Wednesday, June 27, 2007

setan-setan alas...

Ada 3 setan yang harus dikutuk karena mengganggu produktivitas gw. Pertama, setan Yahoo Messenger. Kedua, Deviant Art. Ketiga, Youtube Downloader.

Yahoo Messenger. Berguna banget buat kirim-mengirim file, pamerin webcam, dan ngrasani wong. Awalnya gw bela-belain sign in invisibly, biar orang-orang pada gak tau kalo gw OL dan ngajakin ngobrol. Jadi biar gw yang tentuin kapan dan dengan siapa gw harus chat. Artis banget kan gw…. Tapi banyak yang udah tau taktik ini dan bolak-balik nge-buzz atau ding to check if I’m OL. Well, sering juga sih gw duluan yang mulai ngobrol gak penting. Gimana ya, gak enak digosipin mulu.

Deviant Art. Google-ing dengan keyword Louis Vuitton Wallpaper-lah yang mengantarkan gw ke situs ini, dan bikin laptop gw dipuji-puji ama Bos Cewek. Secara dia pengguna LV… Terus lanjut lagi browsing foto-foto fashion dan tematic buat desktop background. Belakangan, gara-gara si Setan Flores memperkenalkan gw ama Tune Up Utilities, gw jadi keranjingan berburu Icons, Log-on Screen, Booting Screen dan Visual Style di Deviant Art. Hasilnya? Liat dong laptop gw….

Youtube Downloader. Ini juga ngaddict banget. Daripada Opera gw nganggur, mending gw browse video yang pengen gw download, gw copy URLnya dan gw tunggu transfernya sambil kerja. Hasilnya, sampe sekarang 81 file FLV sudah diunduh.
Artis dengan video terbanyak berturut-turut: Natasha Bedingfield (7, termasuk her covering Coldplay’ Scientist, Maroon 5’ This Love, Snow Patrol’ Chasing Cars dan Keane’ Somewhere Only We Know), Robbie Williams (6, semuanya live performances) dan Anggun (6, beberapa waktu dia nyanyi di Prambanan dengan gw sebagai choirnya).
Lagu yang paling banyak didownload: Chasing Cars (5 video). Ada 2 video versi radio-edit Snow Patrol (keren), live-nya Snow Patrol (biasa banget), artis YouTube yang gitar dan nyanyinya fals tapi entah gimana banyak dipuji, dan Natasha Bedingfield (makin keren). Ini lagu banyak banget cover-nya di YouTube, bahkan sempet ada kontes akustik lagu ini. Herannya, ada juga yang bilang lagu ini aneh. Punya kuping dipake, dong.

Well, jangan salahkan gw kalo setan-setan ini juga ngeganggu kinerja sampeyan-sampeyan...

3 kalimat saja tiap album

Kuncrit. Kuncrit. Kuncrit.
Ada banyak album yang musti direview, tapi sekali lagi waktu jualah yang menghalangiku. Biar cepet, kita bikin maksimal 3 kalimat untuk tiap album. Oke, kita mulai.

OST Spiderman 3: Keren. Pas banget ama film superhero, tapi juga so musical dan bervariasi. Kirsten Dunst gak bisa nyanyi tapi maksain ikutan nongol juga.
In 1-10 scale: 8.

Timbaland Shock Value: Mau ngomong apa? Dia orang di balik Loose-nya Furtado dan Future Sex Love Sound-nya Timberlake. Keren, tapi agak bosenin.
In 1-10 scale: 7.

Mika Life in Cartoon Motion. *nj*ng, gokil banget. Ada sedikit nuansa Freddie Mercury, Elton John, dan Scissor Sisters. Meskipun stage actnya sangat gay, performancenya luar biasa.
In 1-10 scale: 9

Linkin Park-Minutes to Midnight. Katanya diilhami Hiroshima-Nagasaki bombing. Lagu-lagunya mirip Saint Loco [atau sebaliknya?]. Sebenernya mengecewakan, tapi hey, it’s Linkin Park, orang bakal tetep cinta.
In 1-10 scale: 7

Fall Out Boy-Infinity on High. Sempet ragu, ternyata keren. Gw suka eksplorasi mereka di Hum Hallelujah. Ternyata lebih dari sekedar boyband-disguises-as-a-rock-band seperti the Click Five, Busted, bahkan Simple Plan.
In 1-10 scale: 8.

