Yeah! Glory to God, racun tikus 15 ribu-an yang gw beli di pinggir jalan berhasil melumpuhkan empat tikus! Dua di antaranya tergolek tak berdaya dan gw [secara Fear Factor] berhasil membuangnya. Dua lagi bokap gw yang buang. Dan ever since, I’ve never seen even a rat in my tiny lovely crib! Yeah! You stupid rats don’t know who you were facing!
Tapi masalah baru muncul. Anak-anaknya Papa Roach, alias kecoak, bertebaran di kamar mandi gw! Bayangkan, kamar mandi gw! Tempat darimana ketampanan gw berasal! Tempat di mana gw melepaskan hasrat gw tiap pagi! [jangan ngeres, maksudnya poop]. Tempat gw bolak-balik buang kencing gw sebagai efek samping minum kopi!
Sabtu malam lalu gw dapetin 6-7 kecoak berkongkow-ria di pojok kamar mandi.
Mungkinkah dienyahkannya tikus-tikus dari rumah gw menggeser rantai makanan sehingga si coklat-berantena ini merajalela di rumah? Entahlah. Yang jelas bendera peperangan segera dikibarkan, dan nafsu membunuh mulai dikobarkan!
Dengan kilatan kekejaman di mata berbentuk almond gw, dan bersenjatakan sikat WC di tangan dan sandal jepit di kaki, gw mulai pembantaian besar-besaran. Sabet sana sabet sini, injek sana injek sini, sekitar 7 kecoak berhasil gw lumpuhkan kurang dari semenit! Kecoak-kecoak mati terkapar dan mengakui kemenangan musuh tampan mereka.
Nyanyian kemenangan berkumandang….
Gw masuk lagi ke ruang tengah, dan lanjutin terjemahin buku teks psikiatri sambil nonton salah satu manusia terjujur di dunia, Simon Cowell, membabat habis Idol-wanna-bes.
Jam 1 pagi, time to go bed! Ritual mengakhiri hari pun dijalankan: gosok gigi bersama Oral B dan Close Up. Eits! Gw terpana melihat bangkai-bangkai kecoak yang seharusnya bertebaran di lantai kamar mandi, tinggal setengahnya! Empat kecoak, entah bagaimana, raib tanpa bekas.
Otak cerdas gw mulai mencetuskan beberapa hipotesis:
1. Produser Fear Factor Indonesia sempet menyelinap masuk rumah gw dan ngambil bangkai-bangkai kecoak untuk tantangan episode minggu depan, a blender of roaches, leeches and cod-liver oil smoothie.
2. Kecoak punya ilmu melenyapkan diri. Mungkin setaun kemaren mereka habiskan dengan menuntut ilmu ninja di Jepang.
3. Ada predator kecoak di rumah gw. Bisa jadi cicak. Ato gerombolan semut. Tapi ide kedua kurang masuk akal. Emang semut-semut punya forklift, bisa pindahin kecoa sedemikian cepatnya?
4. The last thing on my mind, and is the most rational: roaches are great actors! Mereka berhasil menipu gw dengan berpura-pura mati ato cuma pingsan. Dan sementara gw berpesta pora singing songs of victory, mereka bangkit dari alam maut dan mencari tempat persembunyian yang lebih aman. You tricky liars! Bedebah kalian! Next time, kalo kita bertarung lagi, I’ll make sure that you’re crushed to death, seancur-ancurnya! Akan gw buktiin bahwa gw-lah yang layak menduduki tingkatan teratas rantai makanan di rumah gw!
Ingatan mulai berputar ke dua minggu lalu, saat petugas dari Dinkes melakukan fogging nyamuk demam berdarah di kawasan rumah gw. Sejak itulah kecoak mulai merajalela di kamar mandi. Hmmm…
Ingatan terus berputar mundur ke beberapa tahun lalu, waktu masih tinggal di Perumahan Ambarketawang Indah, sepupu gw tuangin racun ke saluran pembuangan air dan esoknya hundreds of roaches and baby-roaches tergeletak tak bernyawa di sekitar saluran pembuangan. Hm… Musti sms Mas-ku nih, nanyain di mana beli racun waktu itu.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment