Thursday, February 15, 2007

one big happy family


Gara-gara komentar Carraroe kemaren, I’m feeling an urgency to write this. Gw ngerasa perlu menulis mengenai identitas gw sebenarnya, dan which Kaum I do belong to. One thing to remember, this is not an offense to any other Kaum I don’t belong to.

Bisa dibilang being a Kater adalah salah satu hal yang bikin gw masih hidup, bernafas dan waras hari ini. Menjadi Kater bikin gw merasa psychologically fit. Gw bisa freely express what I have inside, tapi tetap within borders. Tanpa Kater, mungkin akan banyak hal yang berbeda dari hidup gw sekarang. Bisa jadi untuk ketemu gw, orang harus ke Bagian Jiwa Sardjito. Pada jam besuk tentunya.

Gw sendiri lupa kapan dan gimana tepatnya gw tergabung dengan Kater. Yang gw ingat cuma hari-hari pertama Kater terbentuk di PSMUGM. Om Anton lah yang berjasa memberikan nama Kaum Tercela, yang kemudian mendorong lahirnya Kaum-Kaum lain seperti Kado [Kaum Hedo], Kapok [Kaum Poker], Kamon [Kaum Monopoli] bahkan Kartunis [Kaum Oportunis]. Harusnya Om Anton dapet royalti ni. Saat itu HLB dan Mbem sempat mengalami rangkaian tes dan program Katerization untuk jadi anggota. Entah bagaimana, kemudian gw diangkat sebagai Steering Committee [sebenernya lebih tepat Board of Trustee] along with Pipit and Om Anton, dengan tujuan mengendalikan Kater supaya baik jalannya dan tidak melewati batas. Meskipun akhirnya malah gw yang sering kelewatan [I've been wholly Katerized]. Sebagai Dewan Penasehat, gw berjasa memprakarsai beberapa sistem kecil seperti Buku Curhat dan Album Foto Kater yang sekarang entah dimana keberadaannya.

Seperti halnya makhluk hidup, Kater evolved. Kater’s been thru growing pains saat difitnah sebagai oknum-oknum pencipta keributan saat latihan [I swear it was not Kater, it was HLB himself!!]. Kater juga pernah mencapai masa kritis dan nyaris dibubarkan, tapi dengan darah dan air mata [hasyah!] we kept moving underground hingga akhirnya Suki, pada LPJnya di Musang 2005, mengakui keberadaan dan jasa Kater dalam membawa kesegaran di PSMUGM. We cried for joy to such acknowledgement. Lama kelamaan Kater bukan lagi sekedar kumpulan orang dengan ambang rasa malu di atas normal, tapi one big happy family yang tanpa rasa ragu memberikan pelukan keluarga besar di Gelanggang jika diperlukan. Bukan lagi ketercelaan yang menyatukan kami, tapi hubungan emosional. Semua terjadi tanpa dimengerti, bahkan pas Pelantikan 36 kemaren Arum ama Mia nanya ke gw, ’Mas, kita tadi lagi mikir, kok dulu bisa jadi deket ama kamu ya? Dunia kita kan beda dulu...’. ’Hooh ya....’ Tercipta kebingungan sejenak sampe gw jawab ’Oh, dulu kan gara-garanya aku deket ama Mbem dan HLB, trus mereka deket ama kalian. Jadi kaya jaringannya Friendster gitu.’ Mereka pun sepakat, ’Oh. Iya.’

Namanya juga one big happy family, dalam suka dan sedih, dalam sehat dan sakit, dalam melarat maupun kaya, hingga maut memisahkan [you may kiss the bride], kami tetap keluarga. Ini yang bedain kami dengan Kaum-Kaum lain yang punya syarat tertentu to keep running. Contohnya tahun baru kemaren, dengan bahagia Kater bisa ngumpul di kontrakan gw nan sederhana [home sweet home!]. Ada Singgih ama Noenk juga, meskipun mereka bukan Kater. Kami masak bareng, bahan-bahannya urunan [kecuali HLB dan Noenk yang gak bawa apa-apa. Wuuuu!]. Kami makan sup krim jagung, pizza mie seadanya. Kami juga bikin schoetel makaroni kukus secara gw gak punya oven. Sempet tercetus komentar ’Ya ampiyun... Kita masak sendiri, makanan sederhana, bahan-bahannya urunan.. Kado urunannya ampe puluhan ribu lho per orang.... Tapi gak papa lah yang penting bahagia.’ Kami begitu bahagia pake topi tahun baru dan baru teringat, ’Ya ampiyun... Dari segitu banyak anggota Kater, gak ada yang punya kamera digital. HP berkamera aja gak ada [kecuali Nokia 3200 Mbem yang gak jelas ituh]. Kado aja tiap bulan foto di Fresco. Duafa sekali kita... Gak papa lah, yang penting bahagia’ Inilah yang mendorong kami mencetuskan ide pake seragam SMA dan foto-foto di Gelanggang. Kameranya? Pake Nokia 3230 Ayumi, anggota Kado yang mengerti akan kemelaratan kami [hehe, thanks Yum].
Lima menit setelah pergantian tahun [secara nunggu Mia boker dulu] kami melakukan konvoi ke Jalan Magelang. Mamak dan HLB gantian pake kursi roda bokap gw. Kami pun menggila, teriakin ’Selamat Tahun Baru’ ke orang-orang lewat. Dan malam tahun baru berakhir bahagia.


Yak, pada akhirnya kami benar-benar menjadi keluarga besar nan bahagia. Kami belum berencana untuk memperbesar keluarga dengan menambah anggota, kami bahkan belum pernah memikirkan atau membicarakannya. Gw juga belum terpikir untuk bergabung dengan Kaum lain, atau mendirikan Kaum yang baru [meskipun ada peluang untuk bikin KaLen: Kaum Soplen]. Yang jelas kami senang bisa diakui dan tetap menghasilkan karya-karya tercela. Sekali lagi, post ini tidak bersifat offensive to any other Kaum. Kado, tetaplah hedon. Kapok, tetaplah berpoker ria. Kartunis, tetaplah oportunis. As for us, cuma satu yang bisa kami bilang saat ini: Kami bahagia.

1 comment:

Anonymous said...

Abang .. jarang2 kau mnulis post yang begitu full of emotion meski tanpa emoticon ini .. saya jadi terharu membacanyiah ..
Kan jarang2 abang dan tulisan2nya yang tajam detail dan cerdas inih jadi emotional gituw. Emotional gak pa-pa koq Bang, soale kan level emosi gax berbanding terbalik dengan ketampanan atau kecantikan. Kalo kecerdasan sih iya.
Smangath terus deh!!!
Talking 'bout katerized jadi inget OSCE kateter-ku yang remidi gara2 Pak Tr*sulo. Gpp siy