Macy Gray-Big. Karakter suara kuat. Musik oke, ada Will.I.Am juga di satu lagu. Album ini keren, tapi kurang gaungnya.
In 1-10 scale: 7,5

Natasha Bedingfield-N.B. Suara oke, penjiwaan dapet banget. Lagu-lagu di album pertama lebih keren, tapi ada beberapa track yang berpotensi jadi hit meskipun tidak masuk nominasi Grammy dan dijadiin lagu tema Pantene. Cantik.
In 1-10 scale: 7,5.

Pink-Live in Wembley. Saya lebih suka the bad-girl Pink daripada pink-haired-R-n-B Pink, tapi namanya juga live concert, jadi ada beberapa lagu lama yang dimasukin. Stage act oke, musik oke, back vocalnya luar biasa, crowdnya keren. Dear Mr Presidentnya dahsyat…
In 1-10 scale: 8

Good Charlotte Good Morning Revival. Cowoknya Nicole Richie. Chronicles of Life and Death lebih oke, tapi yang ini juga gak jelek. Gw ilfil begitu tau Ny TIba-TIba Dapat Janda dan Ovy nyanyiin Get Ur Hands Off My Girl bareng 5 anaknya.
In 1-10 scale: 8.

Take That the Essential. Lagu-lagu yang baru lumayan, lagu-lagu yang lama basi. Vokal yang bagus cuma Gary Barlow. They dumped Robbie Williams.
In 1-10 scale: 7.

Daughtry-Daughtry. American Idol favorit gw sepanjang masa, salah satu artis yang menginspirasi gw buat nyanyi ngerock. Home-nya keren [dan gak biasa-biasa aja!]. Sedikit Staind di sini, Creed di sana, southern rock bands di mana-mana, bosen.
In 1-10 scale: 7,5.

Bukannya gw sedang bermurah hati, trus gak ada album yang gw kasih nilai kurang dari 7. Tapi emang kebetulan album-album ini gak bisa dibilang jelek. Oke, more to come: Project Pop Six-A-Six, Float-Music for 3 Hari untuk Selamanya, Joss Stone-Introducing, OST Mengejar Mas-Mas, Mesin Waktu-Tribute to Naif. Tapi sabar... Gw belum sempet dengerin.

time is more precious than Mikimoto tiara

Di tengah kehebohan dan pesta pora karena Piala Citra Ekskul sebagai Film Terbaik FFI 2006 dicabut, gw musti berpuas diri dengan film-fim Indonesia yang biasa saja. Ada 3 film yang bakal gw review, dan I better make it brief, since ‘time is more precious than Mikimoto tiara for a young and restless career guy’ (Suryawan, 2007)

3 Hari Untuk Selamanya.
Setelah dua kali tertidur di 21 pas nonton midnite Spiderman 3 dan Pirates of the Carribean, gw beranikan diri mempertaruhkan 15 ribu rupiyah buat nonton di Amplaz lagi. Setelah seharian disiksa dan didera di kantor dan Apotek, hanya sebungkus es kopimiks yang diharapkan menyelamatkan gw dari merugi 15 ribu. Kali ini ditemani lychee-filled donut dan es coklat Dunkin.
Gw datang dengan harapan besar. 3 Hari untuk Selamanya. Miles Production. Riri Riza. Mira Lesmana. Nicholas Saputra. Ardinia Wirasti. Hanya diputar di 4 kota. Sounds convincing and exclusive enough. Tapi begitu nonton fimnya, satu kata terlintas: NGACO. Mana ada perjalanan dari Jakarta ke Jogja ampe 3 hari? Kaya kalo Jogja ada di timur Papua Nugini aja.

Masih banyak lagi hal-hal kecil yang bikin gw mengernyitkan hidung. Kenapa udah nyampe Tegal malah pake nginep? Kenapa dari Tegal pagi-pagi tapi nyampe Sendang Sono udah tengah malem? Kenapa tengah malem gak bisa berdoa di Sendang Sono? Dan kenapa-kenapa lainnya hingga ’Kenapa Eminul tidak kesyut waktu di Sendang Sono?’

Terlepas dari ngaconya cerita, akting Nicho dan Rasti sebenernya udah oke banget. Chemistrynya dapet banget, bahkan di Extravaganza Sabtu lalu muka mereka jadi mirip. Gw jadi bertanya-tanya kenapa dulu Rangga nggak jadian aja ama Carmen.

Ada beberapa bagian skrip yang gak penting, seperti pas Nicho ngomongin kepadatan penduduk Jawa. Udah nyaingin kantor gw yang ngomongin data epidemiologis NTT aja tuh. Tapi selebihnya, alami dan cocok-cocok aja buat anak-anak seumuran lulus SMU.


Beberapa tokoh juga ngeganggu banget. Baru ketahuan kalo Tarzan Srimulat ternyata jago main dialek. Saking jagonya, dia ngomong Bahasa Jawa pake dialek Banyumasan dan bahasa Indonesia dengan dialek Solo/Semarang. Nggak nyambung, Pak. Mana karakternya mesum abis lagi. Jadi pengen nampar.

Satu lagi yang pengen gw tampar: orang-orang LSF yang main sensor seenaknya. Tercatat 8 adegan yang mengalami pemotongan. Beberapa pemotongan dilakukan sewajarnya. Beberapa dilakukan semena-mena tanpa memedulikan penonton-penonton cowok yang susah duduk tenang secara ada sesuatu yang ngganjel. Dan satu pemotongan yang paling bikin naik darah: mereka memotong endingnya. Ayo kita tampar rame-rame.

Ada tiga hal yang gw acungi jempol. Pertama, Ardinia Wirasti yang makin merekah aja. Kulit coklat, kaki panjang, rambut hitam panjang, tulang pipi tegas dan gigi sedikit tonggos. That exactly is my definition of true beauty. Jadi inget ama seseorang. Kedua, musiknya. Float secara sukses menghadirkan nuansa yang pas banget ama filmnya. Tidak berlebihan, tidak kurang. Pas dan floating. Ketiga, selamat buat Riri dan Mira yang berhasil bikin gw bertahan melek dan tidak merugi 15 ribu. Or should I address that to the coffee? Ada sesuatu, entah apa, mungkin kharisma, yang bikin adegan-adegan terasa sangat kuat dan bikin gw ngerasa ini bukan film sembarangan.

Coklat Stroberi.
Gw terpaksa nonton film ini [dan bayarin Penguin] sebagai penalti akibat jatuhin helmnya 6 kali. Dasar penguin, wis cilik, elik, tukang memeras meneh.
Gak ada yang bisa diunggulkan dari film ini. Lame script. Upi Avianto gagal mengulangi kesuksesan 30 Hari Mencari Cinta. Dialog Coklat-Stroberi segaring Wafer Tango Coklat atau Stroberi. [Entah kenapa Penguin malah sering ketawa ngakak]
Lame act. Oke lah, crying scene-nya Nadia Saphira di Jomblo emang nendang banget. Tapi di Coklat Stroberi dia bermain layaknya Milly dalam AADC Sinetron. Nino Fernandez sebaiknya mulai latihan akting biar gak cuma bisa pamer bodi. Marsha Timothy gak memorable, baik tampang maupun aktingnya. Marrio Something itu sebenernya pas banget peranin Aldi, tapi gara-gara akting dan skrip yang lemah tadi, karakternya jadi kurang keluar. [Entah kenapa Penguin bilang akting keempatnya natural banget].

Kehadiran banyak cameo ternyata tidak banyak membantu. Tike Priyatnakusumah, Luna Maya dan Fauzi Baadilla berlalu begitu saja. Vino Bastian malah gak penting banget. [Entah kenapa Penguin bilang Vino lucu banget].

Gw sempet mencak-mencak gara-gara Bila Aku Jatuh Cintanya Nidji dipake jadi soundtrack. Gak relaaa!!! Kalo lagu-lagu Letto dan Ungu sih emang cocok banget buat film ini: sama-sama lembek. [Entah kenapa Penguin bilang Ungu keren banget].

Seakan semua hal tadi belum cukup bikin gw muntab, baru sekarang nonton film di bioskop serasa nonton sinetron di TV: banyak iklannya. Mulai dari iklan Eskulin, Zinc shampoo anti ketombe dengan Nutrient Lock dan Pro Vitamin B5 [gw apal, secara Upik Babu gw pake], WRP sampe L-Men.

Saking boseninnya, gw sampe ketiduran di adegan yang mungkin paling seru di film ini: ciuman Aldi dan Nesta. Begitu gw bangun mereka udah kepergok ama cewek-cewek. Cuma ya itu tadi, saking boseninnya gw bahkan gak nyesel ketiduran di adegan paling seru.

Film bubar. Gw senang, secara bisa lanjutin bobok di rumah. Dan entah apa yang terjadi, Penguin keluar bioskop dengan sangat puas. Was it the movie or the excitement karena dibayarin nonton yang bikin dia gak keruan gitu ya?

Maaf, Saya Menghamili Istri Anda.
Film ini cuma menawarkan satu daya tarik buat gw: S-H-A-N-T-Y. The one and only, Shanty. Gw memang gak bisa berharap apa-apa. Filmnya cuma dibikin 7 hari, seperti Mendadak Dangdut [bahkan took more time buat gw bikin film A Tribute to Angkatan 34]. Skenario kembali ditulis oleh Monty Tiwa, dan film kembali diproduseri Rudi Sudjarwo. Gw masih sangat kecewa dengan Mengejar Mas-Mas, jadi mendingan gak berharap banyak daripada kecewa.

Dan again, gw musti bilang ama Mas Monty Tiwa: research, research, research. Gw gak kaget kalo orang-orang Batak di seluruh Indonesia sepakat memboikot film ini, meskipun sudah ada kesepakatan damai. Secara Kak Monty bukan orang Batak, tidak ada satu pun pemain yang Batak, dan kita tahu kalo di Indonesia tidak bijaksana mempermainkan suku orang lain.

Sebenernya kalo cuma buat lucu-lucuan, ada lah adegan yang emang bisa dianggep lucu. Adegan casting di awal film, misalnya. Sisanya, biasa aja. Film berlalu tanpa kesan, dan gw tidak masalah secara alasan gw nonton emang cuma pengen tau sejauh mana akting Shanty berkembang. Lumayan, kok. Ringgo yang biasanya oke entah gimana jadi biasa aja. Gw bosen kali, secara dia mainnya gitu-gitu mulu. Lagian gw gak setuju kalo dia main jadi playboy. Sex appealnya dimana coba? Di muka tapirnya? Gw sempet ragu waktu Mulan Kwok bilang di infotainment kalo berakting di film beda ama di sinetron. Hmm... As if dia udah banyak main film dan sinetron. Tapi ternyata terbukti. Akting dia di sini bener-bener beda dengan aktingnya di sinetron ama Baim Wong. Oya, Mulan juga nyanyi satu lagu keren banget, This Place, yang lebih oke daripada versi aslinya di album OST Mengejar Mas-Mas.

Sekali lagi, duet maut, eh mawut Rudi Sudjarwo dan Monty Tiwa gagal memuaskan gw. Kapan ni sekuelnya 9 Naga keluar? Katanya trilogi?


Well, in the end tahun ini baru ada 3 film yang bisa diunggulkan buat festival: Long Road to Heaven, Naga Bonar dan Kala. 3 Hari Untuk Selamanya mungkin masih bau-bau festival dikit. Kita tunggu aja berapa banyak FFI bakal berubah tahun ini, dan apakah BP2N bakal mencabut Piala Citra Film Terbaik lagi.

Tuesday, June 12, 2007

aku mau dicopot, dicelup dan diclep Jessica Simpson




Asyik juga punya kantor yang jaringannya banyak. Sering banyak tamu, jadi sering makan-makan. Selain tentunja gratis, menu makanan bervariasi. Hari ini makan Makanan Padang di RM Sederhana [which is far from sederhana], besoknya makan Fu Yung Hai dan Steak Sapi di Sintawang, dan kali ini ngajakin tamu-tamu dari NTT jadi mafioso sebentar di Pizza Hut.

Pizza Hut jadi pilihan, secara kami iba, masa di NTT yang banyak pulaunya itu gak ada cabang Pizza Hut. Sebenarnya bukan pilihan yang tepat, secara sebelum masuk resto mereka sudah menyatakan ’apapun menunya, kami tetap pilih nasi.’ Ealah Pak, kita bawa ke sana biar makan pizza je...

Untunglah Pizza Hut punya Nasi Sapi Jamur dan nasi-nasi lainnya, jadi mereka gak cuma ngiler ngeliat kami makan pizza. Abis pesen, kami ke salad bar dan bikin mbak-mbaknya tercengang, secara dari 7 orang, 5 ambil salad. ’Pak, kok ambilnya cuma sedikit-sedikit? Itu bayarnya per mangkuk lho.’ Idih, Mbaknya. Kaya kita nggak pernah makan di sini aja.
Pesanan datang! Kali ini kami memilih varian stuffed pizza baru: Cheesy Bites (terjemahan Malaysianya:
Pizza Gigit Berkeju), dengan slogannya Pull-Dip-Pop, yang di Bahasa Indonesiakan menjadi Copot-Celup-Clep. Terjemahan yang aneh.... Sejujurnya kami tertarik pada penampilannya yang aneh, kayak kepiting berkaki 25. Makin tertarik aja saat pelayannya datang dengan papan peraga dan mulai beraksi kayak pramugari, memperagakan cara makan cheesy bitesnya. Copot kakinya, celupin ke saus mayo, masukin ke mulut. Coba ah! Copot, celup, clep. Hm... Biasa aja, gak spesial. Tapi lumayan lah, kalo pengen ngeliat mbak-mbak Pizza Hut beraksi dengan bahasa isyarat, pesanlah: Cheesy Bites. FYI, di Amerika bintang iklannya si janda bego Jessica Simpson. Hmm... Mau dong Mbak, dicopot, dicelup trus diclep...

Yang bikin gw terkesima justru minuman barunya, Strawberry Sparkling Tea. Campuran teh, soda dan sirup stroberi. Rasanya? Hohoho. Seger. Ini baru sparkling.

Secara tamu-tamu tetap bersikeras tidak mau makan pizza, kesempatan buat gw menyapu habis pizza dan spaghetti. Puas! Puas! Mau tahu berapa yang kami habiskan buat makan bertujuh? Hampir 350 ribu. Ala mak jang. Ya sudahlah, yang penting gw gak keluar duit, dan kenyang. Uhuy.

Ayo, ayo, datanglah lagi tamu-tamu....

Wednesday, June 06, 2007

NOmat bukan lagi Nonton Hemat


Tahukah kamu kalo jargon Nomat sekarang bukan lagi kepanjangan dari Nonton Hemat, tapi Nonton Mataram? Tahukah juga kamu kalo sekarang Nomat bisa juga dilakukan sambil olahraga? Itu jadinya kalo kita Nomat sambil Mengejar Mas-Mas.

This another Rudi Sudjarwo-Monty Tiwa’ movie sangat jauh dari pendahulunya, 9 Naga. 9 Naga was a kind of ngajak-merenung-mikir-bahkan-nangis movie, yang mangkelke secara alurnya selambat bekicot bunting kembar tiga. Mengejar Mas-Mas, sebaliknya, adalah film yang ngajak ketawa doang tanpa pake mikir, tapi juga mangkelke secara mendiskreditkan masyarakat Jogja.

Di film ini orang-orang Jogja digambarkan sebagai masyarakat yang percaya aja kalo ada dosen yang ngajar malem pulang pagi, gak tahu kalo ada menteri pemberdayaan perempuan, alergi ama perek, menggunakan sepeda sebagai alat transportasi utama, dan pake blangkon dan surjan ke mana-mana. Bang Monty, di Jogja sekarang juga tahun 2007. Emang Jakarta doang yang kena globalisasi?

Yang mangkelke lainnya adalah banyaknya hal irasional dalam film. Pertama, Shanaz digambarkan sebagai cewek kaya, suka clubbing, punya kamar dengan kamar mandi dan wastafel mewah di dalamnya. Tapi begitu ngabur ke Jogja, dia bahkan gak punya duit buat bayar penginepan. Plis deh, seminggat-minggatnya orang kaya, masa iya gak bawa ATM ato kartu kredit. Kedua, Shanaz kayaknya adalah atlet marathon. Turun dari kereta di Stasiun Tugu, jalan-jalan ke Malioboro, tiba-tiba duduk nangkring di Tugu (which is aneh buat orang Jogja), dan di adegan berikutnya udah nyampe di lesehan gudeg Wijilan. Hebat, Mbak. Nggak gempor tuh kaki? Ketiga, menurut cerita Mas Parno (Supano, bukan akronim dari Paranoid atau Parnasonic), berusia 20 tahun lebih tua daripada Shanaz. Secara Shanaz udah kuliah, I suppose Mas Parno must be 38 years old or so, jadi alangkah tidak pantasnya memilih seseorang yang baru 26 tahun dan pacaran dengan Widi AB Three. Kurang tua, meskipun he played it good indeed. Dan masih banyak hal-hal kecil irasional lain. Too much that I’m a not writing it it here.

The only thing yang bikin gw betah nonton adalah Poppy Sofia. Bayangkan Asmirandah dengan akting 8 kali lebih baik. Itulah definisi yang tepat untuk menggambarkan Poppy Sofia.
Dwi Sasono dan Dinna olivia, as always, bermain bagus, inspite of logat Dinna yang terdengar dibuat-buat. Ira Wibowo, once again, plays a gagal-mendidik-anak mom.
Kredit positif boleh juga diberikan pada Geng Kobra dengan lagu tentang Jogja-nya, juga lagu-lagu lain yang gak kalah kocak. Yang gw inget banget: ’Aku mencintaimu, seperti Aa’ cinta istri baru.’

Gw gak tau musti menyimpulkan apa dari Mengejar Mas-Mas, secara filmnya berlalu begitu aja tanpa pesan apapun yang nyantol di kepala. Satu-satunya yang gw inget setelah keluar dari Mataram adalah: lagu pengantar credit title di Mataram bukan lagi Ijinkan Aku Mencintaimu dari Iwan Fals, tapi Tanpa Kekasihku dari si batal-duet-ama-Boy-II-Men Agnes Monica. Bagus.