Di suatu Minggu siang yang cerah ceria, Ishak tengah mengendarai si Sakti, Astrea 800-nya yang emang sakti, menuju kampus. Secara semalaman abis begadangan menyaksikan Idol dan paginya harus bangun pagi buat ke gereja, ngantuk berat-lah gue. Kalo ngantuk berat obatnya apa, bapak-bapak ? Ya! Tidur berat…… Tapi, berhubung siang itu diriku harus mengikuti gladi resik buat Mengumbar C*c*t alias jadi MC buat konser PSM, acara tidur harus ditunda. Dan solusi yang tersisa adalah: minum kopi.
Betapa diriku berterimakasih kepada Tuhan yang Maha Kuasa, yang telah menciptakan salah satu keajaiban dunia bernama kopi. Yang kedua, terima kasih kepada pabrik-pabrik yang dengan mesin pintarnya dapat mempersembahkan kopi instant tanpa ampas, sehingga Ishak gak harus mengelap ampas kopi di gigi kaya’ Donna. Pagi Donna…. Yang ketiga, terima kasih kepada akang-akang burjo, yang bersedia meracikkan es kopi instant + kremer untuk kita semua. Hatur nuhun, A…
Oke! Alhasil mampirlah diriku di salah satu warung burjo Blimbingsari. Setelah memastikan si Sakti terparkir dalam posisi yang wuenak, masuklah diriku dan terjadilah dialog ini.
Shak A, es kopimik (baca: Coffeemix, dilafalkan secara Sunda) satu.
bungkus, gak usah tambah gula…
Akang burjo Eh, dua?
Shak Satu, satu…
(si Aa asyik meracik pesenan gue sementara sepotong tahu isi gue makan sambil nunggu)
Shak Udah, A? Tengkyu ya..yuk dadah bubye (set dah.....mana pernah gue ngomong gini ama akang burjo?)
Sip! Senjata udah di tangan. Siap tempur, nih! Ayo, Ti, cabut!, perintahku ke Sakti. Baru beberapa meter, terdengar seruan dari seberang jalan. “Kak Ishak!!!” Aku pun menoleh dan mendapati adik kelasku, 6 semester di bawahku, senyum-senyum di trotoar. “Wah, alamat bakal nganterin dia nih….”, kataku dalam hatu.
“Anterin ke kos, Kak!”
Tuh kan…
“Boleh boleh……”
Kami pun berkendara menuju Terban. Hening sejenak di motor.
“Abis ini mau ke mana?”, tanyaku membelah keheningan.
“Ngamen, Kak…”
“Mo berangkat ama sapa?”
“Gak tau nih, Kak. Mana harus bawa gitar lagi…”
“Aku anter?”, tawarku berbasa-basi, padahal aku tau JELAS dia bakal bilang “ya”....
“Itu dia Kak, baru aku mau bilang Kakak”
Fine. Kami pun mampir di kosnya, dan aku harus menunggunya sepuluh menit selama dia “cuci muka dulu ya, Kak !” Get real, I’ve never spent 10 minutes to wash my face.
Alright…he’s done, and we went on to a church at Jakal, tempat mangkalnya anak-anak yang mau ngamen.
Soon after he’s got off of my bike, langsung gue cabut ke kampus. “Kopi gue…kopi gue..”, teriakku cemas dalam hati, takut kopiku keburu mencair. Begitu sampai di kampus, dengan panik kubuka bungkusan dari si akang tadi. See? Kopiku, dopingku, tumpuan harapanku untuk bertahan melek, sudah bertambah beberapa ml volume-nya karena es-nya mencair. Lhah…jadi hambar nih…Tapi gak papa deh, yang penting masih ada kafein-nya. Thanx God, aku bertahan melek sampai gladi resiknya kelar. Bahkan masih cukup berenergi untuk nonton film hasil bikinan gue sendiri di rumah Bapak Sabariman, Tompeyan.
The coffee thing taught me one thing, bahwa untuk berbuat baik ada harga yang harus dibayar. Dalam kasus ini, aku merelakan kenikmatan es kopiku berkurang demi berbuat baik untuk seseorang. Dan masih banyak lagi bentuk pengorbanan yang bisa kita berikan demi orang lain: duit, waktu, tenaga, pulsa, kaos kesayangan, buku yang bahkan belum selesai kita baca, ujian yang belum kita persiapkan, salah satu ginjal kita, dan masih buanyak lagi.
People said that you can give without love, but you can’t love without give. Memberi, berarti ada sesuatu dari kita yang kita lepaskan untuk orang lain. Emang sih, sering berat bagi kita untuk melepaskan the things we love “hanya” buat orang lain. Tapi, bukankah kita pun sering membutuhkan pertolongan orang dan membuatnya harus berkorban? Adalah tidak baik untuk berbuat baik dengan pamrih, supaya orang mau menolong kita di saat kita memerlukannya. Tapi aku percaya akan satu hal, bahwa hukum Karma masih berlaku di atas bumi. What you give, you’ll get back. So why don’t we start doing more kindness?
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment