Sunday, February 18, 2007

norak or not, my country

Sebelum premiere, Rako Prijanto si sutradara, juga Tora Sudiro cs sesumbar film ini bakal bikin penonton ketawa ngakak. Well, sorry guys, tapi jujur saja buat gw menonton dBijis terasa seperti mengikuti kuliah Profesor Ortopedi semasa Ko-As. Mau ketawa, gak rela, wong gak layak diketawain. Gak ketawa, kok ya kasihan ama usahanya. Untung gw cuma harus bayar 7 ribu.

Film dibuka dengan adegan live show The Bandits. Gw sangat menyesalkan keputusan cast director yang sepertinya memilih Darius sebagai Bonnie semata-mata karena mirip Jim Morrison dari The Doors. Pertama, jangankan nyanyi [ingat Selebriti Jam?], lip-synch aja dia ngaco. Kedua, gaya dan teriakannya kurang ngepol buat rocker yang ceritanya berkharisma. Ketiga, dia benar-benar keliatan memakai wig saat memakai wig [maksud lo…].

Hal lain yang patut disayangkan adalah permainan Tora Sudiro, yang kepentok skenario. Jauh sekali dari Piala Citra, meskipun konon karakter Damon benar-benar serupa Tora sebenarnya. Acungan jempol justru patut diberikan kepada Indra Birowo. Setelah tampil mengganjal dalam Bintang Jatuh, Rumah Ketujuh, Gie, Arisan, dan Janji Joni, Indra menjadi penyelamat dalam dBijis dengan aktingnya yang natural dan mengundang tawa.
Gary Iskak tidak terlalu membuat gw merasa beruntung punya kemiripan nama. Dandanan oke, mengingatkan kita ama Boy George. Tapi gesturenya masih terlalu lelaki. Wardrobe crews, baju macam apa yang kalian pakaikan pada Rianti? Gw ga ingat pernah ngeliat seorang cewek berpakaian semacam itu. Terlalu manis untuk seorang groupie, terlalu aneh untuk seorang cutie. Anyway, actingnya di sini biasa banget. Tapi tetep, cantik banget....

Meskipun bercerita tentang band, cuma ada beberapa lagu di film ini. Sayangnya lagu yang jadi andalan kedengeran biasa banget. Coba mereka pake Ipang BIP yang spesialis sontrek film ngerock, instead of finalis Reinkarnasi tidak penting yang dikalahkan Elda itu [I can’t even recall his name]. Lagu yang nancep justru Berartinya Dirimu yang dinyanyikan oleh Mas Anang dan Yanti gadungan. Sayangnya malah dibikin garing dengan hadirnya hujan confetti.

Cerita menjadi menarik dengan ditemukannya alat penjepit biji oleh Gendro, yang adegannya di trailer terpaksa dipotong karena bisa menambah perbendaharaan kata anak-anak tak berdosa. Sayangnya alat jenius ini tidak dimanfaatkan dengan optimal dalam jalan cerita, dan film diakhiri dengan sangat garing dan tidak penting. Bukan ending yang ngerock.

Oke. Gw kecewa telah menaruh ekspektasi terlalu tinggi terhadap film ini. Gw pikir keberanian mereka untuk menghadiri MTV Indonesia Movie Award dengan kostum the Bandits akan membuat film ini ngerock dan pol-polan. Tapi maaf, jauh dari memuaskan buat saya. Yang gw heran, kok penontonnya malah banyak? Ada kali seratusan penonton waktu itu. Bandingkan dengan penonton Long Road to Heaven yang segelintir. Ini menunjukkan intelegensi dan preferensi movie-goers Indonesia saat ini. Well, norak or not, my country.

No comments: