. Ternyata, oke kok. Terutama di lagu-lagu bahasa Inggris. Pencapaian yang cukup mengembirakan, secara dia tulis-aransemen-produserin sendiri lagu-lagunya. Yang jelas, beberapa tingkat lebih asyik daripada si Gita yang cuma bisa falsetto dan bawa-bawa nama bapaknya.

Friday, May 04, 2007

nasib....

Suatu siang, 2 orang angkatan 2003 ngobrol soal persiapan KoAss mereka di kantor gw.

Angkatan 2003 yang gak lulus tes calon KoAss: Besok kamu stase pertama apa?
Angkatan 2003 yang lulus tes calon KoAss: Gak tau.
Angkatan 2003 yang gak lulus tes calon KoAss: Wah, jangan-jangan K3M dulu. Ntar bisa ketemu Mas Ishak.
Angkatan 2003 yang lulus tes calon KoAss: Lho, kenapa emang? Mas Ishak belum stase K3M?
Angkatan 2003 yang gak lulus tes calon KoAss: Piye toh? Kan dia sekarang DPF.
Angkatan 2003 yang gak lulus tes calon KoAss: Oh! [dengan bunyi Oh! seperti telah menumpahkan saus tomat ke baju calon mertua, kemudian menyelinap pergi dari pandangan gw tanpa berkata-kata]

Duh, nasib kalo keliatan 5 tahun lebih muda....

Thursday, May 03, 2007

selamat tinggal hair drying outlet

Day 4

Gw sempet kaget waktu sarapan jam 7 pagi. Lha kok sepi? Cuma beberapa bapak-bapak yang ada. Where have all the ladies gone? Ternyata semua sama, tepar gara-gara kecapekan jalan-jalan. Ealah, dasar ibu-ibu.

Acara di hari keempat dilangsungin di SIF lagi. Acara hari ini ngebahas rencana pendidikan dan pelayanan Dokter Keluarga di Indonesia. Sok atuh, biar para sesepuh aja yang ngobrol rame. Gw? Ngobrol dan ngegosip ama yang muda-muda hehe. Diskusinya rame, serame makan siangnya. Nasi kuning, laksa Singapore, fillet ikan, ayam, dan beberapa lauk lainnya, plus iced lemon tea. Kenyang.... Jangan salahin gw kalo balik-balik berat badan gw nambah. Salahin yang pesen makanannya hehe.

Dari SIF kami pindah lokasi ke Ministry of Health alias Depkesnya Singapore buat ikutan kuliah Family Medicine yang pasca sarjana. Gedung MoHnya udah lama tapi maintenance dan renovasinya oke, jadi tetep asik. Saking enaknya gedung, banyak yang ketiduran. Gw salah satunya. Abis, kekenyangan. Kuliahnya seru, pake presentasi kasus dan diskusi. Biarpun pasca sarjana, pakaiannya juga tetep kasual dan bersahaja. Enak betul...

Akhirnya, sampe juga di acara penutupan dan pembagian sertifikat. Ternyata, gw disuruh ngomong lagi, kali ini sebagai perwakilan dokter umum di Kota Jogja. Yah sudahlah, kuncinya cuma satu: pe-de. Presentasi beres, dan akhirnya gw dapetin sertifikat keikutsertaan.




Abis itu? Closing dinner! Ini dia yang ditunggu-tunggu, makan malam di Jumbo Seafood di Riverside. Biar belum mandi, gak masalah. Muka tetep cling, dan rambut tetap rapi mempesona berkat Rejoice Rich.

Lagi-lagi, kami dimanjakan dengan makanan enak. Udah gak ada lagi yang inget diet. Cakwe isi ikan, ikan goreng, baby squid, mie goreng dan superstar of the course: kepiting kuah kare dan kepiting lada hitam. Kepitingnya guede, dari Srilanka, dan dengan sukses bikin beberapa jari berdarah saking semangatnya. Penutupnya: roti man tou ama es blewah sagu. Kenyang? Bukan kenyang lagi! Gila-gilaan.







Pulang ke hotel, mandi dan ngenet lagi sementara roommate gw berendem. Pulang-pulang kepala udah melayang melawan gravitasi. Musti segera tidur, secara ada rencana besar besok paginya: belanja oleh-oleh.

Day 5
Hari terakhir di Singapore. Gw baru nyadar, seenak-enaknya gw tinggal di sini, sepi juga tanpa temen-temen. Untung mereka sempet sms gw beberapa kali, meskipun gw gak bisa bales karena you know why.

Hari ini sengaja bangun pagi-pagi, dan belanja berdua ama dr. Prabata, temen sekantor. Abis sarapan langsung ke stasiun Novena, dan cabut ke Farrer Park. Destination 1: Mustafa Center.
Beli ini beli itu, sambil tetep mengaktifkan kalkulator alami di otak biar gak abis terlalu banyak. Gak nyampe 2 jam, udah 2 tas ditenteng. Ups! Udah hampir jam setengah 11, musti nyari kaos padahal waktu check out hotel jam setengah 12. Buru-buru cegat taksi dan minta dianterin ke tempat beli kaos yang murah. Dia anter kami ke Kallang or something, deket Kampung Bugis. Sempet ngeliat di pasarnya, tapi kok gak ada kaos yang tulisan Singapore? Hmm… Untung gw inget ada peserta lain yang bilang kalo dapet kaos murah di Lucky Plaza. Ya wis, buruan ke Orchard Road, naik taksi lagi secara udah nyaris jam 11 waktu setempat. Nyampe di Lucky Plaza langsung ke toko souvenir. Ambil ini ambil itu, sempet nawar juga, maklum pokil. Akhirnya cabut dari Lucky Plaza 11.30 teng.

I was so lucky that Orchard is just 2 blocks away from the hotel. Gw langsung packed things up buru-buru, sementara temen sekamar gw ketawa geli menyaksikan gw bergerak cepat ke sana kemari. Secara gw bakal nyampe Jogja malem, gw putusin mandi lagi. [Sempet-sempetnya….]
Dan ternyata, si tampan dan cekatan ini berhasil mengemas semua barang jam 12.20! Bus udah nunggu di lobi, segera ke Changi. Oke. Selamat tinggal kamar 711, hair drying outlet, kran air yang langsung bisa diminum, tipi kabel dan colokan listrik kaki 3. Indonesia, saya pulang!!!

Berangkat ke Changi sambil dengerin Top 40 chart show salah satu radio. Ternyata group check-in bukannya bikin cepet malah nambah lama. Abis check in, ngendon di salah satu kafe, minum es teh apel seharga 3,5 dolar. Kunyuk.

Masuk pesawat. Betapa gw gak gugup, gw diapit pejabat YanMed Dasar Depkes dan dosen senior FK Unibraw. Biar grogi berkurang dikit, abis minum es kopi trus minta red wine. Lumayan lah, bisa tenang dikit.

Nyampe Jakarta, berfarewell ama rombongan dari kota lain. Secara masih setengah jam-an sebelum boarding, gw diajakin ke salah satu lounge. Tepatnya, dimasukin alias dibayarin pake credit card bos. Judulnya doang lounge, makanannya tetep lodeh.Tapi asli, enak banget. Jarang-jarang gw doyan. Akhirnya boarding juga. Kali ini duduk di sebelah Kepala Dinkes Kota Jogja. Sori, Pak, ngantuk. Tidur aja…

Akhirnya, nyampe Jogja! Segera gw telpon Upik buat jemput gw. Sambil nungguin jemputan, ikutan nonton Moto GP rame-rame di depan Rumah Makan Padang di bandara. Dari penumpang pesawat, sopir taksi, sampe tukang sapu bandara, semua menyaksikan kehancuran Rossi.
Upik datang, gw pun pulang.

Senangnya balik di rumah lagi! Lagi seru-serunya unpacking koper, Om Anton ama Penguin dateng! Senangnya….. Suasana haru sempat digugat oleh aroma tajam Hugo Deep Red. Makjang! Entah gimana, botol parfum gw kebuka di koper dan isinya abis bis. Koper gw jadi wangi, ngalah-alahin gw.
Gw: Duh, cuci koper gimana caranya ya?
Anton: Udah,gak usah dicuci. Besok baju-baju masukin koper aja biar wangi, gak usah pake parfum lagi.
Ealah, dasar beruang.
Semakin malam, semakin panas secara berturut-turut Ayah dan Bunda-nya PSM, juga Celeng Cerdik Sok Cantik dateng dan makan rame-rame di Bakmi Pak Yahman.

Secara udah jam 10 lewat, dan besok harus ngantor jam 8, pulanglah gw sambil mikir-mikir. Kalo ada satu hal yang bikin gw kangen rumah selama di Singapore, orang-orang yang ngesambut gw inilah alasannya.

Verdict: Mendingan di Jogja ama Kater daripada di Singapore tanpa Kater. Eh... Mendingan di Singapore ama Kater hehe.

i think i'm getting used to

Hari ketiga diawali mandi dan keramas dengan Rejoice Rich. Thank God gw batal bawa hair dryer, secara di kamar mandi ada shaving and hair drying outlet. Jadi, rambut tetep owyeah. Sarapan di lantai 1, dengan menu yang bikin bingung saking banyaknya pilihan. Gw tetep setia dengan bacon, telor, kentang, beberapa daging-dagingan, cakes dan longan cocktail sebagai dessert. Indonesia banget sarapan gw.

Kami berangkat ke FKnya NUS buat ikutan kuliah Family Medicine di level Undergraduate. Kampusnya seru! Suasananya ngedukung banget buat belajar. Tapi ngomong-ngomong soal ukuran dan hijau-hijauan, UGM masih lebih mencengangkan.

Selama kuliah gw duduk di sebelah mahasiswa tahun ketiga, namanya Chang Mi or something like that. He looked like med student, pake kacamata, gayanya culun, rambut jabrik.
‘So are you all family doctors?’, dia nanya.
‘Yeah. [malas menjelaskan bahwa kedatangan kami adalah untuk meninjau pendidikan FM di Singapore for later implementation di Indonesia]. I actually just graduated last year on November.’
’Ya, you look the youngest.’
‘I know. I’m 23.’
‘I’m 23 too!’
‘Ouch.’ [jadi gak enak, secara usia sama tapi nasib beda. Gw dokter, dia masih anak kuliahan gitu loh].
‘So, what you do since?’
“I work in a private clinic.’
‘Is your Dad a doctor?’
‘No. Why so?’
‘In Singapore after graduated we have to be in housemanship for a year, then work for the government for 3 years, then we can work in private clinics or hospitals.’

Ouch, dari percakapan ini bisa disimpulkan bahwa punya bokap dokter ngaruh juga di sini. Singapura ternyata memang tidak sempurna.

Break antar kuliah kami manfaatin buat belanja-belanja di Kopma NUS. Yang lain beli buku, gw beli cemilan. Haw flakes, favorit gw zaman SD, ama party nuts alias kacang amburadul campur-campur.

Abis break, masuk kuliah lagi. Gw perhatiin, enak bener mahasiswa di Singapore. Pakaiannya kasual banget. Gw liat pada pake, kaos, tank tops, rok pendek bahkan celana pendek. Hmm, coba di kampus gw juga kayak gitu. Jangankan celana pendek, jins aja gak boleh....

Kuliah kelar jam 12.00. Waktunya sholat Jumat! Secara ga ada kerjaan, peserta yang gak Jumatan nekat jalan-jalan. Gw gak mau ketinggalan tentunja. Naiklah kami ke bus kota, ke stasiun MRT Outram Park. Sebenernya bisa aja kalo mau oportunis, naik shuttle bus NUS tanpa bayar. Tapi kami kan jujur dan berbudaya, mendingan bayar 90 sen. Ternyata sodara-sodara, dari NUS ke Orchard tidak sedekat yang kami kira. Setelah berkutat dengan MRT selama setengah jam, we decided to alight at Raffless instead of Orchard. Then? Poto-poto dongs....




Secara kami udah harus nyampe NUS lagi 14.30, jam 2an kami balik ke stasiun lagi. Tetep aja telat seperempat jam hehe. Tapi gak papa, tetep semangat ikutan acara ampe jam 6. Trus ngapain? Pulang! Buru-buru mandi dan siap-siap buat jalan ke Orchard Road.

Satu hal yang gw sebel dari jalan-jalan ama bapak-bapak: gak jelas juntrungannya. Pertama, kami baru berangkat jam 8 lewat, padahal sebenernya gw udah siap dari jam 7an. Kedua, kami jalan tanpa arah. Kami kelilingin Takashimaya dan Mandarin Gallery sebelum akhirnya temuin Food Chain, food court aneka pilihan buat makan. Secara udah jauh-jauh ke Singapore, rugi kalo gak makan yang aneh-aneh. Pilihan gw jatuh pada minced pork noodle, yang sebenernya gak aneh-aneh banget. Dan yang gw dapet dengan 4 dolar adalah mie porsi supergede, dengan taburan daging babi cincang, jerohan babi, bakso ikan dan daun bawang. Mengingat toppingnya yang melimpah, juga porsinya yang supergede sampe gw ga sanggup abisin, it was considered a fair trade. Minumnya? Lagi-lagi, iced mocha dari Nestle, for 1,5 dollar. Gw sempet kelilingin mall and going home empty-handed secara mahal-mahal dan di Indonesia juga ada.

Nyampe hotel, berinternet di sebelah hotel. Bayarnya? Empat dolar sejam. Enam kali lebih mahal daripada warnet di Jogja, tapi cepet banget. Belum di-klik juga udah keluar gambarnya. Ngenet cuma setengah jam, trus balik kamar, bobok.

That’s it for day 3.

Verdict: kok gw ngerasa getting used to live here? Waduh….