Friday, June 23, 2006

Career sucide


I have just done a career suicide untuk mengakhiri kesuksesan gw sebagai koas tampan menawan nan cerdas di RSU Banyumas.

It was all started ketika dr Haidar Alatas, dokter Arab yang mengingatkan gw kepada Mike Kasem yang pernah gw tonton live semasa SMA, kasih gw pe-er karena gw ga bisa jawab pertanyaannya waktu lagi periksa pasien. Simple sih, cuma 2 pertanyaan dan bakal dia tanyain lagi besoknya. Secara gw pikir I had the whole day and night untuk mencari jawabannya, siangnya gw berfoya-foya dulu di Rumah Makan Iwak Kali Lik Tuti di Kaliori. Puasss…. Pulang langsung tepar ketiduran akibat kekenyangan.

Sorenya, ada presentasi temen-temen sampe jam 5. Oke, masih ada belasan jam sampe hari esok. Gw balik asrama, baca Catatan Seorang Demonstran-nya Soe Hok Gie sambil denger Yashika Purwokerto.

Jam 7 kurang baru gw mulai cari-cari jawaban pe-er. Gw mengandalkan buku saku kesayangan koas-koas Interna: Handbook of Internoid. Namanya juga buku saku, materi pun sedanya.

Jam 7 lewat 10, kerjaan gw dihentikan oleh temen gw yang nongol di pintu kamar, ‘Shak, melu ra? Aku mau ke Purwokerto, cari makan trus nonton bola di kafe..’
Nyammm… sounds great. Timbang-timbang… Alah, cuma 2 pertanyaan ini. Entar-entar atau besok juga bisa. Gw langsung terlonjak, ‘Melu!’
Siap-siap, dandan tampan dan bersepatu. Tiga pria pun melaju dari asarama.

Sampe Purwokerto cari tempat makan dulu. Diputuskan: makan di Bakmi Kelinci di deket Unsoed. Ternyata gak ada kelinci-kelincinya di daftar menu. Harganya juga di atas rata-rata. Herannya, Rumah Makan-nya rame pengunjung, 90%nya berkulit terang dan bermata sipit, dan semuanya bermobil.

Pesanan datang, ternyata rasanya memang Chinese banget. Ayam merahnya ngingetin gw ama rasa babi kalengan dari Singapore. Lumayan, bisa isi tenaga sebelum ke kafe, yang sebenernya kami belum tau lokasinya. Bermodal nekat kami nanya ke pak parkirnya. Ealah, jebul cuma tinggal belok satu blok.

Ternyata Jalan Dr Angka memang jalan penuh hiburan. Ada tempat fitness Ivana [nama yang aneh untuk tempat fitness], kolam renang Tirta Kembar, kafe DD, diskotek Tango, karaoke Lips, hotel Dynasty, dan kafe yang kata temen gw paling keren di Purwokerto: Cheers. Tengok sana tengok sini, pilih DD atau Cheers. Akhirnya kami masuk Cheers dengan cover charge yang standar: 15ribu.

Kafenya sepi [lha iyalah, baru juga jam 9an]. Berharap dapat suguhan band top 40, ternyata kami disuguhi piano dan nyanyian tante-tante above 40, dengan lagu-lagu yang bakal bikin bokap gw ikut nyanyi. Kami bertiga cuek, nonton Argentina yang mencukur habis [gundul dong..] Serbia-Montenegro dengan 6 gol.

Speaking of truth, sebenernya gw agak males nonton bola, secara buat gw nonton bola berarti wasting 90 precious minutes tanpa kepastian akan adanya gol. Mending nonton basket yang jelas hujan skor [Heat dan Mavericks apa kabar nih?] . Tapi secara ini dalam rangka hangout ama temen-temen, bolehlah. Toh bisa juga dibetah-betahin.

Selesai partai pertama, band-nya naik panggung. Ealah, jauh-jauh ke Purwokerto bandnya dari Jogja juga, deSpike. Tapi lumayan, seru. Gw cukup impressed waktu mbak-mbak yang kata temen gw dari dekat tampak buruk rupa [tenan ki!] bawain Tak Ada Logika dengan mulus, sambil goyang pula. Jeng Agnes, seingat saya belum pernah deh kamu nyanyi lagu ini tanpa lip-synch. Makanya gerakan jangan terlalu fantastic dramatic akrobatik dan spastik. Toh sampeyan bukan ledhek munyuk hehe. Temen gw yang udah menenggak 2 botol besar Bir Bintang dengan indahnya memesan botol ke-3. Dasar India gila…

Lanjut ke partai kedua, Belanda dan Pantai Gading. Heran deh, katanya Ivory Coast, kok pemainnya ebony alias item semua… Tebakan skor kami salah, jadi gagal ikutan undian berhadiah tivi.

Nongkrongin deSpike lagi sebentar baru cabut. Sampe rumah udah jam 2 lebih, telerrrr… langsung terkapar tak berdaya dengan Handbook of Internoid terbuka di bawah ranjang.

Bangun jam 6 kurang, sarapan bubur ayam dan berangkat. Niatnya sih sambil nunggu dokternya datang gw nyari jawaban pe-er, ternyata ga ada waktu! Ya wis, gw hanya siapin jawaban sekelas buku saku.

Ternyata gw sukses mempermalukan diri gw sendiri dengan menjawab ngaco. Gimana lagi, persiapan kurang, masih ngantuk pula. Si dokter sudah tampak hopeless dan hidung Abunawasnya kembang-kempis menahan emosi ‘iki bocah ganteng-ganteng kok dikeki pe-er ra digarap..’ Maap, dok…

Pulang ke asrama, berkemas, makan siang dan segera pulang. Yeah!

No comments: