Wednesday, January 16, 2008

a masochist survivor

Minggu kemarin gw kembali mengukuhkan posisi gw sebagai Pembaca Bacaan Bermutu dengan menyewa [tanpa pernah membeli] Rolling Stone Indonesia. Kali ini, edisi akhir tahun yang tampak collectible dan legendaris dengan sampul 3 dimensinya. Mengakhiri 2007, RSI melakukan proyek besar-besaran: mereview album-album Indonesia dari jaman nyokap gw baru bisa baca, sampai hari ini di mana cucu nyokap gw mulai belajar baca [Heh!? Cucu yang mana?]. Setelah melakukan what they call penjelajahan musikal dengan memutar ratusan piringan hitam, kaset dan CD yang entah dari ujung bumi mana mereka dapat, mereka berhasil mengumumkan: 150 album Indonesia terbaik SEPANJANG MASA. Tentu, banyak artis yang gw cuma-tahu-nama doang, ato bahkan gak pernah denger sama sekali. Gak pernah tau kan lo, jaman dulu ada grup musik bernama Gumarang, Dara Puspita, atau Noor Bersaudara?

Di posisi 4, duduk Koes Plus dengan album Dheg Dheg Plas (1969), dengan salah satu hitsnya, Derita. As a so-called anak sekarang [uhuy], gw malah lebih kenal versi barunya dari album Indonesian Idol 3, di mana Depe gave her own rendition, with a vocal that is of a different league with the other finalists. Sayang, dia pertama keluar. Dan setelah menjalani kehidupan layaknya memerankan sebuah sinetron stripping di akhir 2007, sepertinya Derita bisa jadi sontrek hidup saya di awal 2008. Baru beberapa hari, gw kembali kehilangan.

Sekitar tiga bulan lalu, kantor gw kedatangan 4 ‘anak baru’, yang menurut gw lebih tepat dibilang ‘korban baru’. Setelah rangkaian proses seleksi yang sama ketatnya dengan audisi Indonesian Idol [cuih], mereka berhak bergabung dan menambahkan ‘asisten konsultan’ di kolom Occupation profil Friendster mereka. Nyeburlah mereka ke kolam hiu, nemenin gw.

Posttraumatic stress disorder sepeninggal Mantan Bos Cewek lambat laun mereda setelah kehadiran mereka. Yah, setidaknya ada temen buat makan di Kantin IKM. Kami menjalani banyak hal sama-sama. Lembur bareng. Bolos bareng. Ngegosip di YM bareng. Main sinetron Kejamnya Dunia bareng. Bahkan, sama-sama dihukum berdiri satu kaki sambil telanjang di parkiran baru. Intinya, you jump I jump, you ugly I pretty.

Setelah one million liter of tears yang bikin kami kena Dry Eye Syndrome, teori Darwin takes its toll. Seleksi alam terjadi di kantor gw. Satu persatu makhluk lemah berguguran, dan meninggalkan yang kuat untuk bertahan. Awal tahun ini, bukan cuma satu, dua atau tiga orang yang pergi. Keempat-empatnya cabut berurutan. Bagusssss…. Akhirnya salib ini memang harus gw pikul sendiri. Ah sudahlah, ini tribute buat kalian. Asisten, asisten, lama sabakhtani…..

Valianti
Kalo saja dia adalah boneka kayu Geppetto, idungnya sekarang sudah bisa dipake menjemur sarung bantal. Panjang! Wong kerjaannya boong terus. Gadis Grabag ini paling hobi memberikan dirinya sendiri nama panggilan. Mulai dari Melissa Chikita a.k.a Mel-C, hingga Luna Valianti Maya. Bukan hanya itu, sebuah slogan arogan pun dia ciptakan: “Valianti yang cantik, apikan, sabar dan suka menabung. Ojo nesu, Mas! Hehehe’. Duh, serasa menghadapi pasien dengan waham kecantikan di Bangsal Jiwa Sardjito. Yang jelas, nasib Putri Chikita sudah berubah. Menuruti nasehat orang tuanya, dia mencoba mengadu nasib di Cikarang. Lagian, kan bisa lebih deket sama Sang Pujaan Hati. Pergilah Nak, doaku besertamu.
Note: farewell party sudah dilaksanakan di Waroeng Steak Jakal.

Flandiana
Sehari sebelum Flandi mulai kerja di kantor gw….
Bos: ‘Si Fladil… Eh, Flandi itu punya laptop, Shak?’
Shak: ‘Ada kayaknya.’
Bos: ‘Metodologi penelitiannya bagus gak?’
Shak: ‘Gak tau, Pak’ [yang gw tau, anjing-anjingnya yang bagus]
Bos: ‘Lho gimana kamu, katanya temen deket?
Shak: ‘Saya gak pernah penelitian bareng’
Bos: ‘……..’
Singkat kata, ditelponlah dia untuk dateng ke kantor, ngobrol sebentar, dan besoknya dia mulai kerja jam 8 sampe 4 sore. Duh, lucu sekali cara rekrutmen tenaga kerja jaman sekarang. Hehe.
Si newly-wed ini cabut dari kantor karena merasa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Setidaknya lebih ‘aman’ dan damai. Ibaratnya, kalo tadinya dia main sinetron Kejamnya Dunia [sebagai ibu tiri?], sekarang dia jadi host Wisata Kuliner. Mak nyus buat dia, mak nyos buat saya. Asem. Setelah berkorban menyanyikan lagu Christian Bautinja di pernikahanmu, ini yang kau berikan sebagai balasan untukku? Kau tega. Ah, tapi sudahlah. Rhoma Irama terus bergitar, dunia terus berputar. Semoga bahagia selalu kau di sana.

Arum
Biar kecil, dia lebih tua dari gw [Haha, jujur sekali gw]. Sama dengan Flandi, dia memilih kerja di Pusat Pemerintahan FK UGM. Sudah pasti, supaya makin dekat dengan ibunya. Ow… So sweet buat dia, so bad buat saya. Menyebalkan. Tapi gw maapin, secara ferwel parti [bareng Flandi] sudah terlaksana dengan sukses di Food Fest Jakal. Selamat bekerja, Nak, penuh semangat. Rajinlah selalu tentu kau dapat.

Lize
Alasannya meninggalkan kantor paling bisa diterima dibandingkan yang lain. Karena suatu alasan medis, Lize gak boleh terlalu capek dan gak bisa kerja 8-4 tiap hari. Demi si kecil yang dikandungnya, gw harus merelakan dia pergi. Gw kan pro-life, bukan pro-choice [halah]. Ringankanlah langkahmu [tiru-tiru Bos], asal jangan lupa ferwel partinya.

Pada akhirnya, I’m back to Square 1. Sendiri lagi, seperti dahulu, tanpa dirimu di sisiku [set Poppy Mercury mode: on]. Kalo ini adalah Survivor, saya pemenangnya. I am the Sole Survivor. Tapi kalo saya betah lama-lama di sini, berarti saya seorang masochist. Seseorang, keluarkan saya dari sini!!!!

1 comment:

Anonymous said...

hahahaha...ishak...ishak....
maafkan aku ya...
tapi kau tau kan cepat lambat aku memang pasti meninggalkan kalian...hehehe...
Btw manik cari kerja nih...td dia sms aku...apa ta suruh casting film Kejamnya Dunia...nemeni kamu ya? hihihi...