Thursday, February 09, 2006

This mighty hand


Stick and stones may break my bones, tapi tangan kanan gue? Belum tentu! Tiga peristiwa membuktikan bahwa tangan kanan gw cukup kuat untuk bertahan thru pain and strive [halah halah].

1. Gara-gara rantai GL Pronya copot mulu, temen gw, yang berat badannya 1,5 kali gw, minta gw boncengin dari Puskesmas ke rumah induk semang di Gamping. Seratus dua ratus meter oke… tapi lama-lama kok rasanya aneh… Ternyata roda belakang Sakti, motor gw, mulai kempes. Maklum, biarpun sakti kalo harus menanggung beban 2,5 kali biasanya, keok juga dia. Akhirnya kami putusin buat cari tempat tambalan ban buat mompa. Dia turun, jalan, sementara gw berleha-leha melenggang di atas Sakti.
Ketemu tempat tambal ban, eh bapaknya ga ada. Trus ibu-nya suruh kami pompa sendiri. Oke! Biar stylish, sophisticated dan terdepan dalam prestasi, gw bisa kok pake pompa angin manual. Tapi, berhubung udah begitu lama lenyap dari dunia per-pompa-an, dengan bodohnya punggung tangan gw kena knalpot. Huh! Ya udah, begitu nyampe rumah langsung dibilas di wastafel. Beberapa hari kemudian munculah krusta alias kerak hitam di bekas slomotan-nya. Dengan hati-hati gw lepas [melepas krusta adalah pekerjaan kesukaan semua orang] dan nampaklah jaringan dermis yang belum totally healed. Ya gak papa, waktu akan mengubah segalanya. I’m okay anyway.
2. Setelah knalpot, cobaan kedua datang dari seekor kalajengking. Gara-gara kecapekan, gw tertidur di atas tikar pas lagi bikin laporan. Dan tiba-tiba nyeri hebat di pergelangan tangan kanan gw membangunkan gw. Gw usap-usap, wah! Agak merah dan bengkak. Mata langsung berkeliaran mencari makhluk apakah yang berani-beraninya mengusik tidur gw. Dan tampaklah seekor kalajengking nangkring di sebelah buku gw, dengan ekornya yang njengat naik. Dengan sekali gebuk pake Clinical Dermatology yang tebelnya 2,5 cm, penyet dia.
Gw pun tidur dengan sedikit cemas, jangan-jangan gak bisa bangun paginya dan mati keracunan venom-nya. Beruntunglah besok paginya gw bangun dengan segar dan tetap tampan. Hm..jangan-jangan gw telah bermutasi jadi Scorpio-nya Mortal Kombat. We’ll see.
3. Cobaan terakhir datang dari colokan USB kompi temen gw. Abis ngopi file-file mp3 buat sebuah project [yang belum saatnya gw ceritain di sini], gw cabut flashdisk gw. Dasar sok jagoan, bukannya megang karet-nya, malah besinya yang gw pegang. Jret! Awww… clock was like been paused for a moment. Temen2 gw langsung nganga kaget, stood still in awe. Flashdisk gw terlontar beberapa meter dan mendarat dengan indahnya di lantai dengan diiringi bunyi ‘ceprek’ Selama beberapa menit rasanya tangan gw masih ada setrumnya. Tapi beberapa jam kemudian nyeri di jari-jari udah lenyap. Hmm..what a strong guy. Sampai di rumah, langsung nyalain kompi, ngecek flashdisk gw. Jangan2 gw tahan setrum tapi flashdisk 128 MB gw tewas. Sambil memanjatkan Doa Bapa Kami 36 kali, flashdisk dicolok, dan it works! Phew… jadi gak harus keluarin seratus sekian ribu lagi buat beli flashdisk.

Tiga peristiwa membuktikan bahwa tangan kanan gw, yang serbaguna ini, ternyata tahan banting. Yeah!

No comments: