Wednesday, April 26, 2006

who"s the boss?


Beberapa waktu lalu, sapaan 'Pak' laris digunakan di kalangan koas dan residen RS Sardjito. Tapi, entah karena kurang kompatibel [gak bisa dipake buat manggil cewe], ato kurang enak didenger ['dhupak' po piye?], popularitas sapaan ini menurun.
belakangan, muncul kata baru yang sering dipake para koas dan residen: 'Bos'. Entah siapa yang mempopulerkannya pertama kali, yang jelas pemakaian kata ini telah merambah bangsal, UGD, bahkan Kamar Operasi.

As for me, gw masih tetep nyaman ber-mas-mbak atau pake sapaan klasik 'Dok'. Alasannya, 'Bos' tidak lebih enak didenger dibanding 'Man', 'Jo' ato 'Choy'. Kalo ada yang manggil gw dengan sapaan ini, ya terima aja, tapi jangan harap gw bakal manggil seseorang dengan sapaan 'Bos'. Gw bukan babu.... Oke, Bos?

You had a bad day


Suatu hari di minggu pertama Bagian Ilmu Penyakit Dalam
05.00 Bangun, mulai mengumpulkan nyawa.
05.55 Dressed-up, udah sarapan dan siap berangkat. Eh, di RCTI ada Daniel Powter dan Bad Day-nya yang sekarang jadi lagu wajib eliminasi Idol. Tumben-tumbenan Nuansa Pagi nampilin ginian. Nonton dulu…
06.00 Berangkat, setelah terlibat dalam persengketaan kecil dengan orangtua gw yang akhir-akhir ini agak uncool for me.
06.15 Nyampe RS, mulai nengokin pasien
06.20 Salah satu pasien gw dapati dalam keadaan berkeringat dingin, lemah, mengalami penurunan kesadaran, pucat, tekanan darah menurun dan nadi melemah. Tapi secara udah dioksigenasi dan suaminya bilang barusan baik-baik aja, gw lanjutin periksa pasien yang lain.
06.45. Selesai periksa semua pasien, mulai nulis di catatan medis.
06.50 Lapor ke dokter P gw kalo ada pasien yang kondisinya memburuk. Eh, dokternya langsung ngibrit ke kamar pasiennya! Ikyuut…
06.55 Sibuk nyuapin pasien pake teh manis, nyuntikin dekstrosa, naikin kadar oksigen, apapun untuk memulihkan pasien. Ups, ternyata ini serius!
07.05 Dr. P suruh gw ambil mesin EKG di bangsal sebelah
07.10 Balik lagi dengan mesin EKG, dr. P langsung nyuruh masang sementara dr. H melakukan resusitasi kardiopulmoner.
07.15 Hasil EKG keluar, pasien dinyatakan meninggal. Suami pasien belum diberi tahu.
07.20 Nonton dr. P breaking the bad news ke suami pasien.
07.25 Ini bagian terindah. Gw dan dr.P harus pertanggung jawabin pasien dan catatan mediknya ama dokter S, chief bangsal. Gw cukup banyak kena semprot karena nulis hasil pemeriksaan di kolom yang salah, sementara dr.P menundukkan kepala dengan mata berkaca-kaca karena tak tahu harus berkata apa saat sang chief menerornya. Duh, Abang Chief, memangnya kami belum cukup shocked dengan matinya pasien, trus masih harus diceramahin lagi?
07.50 Chief selesai berkotbah. Gw coba tarik nafas pelan-pelan untuk menstabilkan kembali diri gw. Wah, sudah mulai having a bad day,nih! Run for cover ke kantin.
07.55 Sampai di kantin, memesan kopi to fake a smile, sambil menghela nafas. Kirim sms, minta dimiskol temen gw kalo laporan pagi mulai. Temen gw miskol pas kopi gw dateng. Lari ke bangsal lagi.
08.05 Sampai di bangsal hosh.. hosh, ikutan laporan pagi bersama dokter ahli. Laporan mulai dibacakan
08.20 Dokter ahli mulai nanya-nanya soal pasien yang meninggal. Mampus! Secara pasien gw 8 orang, gw gak punya cukup waktu buat nulis semua data. Boro-boro hasil pemeriksaan lab, gw bahkan gak ngerti kapan pasiennya masuk RS. Duduk terpaku di pojokan, sementara dokter ahli merontokkan gw dengan pertanyaan-pertanyaannya. Ego gw mulai terpuruk layaknya WTC saat Tragedi 9-11. Malu. Malu. Buat apa tampil tampan dengan hair-do sempurna kalo tanggal masuk pasien aja gak tau.
09.15 Laporan pagi selesai. Pantat gw rasanya nempel di kursi. Gw gak kuat lagi menahan malu hari itu. Kirim sms ke beberapa teman, memebri kabar bahwa muka gw udah dalam keadaan kritis dan perlu diselamatkan. I need a blue-sky holiday.
09.30 Ke kantin lagi. Tujuan utama: nemenin temen makan. Tujuan sampingan: menghela nafas sambil mencurahkan semua perasaan. Cukup mengagumkan bahwa gw gak ngeluarin satu umpatan pun. Pertama, kosakata umpatan gw ikut berguguran dengan harga diri gw waktu laporan pagi. Kedua, gw memang sadar sepenuhnya kalo salah.
10.00 Kembali ke bangsal, mencoba berjalan dengan dagu terangkat. Sampai siang di bangsal, melakukan tugas sambil terus menerima sindiran dari temen-temen yang sebenrnya belum tentu lebih baik dari gw.
14.30. Selesai tentiran. Harus segera pulang. Tidak sanggup lagi menghirup udara RS yang penuh kekejaman.
14.40 Berangkat pulang dari parkiran dengan berjanji,”Gw harus jadi lebih rajin”
17.30 Kembali ke RS buat nglengkapin catatan data pasien. Kan I’ve promised myself harus lebih baik.
22.00 Hari berakhir. Segera tidur supaya tidak kesiangan esok paginya.

Hm…siapa ya yang harus disalahkan untuk hari yang buruk ini? Kemungkinan jawabannya:
1. The lazy, nongkrong-dan-berfoya-foya-minded me.
2. Daniel Powter karena membawakan lagu itu dan meniupkan kutukan you’ll-have-a-Bad-Day pada gw.
3. Karma. Gw pernah punya pengalaman buruk dengan istri dari dokter ahli yang meluluhlantakkan gw, and since, gw sering jelek-jelekin istrinya. Eh, the couple won again! Sekali lagi mereka menghancurkan gw. Huh.. karma.


Sunday, April 23, 2006

Life ain’t easy


Tiga minggu berlibur memang memabukkan. Bangun terlambat, sarapan di jam minum teh, berfoya-foya sepanjang hari, dan baru tidur setelah para lelembut keluar dari peraduannya. Beberapa rencana liburan sudah berhasil dijalankan, dan gw jadi semakin ahli menghabiskan uang.

Saat minggu ketiga hampir berakhir, gw mulai kesulitan nafas layaknya tertindih Mat Solar, saking tidak inginnya menghadapi kenyataan. But the clock kept ticking, dan akhirnya I had to go back dari utopia ke kehidupan nyata.

One thing that tortures me the most is the fact bahwa gw harus udah sampai di RS sekitar 6:15, which is lebih pagi daripada waktu di Anestesi. Padahal seingat gw udah 77 kali gw ngeluh karena harus berangkat pagi di Anestesi. And this is even worse. Hari demi hari berlalu, dan seberapapun gw mencoba lari dari kenyataan, the good-boy within me selalu menampar gw dengan peringatan “Get real! Life ain’t easy!” Uuh, seandainya gw cuma punya sisi jahat…

Well, here I am. Udah seminggu gw lewatin bagian Ilmu Penyakit Dalam, dan gw udah makin jago mengatur diri buat menjalankan tugas dengan performa terbaik. Beberapa caranya:
1. Mulai jadi anak SD yang pergi ke tempat tidur jam 10 malam. Ini sangat susah, mengingat normalnya gw jarang sudah sampai di rumah sebelum pukul 10. Ini berarti, agenda sore –yang sebagian besar terdiri dari kesenangan duniawi dan bersosialisasi- harus dikurangi. Belum cukup, gw juga harus mengentikan aktivitas nokturnal gw seperti menulis blog (gluk!), nonton film yang adik gw sebaiknya ga ikut nonton, main computer, dan nonton tivi. Tapi tentu gw tidak cukup naïf untuk berhenti menonton Desperate Housewives. Enak saja.
2. Sebelum tidur, memilih baju yang akan dikenakan besoknya. Ini bisa menyelamatkan belasan bahkan puluhan menit waktu gw, secara kadang gw terjebak dalam dilemma memilih baju.
3. Gantungkan jas dokter di kamar, dan langsung kenakan dari rumah, didobel jaket. Ini bisa menghemat beberapa menit yang gw perlukan buat unfold and put it on di lapangan parkir.
4. Jangan sekali-kali keramas atau membasahi rambut di pagi hari, since I don’t have all day untuk menunggunya kering. Jadi semua kegiatan yang menjadikan rambut gw basah harus dilakukan sebelum tidur. Sekalipun gw mimpi basah. [Lagian, sampai sekarang gw masih belum mengerti hubungan antara mimpi basah dan keramas. Apakah mimpi basah bikin rambut lengket dan berketombe?]
5. Berhenti menyewa buku pop hingga waktu yang belum ditentukan. Alasannya, tanpa novel atau komik saja gw nyaris ga pernah menyentuh buku teks, apalagi dengan Chick-lit atau manga di tangan.
6. Jangan coba-coba minum kopi di malam hari, daripada harus menanggung resiko susah tidur dan telat bangun esoknya. Sebaliknya, hindari juga minuman beralkohol, apapun bentuknya, karena bisa menyebabkan hangover di pagi hari. Gw pernah merasakannya di hari pertama masuk IPD, dan it felt like Disney's Dumbo bertengger di kepala gw.
7. Carpe Diem! Gw sadar penuh bahwa kurangnya istirahat dan hiburan bakal menghalangi gw buat memberikan performa terbaik. Makanya, selagi bisa (baca: sebelum waktu tidur tiba) gw bermain sepuas gw, menikmati indahnya hidup sebagai seorang lajang di abad 21 [halah]. Seize every minute and every hour!

Well pada akhirnya, terbukti bahwa apapun yang terjadi, it draws me to be better. Setidaknya gw jadi bisa menciptakan 7 trik di atas. Hebat ya gw…

Tuesday, April 18, 2006

Bachelor weekend



Being home alone di hari raya have always been bad. Secara hampir tiga minggu liburan ini gw terkurung di Jogja, wis sisanke wae! Biar sekalian tiga minggu penuh gw habiskan tanpa menghirup udara di luar DIY.

Adik gw, si pengkhianat kecil bertanduk, tega meninggalkan gw sendiri dan dengan enaknya berhari raya bersama keluarga di kampung. And where had all the cowboys gone? Susah banget temuin any of my guys yang available di malam minggu sebelum Paskah ini. Ada yang mudik, kebanyakan harus ke gereja, ada yang harus tinggal di rumah menemani sodara-sodaranya yang dateng, dan ada yang terbaring lemah sambil menunggu hasil tes Widalnya [kebanyakan dosa sih!]. Dan akhirnya gw harus menikmati akhir pekan gw sendirian, dengan cara gw sendiri.

So there was me, gw harus cari agenda lain, selain jadwal tetap setiap Sabtu malam: menonton American Idol jam 11. Akhirnya diputuskan untuk nonton, nonton dan nonton. Empat VCD gw sewa dari Studio One Jakal, berturut-turut: Madagascar, the Secretary [film apapun ini], Flight Plan dan Catatan Akhir Sekolah.

Oke! Semuanya disiapkan. Gw baru nyampe rumah jam 7 malem karena harus urus sodara gw di rumah sakit [see next post for details]. Berkeliaran di rumah hanya dengan kancut, memanjakan badan dengan hot shower, berkeramas dan krembat sendiri, pake baju yang bikin gw ngerasa di rumah [well, YOU ARE at home], dan mengoleskan setengah liter body lotion ke sekujur tubuh yang selain bisa mengusir nyamuk ternyata bisa menghaluskan kulit.

Film pertama yang gw pilih: Madagascar. Ow… Gw harus berterimakasih pada diri gw sendiri karena menyewa film ini. [Abang Ganteng, terima kasih..] Gw rasain sensasi yang lama gak gw rasain setelah Shrek dan Shrek2. Bahkan Chicken Little yang model mukanya ditiru Idol's Kevin Covais pun tidak menandinginya.
Voices were great, semua casts cocok banget.
Gambar luar biasa, gw kagum dengan detail rambut ala Valderama Alex the Lion.
Lagu-lagu keren. Pertama gw kira 'I like to move it, move it' itu Sean Paul. Jebul Sean-Paul-wanna-be
Yang paling menghibur adalah scenario dan guyonannya yang cerdas. Pembuat film Indonesia, gini nih harusnya sebuah scenario!

Oke, di tengah kegirangan menyaksikan Marty and the gang, gw kelaperan! Secara I didn’t have anything to eat, terpaksa keluar. Cari roti bakar, dan gw sempet bikin rambut mbak-nya berdiri ala Valderama karena gw memesan 2 tangkup roti bakar dengan margarine saja, tanpa isian lain. No, no Ma'am, saya bukan Duta Blue Band atau Simas atau Mother's Choice, tapi saya sedang ingin bikin sandwich sendiri.

Sampe rumah, bikin isiannya! Omelet isi sosis, dengan mayonnaise dan beberapa demblokan saus sambal. Dinner was served in 5 mins. Dan apalah arti sebuah malam minggu di-rumah-saja tanpa kopi dingin? Gw bikin setengah gelas [jangan terkejut, lagi detoksifikasi kafein] kopi krim dingin buat pendamping makan dan nonton.

Ternyata film kelar tidak lama waktunya Idol, jadi gw mulai menunaikan kewajiban gw (menulis blog) sembari menunggu Seacrest memulai acara. Bucky was voted off. At last!

Hmm… ternyata malam minggu yang di-rumah-saja tidak selamanya menyebalkan.

the dressing affair


Si tampan bodoh ini kembali berulah. Kali ini, dia nyaris merusak acara nikahan sahabatnya.

Alkisah, bukan alkisah ding, beneran. Sohib gw, Miss Backpack-and-sneakers-forever, tiba-tiba menjadi seorang Cinderella whose life’s turned in just seconds. Meskipun sebenarnya kuharap [dan gw hampir yakin], dia akan tetap selalu jadi Upik Abu hehe.

This is big! I mean it was a big shock for everyone since nobody has ever thought she’d be the first to be married. It gets bigger karena semua terjadi begitu cepat, secara one day she told me ‘I met this guy’, and in like 2 hours later, Voila!, dia tunjukin gw undangan ke nikahannya. What made it even bigger was the fact that she is big. Big, dalam arti kata sebenarnya hehe.

Secara gw dan temen-temen pengen kasih yang terbaik buat the day, kami bela-belain sewa kostum. Pink for the ladies, and maroon for the guys, meskipun kami sepenuhnya sadar bahwa butuh berbulan-bulan sampai Ponds berhasil mencerahkan kulit kami hingga pantas mengenakan beskap berwarna maroon.

And there was the D-Day! Semuanya bahagia. To be honest, it was akad nikah pertama yang pernah gw ikutin, secara selama ini gw cuma tau datang ke resepsi doang hehe. And it was amazing to watch one of my beloved ones menikah, meskipun tidak seperti yang kubayangkan, she said no vow.

Everything was fine. Nothing was wrong, not until perut rakusku yang sudah dipenuhi sepiring nasi lengkap dan 2 scoop es krim tape ketan, tiba-tiba merengek minta Selat Solo. Oke, gw ambil sepiring, dengan ekstra daging dan dressing. The salad itself was great, sampe akhirnya gw coba memotong wortel yang sebenarnya udah bite-sized, tapi wortelnya bandel, dan semuanya mencolot ke bagian medial kanan bawah beskap maroon gw, tepat di atas pangkal paha kanan gw. OH,NO, NO, NO! -dengan huruf capital sepenuhnya- Langsung gw cari pertolongan pertama. Dengan lagak seorang Baywatch Babe seorang temen sodorin gw tisu. Dan selagi gw menyeka thousand island dari baju gw, dia makan saladnya. Huh! Secara masih sisa dan sayang kalo dilewatkan, gw berniat abisin tuh salad. Setelah mengalami kegagalan dengan potongan wortel pertama, gw coba potongan kedua. Dan yang terjadi adalah, -siap-siap tertawa, semuanya!-, it happened again. Dressing salad kembali melumuri baju gw layaknya lahar Krakatau, dan itu terjadi at the same exact spot! Gak papa, biar sekalian kotor. Untung acaranya waktu itu udah kelar, dan sesi foto udah gw lewatin. Kan bisa berabe kalo seorang supermodel tampak di foto dengan noda putih kekuningan lengket di sekitar pangkal paha.

Sekarang tinggal temen gw yang mencak-mencak karena dia jadi harus dry clean bajunya dulu sebelum dibalikin. Hehe. Dengan segenap kerendahan hati, pria tampan tapi bodoh ini meminta maap… Congratz to Mirna dan mas-nya yang just started their new life.


Sunday, April 09, 2006

Macam-macam Tanaman yang Beruntung Bisa Nyantol di Ingatan Gw


Sampai di Terminal Tawangmangu, kami cari angkot buat ke BPTO. Beruntunglah, ada satu mobil colt yang siap berangkat meskipun penuh. Oke, kami naik dan harus bayar 5000 untuk dua orang.

Sampai BPTO, urus birokrasi dengan mudah dan untungnya tidak dibuat susah [tanya kenapa], trus temen gw mulai ngobrol ama petugas lab. Secara gw cuma dianggurin di pojokan ruangan, tanpa disediakan kursi, mengembaralah gw ke kebun koleksi tanaman mereka. Dan beberapa tanaman yang sempet menarik perhatian gw dirangkum dalam penelitian keempat:

Macam-macam Tanaman yang Beruntung Bisa Nyantol di Ingatan Gw
- Dandelion. Ternyata bentuk pohon dan bunganya tidak sedramatis yang digambarkan oleh film, iklan, dan buku-buku. Atau gw aja yang kurang beruntung temuin pohon yang pendek dan bunganya dikit? Entahlah.
- Alamanda. Selama ini yang gw tau Alamanda = jalan di daerah Gejayan = studio musik. Ternyata alamanda adalah nama salah satu tanaman obat, yang berguna sebagai penawar racun. Berarti bisa dong menawarkan gw yang racun masyarakat ini?
- Pohon Bau Keringat. Gw sempet terpana baca papan namanya, dan mulai iba kenapa pohon ini dinamai begitu ajaib. Apakah daun atau buahnya bau keringat? Atau bentuknya kayak ketek? Atau mata gw yang salah baca? Ternyata mata gw gak salah, tapi otak gw yang gak nyambung. Ini pohon namanya Beluntas, dan gunanya mengatasi bau keringat.
- Kemenyan. Baru sekali itu gw ngeliat pohon kemenyan. Tinggi juga ternyata. Tapi gak sempet gw cium-cium baunya.
- Purwoceng. Tanaman impor dari Jawa Barat, konon berguna sebagai aphrodisiac [sesuai namanya, Purwoceng bikin ***ceng]. Sempet terpikir untuk mengutil beberapa lembar daunnya, tapi gw gak yakin gw perlu yang gitu-gituan. [sok perkasa hehe….]
- Pohon mint. Biasa aja. Bagusan dalam bentuk permen. Atau rokok.
- Pohon lavender. Gw cuma kira-kira dari bentuk dan warna bunganya. Tapi kok dicium-cium gak ada wangi-wanginya… Lavender imitasi kali…
- Pohon strawberry, yang numbuhnya gak subur sama sekali dan gak ada buahnya. Jauh dari bayangan kesegaran strawberry yang ditawarkan Agnes Monica dalam hit single-nya “Strawberry Australia…”

Dari puluhan taneman yang ada, cuma itu aja yang nyantol. Maklum, saya lebih mencintai diri sendiri daripada tanaman. Begonya, temen gw, yang mahasiswa fakultas teknologi pertanian itu, yang udah semester 8 itu, yang mau penelitian itu, nanya, "Ini genusnya apa ya?" Gebleg! Lha situ aja gak ngerti, apalagi sini.

[Q: lho, Bang, Bang, kok gambarnya kayak gini?
A: iya donk, lihat tuh...ada tanamannya kan....]


Klasifikasi Pedagng Asongan Sepanjang Perjalanan Jogja-Twangmangu-Jogja.


Selain musisi jalanan yang menyela perjalanan gw, interupsi lain datang dari pedagang-pedagang asongan. Penelitian ketiga gw adalah:
Klasifikasi Pedagang Asongan Sepanjang Perjalanan Jogja-Tawangmangu-Jogja.
- Pedagang standar: jualan Aqua, Coca Cola, Teh Asin dan telur kotak, Tahu Goreng, permen aneka rasa produksi Sido Muncul [lagi ngetren di kalangan asongan].
- Pedagang tidak standar: jualan alat tulis, bolpen gel, bolpen 4 warna, cotton bud, gunting kuku, buku-buku religius.
- Pedagang salah jualan: masa ada pedagang asongan yang nawarin gw primbon wanita? Amit-amit. Menyadari kesalahannya, dia ganti tawaran dengan buku lirik dan chord lagu-lagu Indonesia. Tapi, maap saja, isinya kebanyakan band amit-amit. Yo mit!
- Pedagang gak penting: “Ya, yang seribu, yang seribu, penitinya sebungkus seribu rupiah, bonusnya peniti warna emas!” Ya ampyun… Kaya ga ada komoditi lain yang bisa diperdagangkan. Plis dyeh.

Penelitian yang ini cukup tidak penting, dan sifatnya memang cuma nggo tambah-tambah. Biar rame….

klasifikasi musisi Indonesia

Selain hiburan dari musisi jalanan, di bus dari Tawangmangu ke Solo gw sempet juga dihibur oleh musisi bukan jalanan. Artis beneran gitu, secara supirnya ngesetel CD audio selama perjalanan, meskipun semuanya artis Indonesia. Dari belasan track yang gw denger, gw bisa bagi artis-artis ini ke beberapa kategori. Ini dia penelitian kedua gw:
Klasifikasi Musisi Indonesia Suka-Suka Gua
- Band beneran: Dewa 19, Padi.
- Band yang mulai jadi beneran: Letto. Artis Indonesia yang nulis lagu bahasa Inggris selalu gw kasih kredit positif. Apalagi dengan musik dan vocal berkarakter. Terus berjuang, anak-anak!
- Band gak beneran: Samsons, Ungu, Club80s. Ini bands udah maen di major label, tapi lagunya kok masih bau-bau indie. Contohnya, orkestrasi yang mereka pake keliatan banget kalo sintetis, alias gak pake orkes beneran, alias cuma hasil synthesizer. Liriknya juga gak sedalem bands yang gw kasih predikat band beneran.
Band yang terakhir sebenernya sempet mencuri hati gw, tapi begitu denger Dari Hati jadi eneg. Samsons juga. Naluri Lelaki-nya cukup menjanjikan karena sangat male-chauvinist. Tapi begitu denger Kenangan Terindah, penilaian langsung ngedrop. Gak deh, makasih.
- Band amit-amit: Peter Pan dan Radja. No explanations.
- Artis yang bagusan live daripada rekaman: Helena. Soalnya di rekaman gak keliatan tampang imutnya yang ‘ngangkat’.
- Artis yang bagusan rekaman daripada live: BCL alias Bunga Citra Lestari. Temen gw aja yakin suaranya lebih bagus dari Bunga waktu nyanyi Saat Kau Pergi.
Oke, maafkan saya for being sarcastic. Tapi kejujuran harus diungkapkan, apalagi soal band yang gw kasih predikat amit-amit. Alright, this Mr.Cowell-wanna-be undur diri.

Pengamatan terhadap Musisi Jalanan Sepanjang Perjalanan Jogja-Tawangmangu-Jogja


Fate has brought me back to Tawangmangu. The last time I went there was like 3 years ago. Dan kemaren gw balik lagi ke sana dengan misi mulia mengantar seorang teman konsultasiin skripsinya di Balai Penelitian Tanaman Obat. Mulia sekali bukan? Buat yang berpikiran macam-macam, asyem asyem asyem…

Urusan penelitian dia gak bakal dibahas di sini, karena selama perjalanan (3 jam berangkat, 3 jam balik), I did my own research. In fact, ada 4 penelitian yang saya lakukan selama perjalanan. Here are the results, yang bakal gw bagi dalam 4 posts karena bakalan puanjanggg.

Pengamatan terhadap Musisi Jalanan Sepanjang Perjalanan Jogja-Tawangmangu-Jogja
Jumlah subjek: 20 orang! Cukup mengejutkan, secara gw gak menyangka minat masyarakat Indonesia terhadap musik begitu meningkat akhir-akhir ini. [atau jumlah pengangguran yang meningkat ya?]

Dari 20 pengamen, tentu gak semuanya bisa gw inget. Yang jelas semuanya menyanyikan lagu berbahasa Indonesia: lagu Letto, Samsons, Ungu, Peter Pan, Radja, Padi, dll. The top of the chart was Kisah Cintaku-nya Chrisye, yang sempet dibawakan ulang Wisnu Indonesian Idol. Lagu zaman gw SD ini dibawakan oleh 2 orang pengamen!
- Ada pengamen anak-anak yang nyanyi lagunya Radja dengan penampilan yang jauh lebih bisa dinikmati daripada penyanyi aslinya. Kasih 500.
- Ada dua pengamen gak jelas, bau rokok dan bau badan, nyanyinya gak jelas, maen musik gak jelas, serba gak jelas. Gak gw kasih duit.
- Ada yang nyanyi Dari Hati-nya Club80s dengan versi keroncong, dan bikin gw terkekeh-kekeh.
- Ada pengamen yang nyanyi Betapa Hatiku dan versi Indonesianya How Great Thou Art. Lumayan, setidaknya mengingatkanku bahwa aku masih manusia beragama. Kasih 1000.
- Kelompok pengamen dengan persiapan matang, pake bawa ketipung dan teman-temannya, suaranya juga lumayan. Tapi lagunya kok lagu Stinky? Nilai langsung ngedrop, gak gw kasih. Stinky gitu loh….
- Ada pengamen wanita bersuara bindeng. Tapi hebatnya dia nyanyi Terajana tanpa fals. Gak gw kasih, soalnya recehan abis.
- Pengamen yang menyanyikan lagu Peter Pan, Samsons dan Ungu jelas gak gw kasih duit. Sebagus apapun nyanyinya.
- And, the show ain’t over ‘til the fat lady sings! Di perjalanan pulang, sampe di sekitaran pabrik gula Klaten, ada mas-mas nyanyi Aku Di Sini Untukmu-nya Dewa 19 ama Sandaran Hati-nya Letto, dengan permainan gitar yang asyik [pake melodi juga], dan suara yang huyeah, berkarakter. Ini dia pengamen dengan skor tertinggi selama perjalanan pulang-pergi. He deserved my 1000 rupiyahs. Sebenernya mau kasih duit lagi buat request gitu, eh belum dikasih dia udah nyanyi lagi Kangen-nya Dewa. Lumayan….
- Sebenernya ada pengamen lagi abis mas-nya, nyanyi lagu Slank dengan cara yang bakal bikin Kaka Slank bunuh diri. Jadi lebih baik dilupakan saja keberadaanya.

Overall, kebanyaken tampil dengan suara yang powernya segede TOA. Mungkin sebelum banting setir jadi pengamen pernah belajar di Pranajaya atau ama Bertha. Dan hebatnya, rata-rata gak fals nyanyinya. Lumayan…

Okay, the research kinda reminded me that I myself was once a pengamen juga. Meskipun sedikit lebih terhormat, secara gw ngamen gak cuma di jalan tapi juga di rumah-rumah makan. Tapi tetep aja ada naluri pengamen mengalir dalam darah gw, jadi gw bisa bersikap bijak menghadapi mereka.

Well anyway, these are some tips and tricks dalam ngadepin pengamen:
-Kalau bawa recehan banyak: nikmati aja penampilan mereka, kasih duit sesuai skor penampilan. Anggep aja live music untuk menemani perjalanan Anda.
- Kalau recehan dikit: harus bisa tega dan cuek. Zaman sekarang pengamen banyak yang gak sopan. Gw udah pasang posisi tidur dengan kepala bersandar di kursi depan, eh masih juga dibangunin, “Bos, ngamen, Bos!” Ada lagi yang udah gw kasih gelengan kepala sebagai ganti duit, eh masih keukeuh berdiri sambil menengadahkan tangan. Ya udah, gw kasih bonus senyuman manis, sambil tetap geleng kepala. Nggondhuk, mas?
- Berapa pun recehan kamu, tapi gak pengen diganggu: tidur! Atau denger musik pake earphone. Jadi kalo mereka minta kita bisa ngeles dengan alasan ‘mau gw kasih apa, wong gw denger juga enggak’.

alright, nikmati perjalanan Anda dengan musik orisinal anak negri [halah..]


Friday, April 07, 2006

Jelajah Supermarket


Kalo TV7 punya Jelajah Nusantara dan audisi presenternya, gw juga punya: Jelajah Supermarket. Empat supermarket dalam semalam. Hanya dua kemungkinan seorang pria bisa melakukan hal ini, gila belanja atau kurang kerjaan. Bagi gw mungkin yang berlaku adalah kemungkinan kedua. Oke, here the story goes.

[set mode hujan deras, jam 6 sore, gelap, jalanan rame, berkendara dengan jas ujan]
Supermarket 1: Putera Kampus Jakal
Temen-temen gw rekomendasiin supermarket ini karena harganya murah, dan lumayan lengkap. Gw juga udah beberapa kali belanja di situ, dan makin nyadar kalo tata letak rak-rak barangnya tuh gak beraturan dan nyebelin banget. Semuanya serba ujug-ujug berganti suasana, dan gak sistematis. Jadi perlu tenaga ekstra buat berkeliling. Oke, belanjaan sudah di tangan, kecuali satu: sabun cair. Dari semua varian Biore, kok ya bisa-bisanya cuma Pure Mild yang gak ada reffil-nya. Entah mereka gak jual, atau saking banyaknya orang seperti gw yang suka pake Biore Pure Mild? Entahlah, yang jelas dengan belanjaan di tangan [paling males pake keranjang], gw siap-siap antri. Mak…antrian panjang bener? Jadi eneg, langsung gw tinggalin belanjaan di rak sekenanya, cabut ke Samirono ambil laundry.
Keunggulan supermarket ini: konon harganya uhuy.

Supermarket 2 : Elok Demangan
Gw penasaran karena belum pernah belanja di sini. Dari luar kayaknya lumayan, tempatnya lega. Begitu masuk, nah lho! Gw bingung pintu masuk supermarketnya yang mana, kok cuma ada kasir doang? Ini adalah supermarket dengan tata letak paling gak jelas yang pernah gw kunjungin selama hampir 9 tahun gw di Jogja. Bener-bener bingungin. Bahkan supermarket ecek-ecek deket rumah pun jauh lebih rapi. Harga? Bah!! Body lotion yang biasa gw beli seharga 7600, di situ dijual 9000! Geleng-geleng, angguk-angguk, bingung-bingung dah. Akhirnya cuma beli beberapa item, salah satunya Biore Pure Mild pouch. Phew… Tapi masih ada beberapa on-the-list grocer yang belum kebeli. Cari supermarket lagi.
Keunggulan supermarket ini hanya 2: banyak cermin, dan tempat parkir teduh dan luas [orang tokonya sepi, gak banyak kendaraan]

Supermarket 3: Tamara Samirono
Beberapa kali gw udah ke sini, karena inilah supermarket yang paling deket dari NAV Karaoke Keluarga. Jadi kalo mau beli air buat diselundupin, di sini tempatnya. Tapi gw gak nyangka kalo ini toko bener-bener gak lengkap. Gak ada barang yang nelum kebeli yang tersedia. Patah arang, segera keluar. Rugi 500 buat parkir. Mampir ke Gelanggang ah…
Keunggulan supermarket ini: kalo lokasinya yang deket NAV bisa dianggap sebagai keunggulan, ya itu dia. Satu aja.

Supermarket 4: everyone’s-favorite: Mirota Kampus
Baru beberapa menit di Gelanggang, nyokap gw sms susruh gw beliin susu ama Koko Krunch buat keponakan gw yang bakal nginep di rumah. Duh…ke supermarket lagi.. Ujan belum reda pula, tapi demi bakti kepada ibu, kurelakan diriku menembus hujan badai.
Akhirnya, semua barang belanjaan beres, baik punya gw maupun nyokap. I was so lucky that ujannya deres banget, jadi Mirota sepi, jadi gw gak perlu ngantre kasir, jadi bisa cepet keluar. Keunggulan supermarket ini: harga oke, tata letak lumayan, bisa ngeceng.
Kelemahan supermarket ini: seringnya rame banget! Dan kebanyakan pengunjung adalah mahasiswa dan keluarga muda. Gw sempet stress pas tiba-tiba 2 temen gw manggil. Padahal gw lg bulukan banget, keujanan selama berkelana ke 4 supermarket. Kredit kekerenan menurun. Siuutt….

So sejauh ini, tempat belanja yang asyik menurut gw ada beberapa:
Belanja bulanan atau jumlah gede:
Mirota Kampus: see above for details.
Pamella Kusumanegara: ada jam-jam sepi, tempat lega, deket rumah gw yang lama.
Gardena: tempat asyik, barang lengkap, one-stop-shopping buat alat tulis, baju, gift wrapping ama game center.
Belanja occasional atau mendesak
Superindo: buahnya seger, lokasi aksesibel, nyaman.
Circle-K: deket rumah, sepi, nyaman, kasir baik-baik, tetep buka di jam-jam setan. Coba gak perhatiin harganya, gw bakal sering-sering belanja di sini.

A new record



A new record has been made!
Setelah sebulan penuh di Anestesi hanya bisa bertahan paling pol 48 jam tanpa kopi, gw berhasil memeprpanjang rekor puasa kopi gw hingga 72 jam! Congratz!!! Still trying to set a new record.
Rekor kedua adalah, gw gak online selama 6 hari, padahal I stayed in town the whole week. Tersiksa juga nih….

Alright, we'll wait for another records to set on Simpleshak Book of Records

azab meremehkan neurologi


Beberapa bulan lalu, waktu stase Syaraf, seorang dosen gw sempet bilang, "Dalam hidupnya, seorang dewasa pernah mengalami migraine atau tension-type headache, setidaknya satu kali" I was so skeptical, that I said "Masa sih? I’m 22, and I’m okay anyway. Belum pernah rasain gituan."

Kesombongan gw berbuah beberapa bulan kemudian, tepatnya setelah seharian gw panas-panasan dan ujan-ujanan. Malemnya, waktu kerjain terjemahan, tiba tiba....kepalaku…rasanya mau..peciaahhh!! [secara Indy Barends]

Berbagai cara dan usaha dikerahkan, mulai dari kopi [yang sudah 72 jam gw abstinence], pijit-pijit kepala, minum asetosal 650 mg, dan satu tablet obat flu berisi parasetamol, difenhidramin dan CTM. Wah, udah asal-asalan tuh resep, gak sembuh juga.
Secara desperate, gw berhenti kerja. Dasar bandel, bukannya tidur malah baca komik dn nonton deadmatch-nya Reinkarnasi Indosiar [go Elda, go Elda, go!] Akhirnya selese Reinkarnasi, pasrah…. Mapan di tempat tidur dengan kepala berdenyut. Udah deh, minta tolong ama Sang Pencipta Kepala Gue dan Seisi Bumi.
"God, SOS!!! Rescue me…. Amen"
Dan somehow it worked, gw bisa terlelap dalam sepuluh menit.

Waktu bangun, benda pertama yang gw pegang adalah kepala gw. Dan, untunglah, kepala gw masih ada di tempatnya, belum copot ke mana-mana.
Hmm.. emang yang paling ngerti suatu benda, ya yang bikin benda itu sendiri. Thank God!

D is for .....


D is for donkey and dumbs, mereka yang melakukan kebodohan dua kali. Am I a dumb? Entahlah, yang jelas beberapa hari lalu gw mengulang kesalahan yang pernah gw buat bertahun-tahun lalu.

It started when I took a friend on a ride one night, pertama kami berencana ke Gramedia dulu, secara kalo diitung-itung udah tahunan gw gak ke sana. Ternyata belum banyak yang berubah. Parkiran masih di basement, Dunkin masih di deket pintu, dan mereka masih jualan buku.
Puas keliling-keliling, pulang empty-handed karena emang ga niat beli apa-apa. Langsung ke parkiran.
Siapin motor, cabut. Ternyata ada satu hal lagi yang belum berubah, jalan keluar dari parkiran nanjak abis. Begonya gw, pas lagi nanjak gw pikir gw masuk gigi 2, jadi gw mundurin satu. Gak taunya it was first gear, dan jadi netral. Melorotlah kami berdua dengan suksesnya, atret tak terkendali. Kaki cekatan si jagoan mulai bekerja menginjak rem, sehingga motor gak mlorot balik ampe parkiran. Phew, untunglah.
Dari Gramedia rencananya kami mo jabanin Melting Pot, kopisyop baru di Jl FM Noto. Di jalan gw ajak dia ngobrol. Eh, kok diem aja tanpa menjawab. Wah, jangan-jangan masih shocked gara-gara insiden mlorot tadi… Ato ngambeg? Sabar, sabar….
Nyampe di parkiran Melting Pot.
"Okey, here we are.."
Lho! Lho! Lho! There was no one but me on the bike! Waduh.. di manakah sang teman berada?
Otak cerdas gw berpikir cepat menyiapkan beberapa dugaan:
1. Dia jatuh di jalan, dan gw gak nyadar, dan sekarang dia lagi dirubung orang untuk diselamatkan.
2. This is the end of days! You know, as the Bible says, di akhir jaman orang-orang baik will be raptured in a blink of an eye. Tapi gak lucu banget ah, masa gw yang baik dan tampan ini ketinggalan??
3. She died the day before, dan yang jalan-jalan ama gw keliling Gramedia was her ghost. Ouch… I started shiver….
Langsung gw kebut motor balik ke Gramedia, sementara waiters Melting Pot memandnag heran "Cowok cakep-cakep kok aneh, nunut parkir tok?"
Baru nyampe depan Grapari, ada ambulans lewat dengan sirinenya yang meraung-raung! Wah! Jangan-jangan dia di sana!! Dugaan nomor 1 bener! Tapi gw cek dulu ke Gramedia. Kok sepi-sepi aja? There should be a crowd kalo dugaan nomor 1 benar. Gw menepi buat telpon.
"Halo! Kowe neng endi?"
"Where do you think you’ve left me, moron!"
Waduh, ngambeg. Dia udah jalan dari Gramedia sampe Lippobank siap-siap cegat taksi. Untung keburu gw temuin lagi. Kalo gak bisa dikutuk gw…
‘Kok aku gak nyadar kamu turun? Di mana?"
"Lha rumangsamu! Tadi waktu nanjak aku lompat turun kamu gak sadar? Selama kamu ngabur tadi, gak sadar kalo muatan berkurang 55 kg? Heh? Aku dah ampe teriak-teriak manggil. Malu nih…"
"Ya maap.."
Baatal ke Melting Pot, kami ke Bill’s Steak and Bakery, dan sebagai permohonan maap, gw traktir dia donut rasa kopi isi coklat. Permintaan maap diterima. Syukurlah….
Okay, nobody is perfect, so am I. Di balik ketampanan dan kecemerlangan gw, ternyata gw bego jg, since I’ve done a nearly the same thing, sekitar semester 2 dulu, waktu berat gw masih 54 kg. waktu itu temen gw minta anter pulang ke kosnya di Pogung. Sampe di Pogung, waks! Dia tiada… Ternyata dia ketinggalan di parkiran, dan cerita ini sempet melegenda selama beberapa semester. Begonya, few years later, when I’ve grown up dn cambangku sudah lebat, kok ya kejadin lagi. Well it’s okay, despite my dumbness, I still look good.

Saturday, April 01, 2006

the trouble with keys

Akhir-akhir ini kunci jadi kurang bersahabat ama gw. Kisah bermula dari dua minggu lalu, gw maen ke Gelanggang. Secara gw udah janji ama adek gw mo makan malem bareng, dan gw adalah kakak yang tampan lagi bertanggung jawab, gw pulang jam 8 teng. Nyampe parkiran, weits! Kunci gw gak ada di saku! Bah! Padahal serenceng kunci itu isinya gak cuma kunci motor, tapi juga kunci rumah, kamar-kamar. Dengan panik gw mulai menginspeksi saku-saku celana dan jaket, tas, gak ketemu. Pencarian dilanjutkan di kamar mandi, angkringan, Ruang Sidang 1 dan tempat-tempat mustahil lainnya. Nihil. Salah satu yang gw sebel dari kehilangan kunci adalah kuncinya gak bisa dimiskol. Coba kaya HP gitu kan bisa dilacak keberadaannya dengan miskol. [bukan berarti gw lebih bahagia kehilangan henpon daripada kunci] Beberapa menit mencari, gw pasrah. Keburu pulang juga buat menepati janji. Akhirnya terpaksa pake kunci motor cadangan yang memang selalu tersedia di tas. Trus jemput adik gw, bikin kunci rumah, baru makan. OK, problem is solved.

Petaka kedua terjadi setelah puas bernyanyi dan bergoyang bersama rakyat Gelanggang di ulangtaunan UFO. Secara udah setengah 12 lebih, gw putusin pulang. Selagi siap-siap pulang di Sekret, whe lha! Tampaklah rencengan kunci yang selama ini gw cari! Dengan indahnya mereka nongkrong di meja Sekret. Begonya gw, kok dulu gak ketemu ya. Oke, langsung pulang meskipun ujan masih lumayan deres. Terpaksa pake jas ujan. Pasang kunci, buka jok. Lho lho lho! Bukannya kebuka, malah kunci gw nyantol di lubangnya. Duh! Padahal udah keburu pengen pulang. Akhirnya pinjem jas ujan temen gw yang gak kepake, trus pulang dengan the once-was-lost-but-now-is-found key. Heran gw, itu kunci ketemu tepat di saat gw memerlukannya. Gini nih nasib jadi orang cakep, disayang Tuhan!

Paginya, tempat pertama yang gw tuju adalah tukang kunci di deket de Britto. Lha mau ke mana-mana takut kalo kunci motor gw yang masih nyangkut di jok diambil orang sekaligus motornya. Beres bikin kunci, urusan selesai. Kembali berkendara dengan nyaman. Yah, moga aja besok-besok gak lagi deh. Males kalo harus berderma pada mas-nya tukang kunci terus…

Holiday, i'm coming......


Setelah empat minggu diorak-arik, gw secara resmi telah menyelesaikan kepaniteraan di Bagian Anestesi! Ujian praktek, ujian kasus dan ujian tertulis beres sudah. Means, it’s time to break! Sebuah kabar luar biasa datang dari Mbak Nur, petugas KPTU yang ngurusin jadwal koas. Secara komputer dia rusak, dia gak bisa urus pendaftaran koas untuk stase besar, jadi jadwal koas stase-stase besar diundur 2 minggu. Artinya: gw libur 1+2 minggu. Kalau tidak salah jumlahnya berarti 3 minggu! Wuih… serasa kejatuhan Honda Jazz dari langit… Eh, sakit, ganti aja. Serasa kejatuhan Shanty dari langit. Yumm…..

Tiga bulan kemaren ritme tubuh gw udah diperkosa. Enam minggu berfoya-foya di K3M, menjalani kerja rodi di bawah perintah mandor Yodi selama 2 minggu, dan akhirnya 4 minggu tanpa tujuan di Anestesi. Jadi program pertama gw adalah mengembalikan ritme tubuh ke keadaan normal. Caranya: tidur siang. Diprogramkan selama 3 minggu gw akan tidur siang selama 2-3 jam sehari, jika memungkinkan. Rencana-rencana lain bisa dilihat di bawah.


1. Selesaikan hutang-hutang gw.
Sebagai mahasiswa profesi yang tampan dan berdedikasi tinggi pada negara dan sesama, gw tentu tidak melupakan tanggung jawab akademis gw. Gw masih berhutang 2 referat, satu di Bagian Anak dan satunya di Radiologi. Meskipun hukumnya sunnah karena gak wajib dikerjain, gw berniat kerjain demi nilai A. Terdengar ambisius? Boleh dong sekali-kali. Lagian sebagai pengingat pada diri gw, ‘Kamu masih kuliah!’ Takutnya keenakan libur, gw lupa kalo gw belum lulus.
2. Olahraga
Salah satu hal yang paling kunyuk dari bagian Anestesi adalah the fact that I have to be at the hospital by 6:30. Inilah kenapa sudah sebulan lebih gw gak berenang, secara kolam IKIP baru buka jam 6 pagi, dan gw berenang setidaknya satu jam. Bisa aja berenang sore, toh banyak kolam indoor. Tapi masih ada satu hal kunyuk lain dari Anestesi: bikin capek. Alhasil pulang dari RS pengennya bobok. [Heh! Kaya gini nih yang katanya pengen perutnya six-packed?!!]
3. Olah mulut
Nah ini dia, hobi yang tak dilekang waktu. Namanya juga banci mikrofon, gak tahan liat mic nganggur. Jadi rencana selama liburan adalah berkaraoke, setidaknya seminggu sekali. Dan di minggu pertama liburan ini gw sudah berhasil memperkerjakan pita suara gw sekali. Untuk sesi karaoke berikutnya, lagu yang menantang untuk dinyanyikan adalah Let’s Get It Started dari Black Eyed Peas. Kita lihat apakah si ganteng bersuara mantabz ini mampu melakukannya. Olah mulut tidak hanya terjadi di ruang karaoke, tapi juga di Gelanggang. Di ultahnya UFO yang ngegeber band-band-an, tiba-tiba Surya si gitaris Gelanggang kasih intro Santeria, langsung ke panggung nyomot mic… Dan dilanjutkan dengan Welcome To My Paradise. Puas….
4. Mempertebal dompet.
Money makes the world go round. [halah] Dan gw pikir ini waktu yang tepat buat mengembalikan kondisi neraca keuangan gw yang menyusut tiga bulan ini. Cara cari duit masih standar-standar aja: sebagai penerjemah bagi dokter-dokter bodoh-tak-mau-repot. Pengen sih mencari pekerjaan sampingan lain: pembunuh bayaran, petarung jalanan, additional vocalist di kafe, pawang gajah atau model porno. Tapi kok ya belum ada yang nawarin…..
5. Memperindah penampilan
Bukannya penampilan gw segitu parahnya sampai masuk status gawat darurat dan perlu perbaikan. Tapi gw bakal adepin event gede di pertengahan April ntar. Jadi kadar kegantengan gw yang sejauh ini 8,5 out of 10 bakal gw naikin setidaknya ke angka 9. Beberapa langkahnya adalah mencerahkan warna kulit dan memperbaiki rambut gw yang makin hari makin kering. Tapi bagaimana mungkin, secara gw sekarang males pake jaket kalo di jalan. Trus, ribet aja kalo harus pake tabir surya, atau tabir-tabir lainnya. Apalagi harus krimbat, hairspa atau pake leave-on conditioner. Huh, malas. Mungkin harus berpuas saja dengan angka 8,5…. Buat yang punya gawe tanggal 10, maap, tidak bisa memberi penampilan terbaik.

Okeh… kira-kira bisa gak ya rencana-rencana ini terlaksana? Hmmm, kita simak aja! Holiday, i'm coming......