Friday, February 29, 2008
tidak adil!
Yeah! I was so chuffed knowing that NIDJI will be performing in town again! It’s a must-see! A Mild Live adain event Rising Stars yang tahun ini, dengan konsep baru: The Choice is Yours! Dan berdasarkan poll di radio dan situsnya, A Mild memutuskan Rising Stars buat Jogja adalah The Titans dan NIDJI! As I recall, memang kemarin banyak yang pilih Nidji di Geronimo. Tapi di blognya, NIDJI mengatakan merasa belum pantas disebut rising star karena masih harus banyak membuktikan diri. Eleuh eleuh, Kang, kalo The Titans yang ngomong gitu aye bisa maklum. They’re not even a star, anyway [oops]. Menurut gw NIDJI IS NOT rising, tapi bahkan udah kepancang di tempat parkir khusus di langit sebagai bintang baru. They were crowned jawaranya A Mild Live Soundrenaline Sounds of Change tahun lalu! Kalahin Slank, Gigi dan band-band sisanya gitu loh.
Jadi, dengan penuh harapan meskipun kaki udah mo patah kayak Arsenal’s Eduardo, gw dan Penguin bela-belain ke Mandala Krida. Udah jam 9 lewat waktu kami nyampe tapi pintunya belum dibongkar. Kami nanya dulu ke panitia, ternyata Nidji belum main. Ya suds, langsung beli tiket 10.000 [kali ini tanpa bonus rokok], dan masuk.
Agak bête juga sebenernya, soalnya Ari Lasso lagi tampil. Meksipun tampangnya mirip, gw jauh lebih demen nonton Komeng ngebanyol daripada Om Lasso nyanyi. Suaranya sebenernya masih oke banget buat ukuran Om-Om. Dan yang jelas, dia masih punya charisma kuat. Tapi lagunya itu lho, Om. Mbok ya o… Penonton tampak larut ikut berdendang, gw pilih larut ama Penguin aja [yeah!].
Serangkaian lagu-lagu yang bertemakan cinta [yawn…] dia bawakan, termasuk lagu barunya yang biasanya duet ama BCL. Untunglah kali ini dia gak bawa BCL. Sebagai gantinya, ada Icha Mamamia, yang cukup easy on the eye, dan tentunya jauh lebih easy on the ear daripada BCL. Sebagai penutup, Lasso kasih satu-satunya lagu dia yang menurut gw layak dengar: Misteri Ilahi. Sebelum nyanyi, dia bilang kalo abis ini yang tampil adalah band baru kesukaan dia, Nidji. Yay! Lasso menyusul Ahmad Dhani, Gigi dan Padi sebagai artis senior yang menyatakan sayang ama Nidji [not to mention Dorce dan Titiek Puspa]. Yah, mudah-mudahan Om Lasso gak ngomong gitu ama semua band yang tampil abis dia, tapi emang mengutarakannya dari lubuk hati yang paling dalam. Misteri Ilahi beres, penonton merangsek ke depan.
Yet, bahkan bintang seperti Ari Lasso pun bisa boong. The giant screen said Butterfly would be performing next. Boo… Penonton kecewa. Hasrat menyaksikan Giring Ganesha berlaga harus diredam sebentar untuk penampilan yang sejujurnya mengundang tawa. Part of the crowd laughed when the vocal started singing, and yes, I surely did chuckle. To keep the audience from puking, di lagu berikutnya mereka ajak Andro Nidji buat maen Bila Aku Jatuh Cinta. But, having Andro on stage didn’t help, and the song was totally screwed. Untunglah berkat doa dan puasa penonton se-Mandala Krida, penampilan mereka berakhir dan the MCs took over. The judges were called out on stage to announce A Mild Live Wanted 2008’s winner for Jogja-Jateng region. And I think the whole crowd was startled when Butterfly was announced to win the 1st spot. Lucky us that we missed the other finalists that night.
Dan akhirnya, tanpa banyak bicara dan nggaya, MC segera manggil band yang jadi penutup acara: Nidjiiiiiii…. Set panggung udah mulai ganti, dan lightingnya gila-gilaan. Mulai main visualisasi juga di screen. Ajib!!! Secara konsep panggung, jauh ama Ari Lasso. Lebih punya taste! To match the astounding colorful lights, mulailah music jedug-jedug remix lagu Heaven, yang mengubah lapangan parkir Mandala Krida jadi nirvana bagi rave party-goers. And there appeared the gods inhabiting the nirvana! Enam anggota Nidji masuk panggung, full of energy, ready to blow a house down. Heaven versi remix langsung digeber, mengguncangkan Mandala Krida [weleh]. Giring muncul dengan senjata-senjatanya: keffiyeh merah di leher, dan dua neon sabers atau neon giant popsicle atau entah apalah, yang kaya Skywalker’s lightsaber di Star Wars ituh . And I wasn’t sure, but was that a mustache he’s wearing? And he looked skinnier, Penguin said.
The opening was hilarious. Thousands of teens, with pumped adrenaline were cheering and jumping. Dan masuk di lagu-lagu berikutnya, makin seru aja. Child dibawakan dengan aransemen baru yang intronya bikin gw ga ngeh, dan di Kau dan Aku Giring mencoba mengobarkan nasionalisme dengan bawa-bawa bendera merah putih di panggung. Panggung makin cantik, dengan asep, kembang api ama semprotan air ke penonton. Penonton yang di depan, mampus deh kebasahan. Tapi yang bikin gw bingung, penonton mulai kepayahan. Goyangnya, nyanyinya udah setengah ati. Malah kayaknya kencengan pas Ari Lasso. Padahal baru juga 3 lagu. Apa karena gw di belakang?
Penampilan terus lanjut dengan Arti Sahabat yang videonya selalu bikin gw ketawa karena terkesan amatir tapi justru jujur. Giring coba angkat penonton di bagian na-na-na, tapi penonton malah makan gudeg, Adem Ayem! Haduh…. Di sini mulai kerasa banget gangguan teknis, mic Giring suka ilang timbul suaranya. With Giring being the It Factor of Nidji, it wasn’t a flawless performance. Di Jangan Lupakan, atmosfer mulai menghangat. Gw curiga NIdjiholic pada rajin nonton Mentari, secara pada apal ama lagunya. Tentunya, beberapa lagu dari album lama dimainin juga. Sudah dan Hapus Aku, which I am now sick of, ternyata masih cukup ngangkat buat Nidjiholic Jogja. Dibawain juga chorus dan interlude Manusia Sempurna, yang seperti biasa membahana tapi menyayat hati. Lost for words....
Di Cinta Tak Pernah Sama, Giring berdua Rama maen drum di depan panggung. Aksi di lagu ini sebenernya seru, sayangnya hanya merupakan pengulangan dari konser-konser sebelumnya, making it nothing new for me, cause I’ve seen it like thousand times on TV. Suasana memanas lagi pas mereka bawain Disco Lazy Time. Sayangnya, di tengah lagu Giring berlagak mo pamit. Jadilah, penonton yang mungkin ngerasa ikhlas melewatkannya cabut pulang. Aduh, Mas, Mbak, gaul dikit dong. Konser-konser Nidji kemaren selalu diakhiri dengan Biarlah. Alhasil, begitu Disco Lazy Time kelar dan Giring mulai nyanyi intro Biarlah, penonton yang udah jalan keluar arena langsung balik lagi. Dan ternyata, Biarlah emang jadi lagu yang paling ngangkat malem itu. Pengennya sih mereka nyanyiin Penantian, Shadows, Pulang atau Akhir Cinta Abadi yang emosional ituh. Apa daya konser sudah usai dan penonton pun berdadah-bye-bye. Gw tinggalkan Mandala Krida dengan langkah gontai, untung ga nginjek tokai.
Gw masih ga abis pikir kenapa penampilan yang megah dan jelas besar budgetnya ini kurang asyik dibanding konser gratisan mereka nan sederhana, dua tahun lalu di UPN. Kalo mo dianalisis, mungkin ada beberapa hal yang bisa jadi penyebab. Pertama, gangguan mic Giring yang bikin suara dia kurang jelas. Kedua, repertoire dan aksi panggung mereka bisa ditebak [bisa juga karena gw kebanyakan nonton mereka di tipi]. Bahkan komunikasi Giring ke penonton juga mirip-mirip ama konser yang dulu [lagi-lagi Soto Kadipiro....]. Ketiga, penonton udah capek! Konser dimulai jam 3, dan Nidji baru naik jam 10an. Wajar kalo energy mereka udah kempos dan perlu di Top Up. But it’s still unfair, though. I mean, guys, you asked for it. You voted for Nidji, and there you got them. And this is what you give them in return? Haduh.….
Berpikir keras sampe jatuh tertidur. Bahkan sampe bangun besok paginya gw masih bertanya-tanya, kenapa bisa terjadi demikian semalam. Abang-abang Nidji, maafkan kami…..
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
4 comments:
ah review yg ga obyektif. Secara situ penggemar gila nya nidji. Coba penggemar nya mas ahmad dani, pasti ga ngomentar gitu.
Nidji? i said NO
Ow... masnya ngaku nek seneng Ahmad Dhani. Kangen Band sisan piye? Hahaha
порно студентки онлайн http://free-3x.com/ порно несовершеннолетних девочек free-3x.com/ секс подростками фото галереи [url=http://free-3x.com/]free-3x.com[/url]
порно фотки студенток http://free-3x.com/ школьницы фото телефон free-3x.com/ молоденькую трах видео [url=http://free-3x.com/]free-3x.com[/url]
Post a Comment