Monday, December 18, 2006

to-do thing: siapin ambulans


Sesuatu mengganggu gw sampe gw kesulitan tidur di suatu malam di bulan November. Gw harus menghadapi kenyataan pahit. Bukan! Bukan vonis kanker prostat, adik gw minggat karena ga tahan lagi gw siksa, ato gw ga boleh lagi makan Nasi Padang. Gw cuma harus belajar mengerti bahwa sebuah film yang memenangkan Best Picture pada Hawaii International Film Festival dan Festival Film Bandung, bahkan tidak masuk nominasi Film Terbaik FFI 2006.

Setelah kemenangan Marcella dan Hanung Bramantyo tahun lalu, gw mulai meragukan keberadaan otak juri-juri FFI. Sekarang, sepertinya gw harus segera mencari surat ijin kepemilikan senjata api dan membeli pistol Beretta 32 mm untuk membabi buta pada Malam Anugerah FFI 2006 Kamis besok.

Bayangkan! Berbagi Suami yang belum pernah dicela di media manapun, tidak termasuk satu dari 5 calon film terbaik 2006. Bahkan script yang gw puji-puji sebagai script terbaik sepanjang sejarah perfilman Indonesia setelah bangkit kembali itu ga masuk sebagai nominasi Skenario Terbaik.

Rasa penasaran dan hasrat untuk mencela pun membuat gw memaksakan diri nonton kelima film yang jadi nominasi Film Terbaik. Tapi tunggu! Denias dan Mendadak Ndangndut udah ga tayang lagi di 21 dan VCDnya belum edar. Ruang bahkan sama sekali gak pernah tayang di Jogja. Kenyataan bahwa Ekskul dibintangi oleh Ramon Tungka si VJ-MTV-paling-gak-penting-sepanjang-zaman dan disutradarai Koya Pagayo membuat gw gak rela mengeluarkan 3000 rupiyah untuk menyewa VCDnya. Tinggal Heart yang tersisa. Dengan amarah membara gw menuju rental dan menyewanya, juga dua film Indonesia lain, Koper dan Garasi.

Tiba di rumah, sebelum nonton Heart temen gw ingetin gw untuk ngepel lantai dulu karena gw bakal dibikin ketawa ngakak sambil berguling-guling di lantai [mo nulis ROTFL aja repot]. Tumben, nasehat Magelang’s-most-idiot itu ada benernya. Heart memang film komedi terlucu bikinan Chand Parvez atau siapapun itu namanya. Gw bersyukur tidak terlahir setampan Irwansyah, secara bisa-bisa gw yang diminta memerankan Farel dan jadi gila karena harus mengucapkan dialog-dialog yang bahkan lebih ndangdut daripada lagu ndangdut. Acting Irwansyah dan Acha sudah sampai pada taraf menjengkelkan, Nirina juga tidak banyak membantu. Yang jelas, gw udah capek dengan keirasionalan film atau sinetron Indonesia yang melulu berkaitan dengan sakit-penyakit, amputasi, donor organ, kamu-bukan-anak-kandung-saya [atau kamu-ternyata-anak-kandung-saya], juga bayi yang tertukar. Yang lebih lucu, film ini didaftarin ikutan Cannes. Nekat sih nekat, tapi jangan segitunya, Om!
Kesimpulan: juri-juri FFI pasti dibikin mabok ama om Parvez waktu kasih penilaian, makanya masuk nominasi film terbaik.

Koper
Sebenernya film ini bahkan bukan 1 dari 10 film yang berhak masuk babak penjurian akhir FFI. Hanya review di Kompas dan nama Richard Oh sebagai produser dan sutradara yang bikin gw penasaran nonton. Gw lupa bahwa Mr. Oh melakukan kesalahan fatal dengan mengajak Anjasmara, Virnie Ismail dan Djenar Maesa Ayu. Film ini mengulang kesuksesan Banyu Biru dalam membuat penonton bingung dengan cerita yang niatnya surealis malah gak jelas juntrungannya. Begitu banyak hal yang tidak masuk di akal di film ini dan gw jadi heran sendiri mau-maunya gw nonton ampe kelar.

Garasi.
Gw setuju bahwa Gie bukan film sembarangan dan emang pantes jadi Film Terbaik FFI tahun lalu, tapi haruskah nama Miles Production dijadikan alasan memasukkan sebuah film sebagai nominasi Film Terbaik FFI? Gw berulang kali mengucek mata saat credit title untuk memastikan Garasi memang beneran bikinan Miles Production. Yang bikin gw lebih kaget lagi adalah masuknya Ayu Ratna sebagai nominasi Aktris Utama Terbaik dan Aries Budiman sebagai nominasi Aktor Utama Terbaik. Gw curiga mereka anak dari anggota juri. Oke, dengan besar hati saya mengakui bahwa Garasi sempet jadi salah satu top-played album di komputer gw karena menurut gw musik mereka emang oke dan live performance mereka gak jelek. Tapi filmnya bener-bener bikin ilfil, apalagi make-make tema anak haram lagi. Penting gituh?

Oke, sepertinya gw bener-bener harus siapin sebuah ambulans di deket rumah saat nonton Malam Anugerah FFI 2006 Kamis besok. Siapa tahu juri bikin kejutan yang menyebabkan gw berada dalam keadaan gawat, misalnya infark miokard, serangan skizofrenia atau kesetrum gara-gara ngancurin tivi karena emosi.

1 comment:

Anonymous said...

gmana kak?
jadi pake ambulans stlh tau nirina menang?? hoho. ekskul jadi film terbaik..film apa tuh? apa gw yg ga gaul? yg jelas tuh pelem lg diputer di efka lhow.