Saturday, December 23, 2006

90% laki-laki memikirkan wanita lain saat bercinta

90% laki-laki memikirkan wanita lain saat bercinta' [Men’s Health Indonesia, 2006].

Saya terkesima dan mulai bertanya-tanya dan menduga-duga.
1. Berapa besar sample yang digunakan dalam penelitian ini? Sembilan dari sepuluh orang juga udah 90%.
2. Apakah sample cukup heterogen? Kalo survey cuma disebar di kalangan anggota DPR yang punya simpanan penyanyi dangdut, atau produser rekaman yang punya pacar gelap penyanyi kontrakannya, ketemu deh 90%.
3. Survei ga dilakukan di Indonesia. Di Mars mungkin?
4. Semua responden memasang poster Pamela Anderson, Miyabi atau wanita pembangkit birahi lain di kamar tidur.

Gw juga meragukan Men’s Health saat mereka bilang black jeans are out! Nyatanya jins item-lah yang bikin gw selamat dari mati gaya selama kuliah.

Tapi bagaimanapun, Men’s Health tetep jadi majalah bulanan kesukaan gw saat ini. It’s a complete men’s guidebook in one package. Fitness, health, fashion, beauty, sex, financial, automotive, house-keeping, psychology, semua dalam satu majalah.

Majalah laen yang bakal jadi kesukaan gw adalah Rolling Stone Indonesia, tapi gw lagi keliling Jogja cari persewaan buku yang beli RSI tiap bulan. Ada yang bisa bantu?

Ngomong-ngomong, beberapa kali gw miris saat baca RSI. Tiap kali artis-artis ditanya tentang album yang pertama kali mereka beli, dengan mantap mereka jawab Motley Crue! Live! Sepultura! Rolling Stones! Iwan Fals!
Seandainya keajaiban terjadi, gw jadi idola dan RSI ngewawancarain gw, pertanyaan ini gak akan gw jawab karena karir gw bisa hancur.

Meskipun bertumbuh dikelilingi Bon Jovi, Bryan Adams hingga NKOTB, album pertama yang gw bajak adalah album Klakustik I. [Oke, siapkan borgol. Saya seorang pembajak].
And here comes the worst. Album-album pertama yang gw beli [karena gw beli langsung 2] adalah album Code Red dan AB Three. [Oke, ambil apa saja di sekeliling Anda dan lemparkan pada saya. Saya rela]. Gw nyaris mengambil Jagged Little Pill-nya Alanis, udah di tangan! Tapi batal karena harganya sama ama beli dua album tadi sekaligus. Ternyata alasan value-for-money ini bikin gw menyesal seumur hidup.

Betapa pun menyedihkannya masa lalu gw, waktu mengubah segalanya, selera musik saya jauh berubah dan kalo sekarang diminta berkomentar tentang Code Red dan AB Three, satu kata gw kasih: Najeeess!!! Tapi seperti kata Desy Ratnasari, semua ‘kan ada hikmahnya. Sekarang tau kan darimana kemampuan harmonisasi gw berasal?

No comments: