Friday, June 23, 2006

Hampir bunuh diri di bus

Gw harus ke Banyumas lagi. Di satu sisi, bahagia bisa terbebas dari Jogja dan ancaman gempa-gempa kecilnya. Di Banyumas gw tidak perlu tidur dengan helm di sisi bantal.
Di sisi lain, sedih karena belum bisa berbuat banyak buat para korban gempa tapi udah harus keluar Jogja. Juga khawatir harus meninggalkan rumah dan segala isinya, juga temen-temen di tengah isu bakal adanya gempa yang lebih gede. [Sms siyalan..]


Perjalanan ke Banyumas cukup seru, jauh lebih nyaman disbanding terakhir kali gw ke Banyumas. Waktu itu gw harus bayar 15 ribu, gak dapet tempat duduk, padahal kepanasan dan gerah setengah mati. Kali ini, dengan 17 ribu gw bisa langsung dapet window seat, dengan AC dingin. Sayangnya, gw gak lagi ngantuk. Baru bisa beneran tidur selewat Kebumen, itu juga gak lama. Bangun-bangun lewat Gombong dan melonjak kaget! Duh, kayaknya gw belum pernah lewat sini. Pintu masuk Jatijajar? Apaan nih? Gombong Barat, Sumpiuh… Semua tampak asing. Jangan-jangan gw salah naik bus [ra mungkin!], ato selama tidur tadi gw dioper bus tanpa sadar [tambah ra mungkin]. Akhirnya gw sadar bahwa biasanya [baca:selalu] gw tidur sepanjang Buntu hingga Prembun, jadi gak ada memori tentang tempat-tempat ini di otak gw. Syukurlah…

Nafsu tidur lenyap seketika akibat terapi kejut tadi. Tiba-tiba mas kernet menyalakan VCD player. Jreng! Baru sekarang gw tau ada artis bernama Ria Amalia dengan lagu berintro azep-azep dan lirik yang tidak berkualitas dan memperbodoh kehidupan bangsa. Masa kata-katanya:
‘Bang, sms siapa ini Bang? Kok pake sayang-sayang?
Jawab tanyaku ini, Bang. Kalo tidak hape ini kubuang..’
Amit-amit. Tangan segera merogoh tas, mencari kantung plastik untuk muntah.

Untunglah lagu segera berakhir. Ucapan syukur segera kupanjatkan karena kupikir penganiayaan sudah berakhir dan track berikutnya adalah Christina Agiulera, atau Kelly Clarkson. Gw salah. Lagu kedua lebih parah dari lagu pertama. Wataa! Segera menjedot-jedotkan kepala ke jendela tanpa peduli kalo sesampainya Banyumas gw bakal perlu 9 jahitan di kepala.

Pertolongan Tuhan datang saat mas kernet mengganti VCD dengan VCD Tembang Kenangan Indonesia. Ingin rasanya mencium si mas sebagai bentuk ucapan terima kasih, tapi takut dianggap punya orientasi seksual yang ‘beda’, lagipula ada RUU APP. Meskipun lagu-lagunya biasa, setidaknya lagu-lagu ini lebih kompatibel di telinga daripada VCD pertama. Gw baru sadar bahwa untuk ukuran zamannya, musik Koes Plus sangat luar biasa.

Baru 3 track, muncullah penyanyi yang seharusnya sudah sejak lama dipenjarakan dnegan tuduhan mencemari musik Indonesia dengan suaranya, juga menodai televisi Indonesia dengan penampilannya: Nafa Urbach, si Magelang tetangga temen gw. Duh, sekujur tubuh langsung gatal-gatal akibat ledakan histamine. Alergi, bo! Syukurlah kemunculan Nafa tidak diikuti video Radja. Bisa-bisa gw bunuh diri loncat keluar dari bus.

Akhirnya, nyampe juga di asrama RS. Secara alat mandi dan baju ganti ada dalam koper di mobil temen gw, makan dulu aja deh. Nasi goreng dengan 3 kg acar mentimun dan 2 karung kerupuk.

Berikutnya, beli es batu buat bikin kopi.
‘Mbak, beli es batu yang udah digepuk dong. 500 aja..’
‘Gak bisa, Mas. Bisanya 1000..’
‘Ya wis, 1000.’
Si mbak masuk dan terdengarlah efek suara palu terantuk es. Mbaknya kembali dengan seplastik penuh es batu yang cukup untuk bikin lautan es kopi untuk menenggelamkan Jogja. Banyak bener!
‘Banyak amat, Mbak? 500 aja dong…’ [sambil melontarkan tatapan merajuk dan senyum supermodel]
‘Gak bisa!’ Ouch, my GQ’s-model smile has lost its glory, mungkin karena gw belum mandi.


Ya wis, pulang, bikin es kopi. Sisa es batu yang berukuran kira-kira 3 meter kubik dibiarkan begitu saja di dapur asrama. Biar saja, biar terjadi air bah.

No comments: