Monday, April 02, 2007

Teh Nia Dinata... we're dying!!!!

Apa yang bisa diharapkan dari nama-nama seperti Erwin Arnada, Joko Anwar, Lance, Luna Maya, Lukman Sardi dan Fachri Albar? You may expect a lot but all you get is two hours of craps.

Jakarta Undercover datang dengan bikin penasaran. Pertama, filmnya diputer di Jiffest doang sebelum akhirnya masuk bioskop komersil. Kedua, konon pengambilan gambarnya dilakukan tertutup banget buat ngejaga privasi Luna dan Fachri. Bahkan, hanya kru tertentu yang boleh masuk lokasi syuting mereka. Kedua hal ini yang bikin gw penasaran. Ternyata benar kata pepatah. Curiosity Kills the Cat, gw rugi 12.500 [kunyuk].

Akting dan castingnya just okay. Kapan lagi bisa ngeliat Fachri Albar jadi bencong? Lukman Sardi pas banget peranin anak pejabat yang suka pake bencong. Luna Maya? Gak suka ah (sentimen pribadi). Ada aktor Jepang yang ikutan main, Kenshiro Something gitu. Tapi gak penting. Tampang dan akting kaya gitu bisa didapet di pecinan aja, gak usah datengin dari Jepang. Ada juga anak autis androgynous yang bikin gw bingung secara kayaknya cowok tapi cantik dan namanya Ara. Cast lain? Namanya juga filmnya Lance, pasti banyak model: Laura Antoinetta, Aimee Juliet (another transvetite look model), Christian Sugiono. Cameos? Fauzi Baadilla, Mario Lawalata, Sita Nursanti. Oiya, jangan lupakan Hanung Bramantyo dengan lemaknya yang ke mana-mana jadi seorang male stripper.

Artistiknya lumayan. Tapi gw lebih suka Cinta Silver. Musik? No comment. Yang paling nggak banget adalah skenario-nya, yang secara mengejutkan ditulis oleh seorang Joko Anwar. Skenarionya busuk dan bikin gw merasa nonton sinetron selama 2 jam. Dipanjang-panjangin, mengada-ada dan begitu banyak hal irasional dalam film.

Gw keluar dengan gerundelan what the hell was that. Film yang aneh. Yang bikin gw lebih bengong lagi, gimana bisa film ini lolos sensor? Kostum dan tarian Vikitra dan Silver Boysnya yang vulgar. The F and the S word yang bertebaran sepanjang film. Adegan Lukman Sardi nge-fuck bencong. Nama Erwin Arnada, FPI’s #1 enemy, sebagai produser. Animals (goldfishes) were harmed in the making of the movie. Bagaimana bisa? Ini mengindikasikan patologisnya kinerja LSF. Ingat poster 9 Naga (film Rudi Sudjarwo) yang harus dicetak ulang hanya karena menampilkan udel Fauzi Baadilla? Ingat Pocong (lagi-lagi Rudi Sudjarwo) yang dengan semena-mena dilarang beredar sama sekali? Aneh.

Verdict: Well, ternyata memang tidak banyak yang bisa diharapkan dari film yang pake judul novel tidak bermutu Muammar Emka. Payah. Masa dari sekian banyak film Indonesia yang gw tonton tahun ini, cuma Long Road to Heaven yang memenuhi harapan? Teh Nia dan Kalyana Shira Film..... Kami perlu film-mu lagi.

1 comment:

Anonymous said...

makanya klo nonton film tuh pilih2 dong, palagi nonton film indonesia. masak mo nonton "sinetron" aja harus keluar 9000 IDR ato mlh lebih, lha yang gratis tiap hari aja ada n dah bikin eneg liatnya.

beruang kutub
anti sinetron indonesia