Friday, May 19, 2006

seminggu di Azkaban cabang Sekip


Kayaknya masih belum cukup juga gw menderita, di minggu keempat gw dapat giliran jaga umum. Artinya, gw harus tinggal seminggu penuh dan cuma bisa keluar RS sekitar 4 jam setiap harinya. Oh tidak, oh tidak, oh tidak…
Beberapa konsekuensinya:
1. Gw harus tidur berempat dengan 3 bed di kamar 2 x 3 meter, dengan AC yang outputnya nanggung akibat insufisiensi freon. Padahal hari-hari ini Jogja panas banget, gak siang gak malem. Duh… sampe abisin 3 baju sehari. Gerah puol… Akibatnya di hari-hari terakhir gw sempet mengalami laundry crisis alias keabisan baju. Padahal gw gak punya waktu buat pulang ambil baju. Terpaksa melakukan 3 R: reduce-reuse-recycle. Gak ding, cuma reuse aja. Situasi bertambah buruk ketika di malam terakhir tiba-tiba gw kedatangan tamu mingguan atau beberapa-harian yang bikin kancut gw lengket dan bau langu [kok ya bisa-bisanya, di RS gitu lho, lagi jaga gitu lho…hormone berlebih kali]. Yang bikin parah, gw udah gak punya kancut bersih lagi!! Mampus. Untung ada boxer serbaguna. Phew… Gw terhindar dari keharusan memakai kembali celana dalam berbekas air mani.
2. Tidak ada TV! Kecuali di bangsal-bangsal dan biasanya dikuasai oleh perawat. Jadi terpaksa gw melewatkan Deathmatch-nya Reinkarnasi Indosiar, Desperate Housewives, Arisan the series, Indonesian Idol Jumat-Sabtu dan American Idol. Sebal… Untunglah sekarang selera menonton TV perawat sudah mengalami peningkatan kelas. Terbukti, perawat-perawat di 2 dari 4 bangsal chose Indonesian Idol over sinetron-sinetron gak jelas yang mengancam stabilitas negara. Yang bikin bete lagi, komputer kami ga ada soundcard-nya, which means kami harus melewatkan malam bersunyi senyap secara Malam Kudus. Beruntung, gw lagi bawa henpon temen yang ada radionya, dan di hari-hari terakhir temen gw bawa laptop gw. Setidaknya ada sesuatu untuk didengar...
3. Tidak bisa berolahraga! Selamat tinggal gym dan kolam renang. Sebagai gantinya gw olahraga kardio: jalan keliling bangsal. Sehari bisa beberapa kilo. Belum termasuk kalo gw pengen minum es, yang artinya gw harus beli di kantin 2 lantai di bawah, atau kalo malem malah keluar RS sekalian. Alhasil, usai jaga beberapa temen bilang gw kurusan. Tapi bukti objektifnya belum didapat, secara timbangan standar gw adalah timbangan di gym, kalo pake timbangan lain sih emang turun 1-2 kilo...
4. Tidak bisa berfantasi! Yah, kecelakaan kecil yang bikin kancut gw lengket itu kan terjadi dengan sendirinya, tanpa distimulasi oleh fantasi-fantasi nakal. Yang gw maksud di sini adalah gw gak bisa ngelanjutin kebiasaan gw tidur telanjang-totally naked ato hanya dengan kancut ato boxer- dan membiarkan kulit gw dibelai lembutnya bed cover sepanjang malam. [thank God I don't have to share my room]. Padahal Jogja, khususnya Kamar Koas Interna, lagi panas-panasnya. Tapi, atas nama kerendahan hati dan ketenteraman bangsa gw urungkan kebiasaan ini, daripada ada residen ato koas yang nyelonong masuk dan mengalami gangguan histeria akut akibat kegirangan menyaksikan model-Men’s-Health-ra-dadi berbaring telanjang di Kamar Koas.
5. Yang jelas semua ini frustrated me a lot. Ditambah lagi, rambut gw yang selalu morat-marit setelah mondar-mandir di bangsal bikin gw makin merana. Akhirnya gw terpaksa mengambil salah satu keputusan terbesar dalam hidup gw: have my hair smoothed. Selama ini gw telah menyebarkan poll: Pantaskah Seorang Shak Diluruskan Rambutnya? Dari 127 partisipan, hanya satu orang yang menyetujuinya: Mas Iyan, hair dresser langganan gw. Dan 126 lainnya berkomentar: ‘Puh-leazze deh, Mas!’, ‘Mas, peraturan pertama untuk orang botak dan rambut tipis: jangan luruskan rambut’, atau ‘Rambut segitu, apalagi yang mo dilurusin?’ Tapi secara udah frustrasi berat dan gw percaya mati ama Mas Iyan, gw relakan 1,5 jam untuk menjalani rangkaian ritual pelurusan rambut ala Mas Iyan. Hasilnya, not bad. Meskipun banyak yang bilang keliatan tambah botak dan bentuk kepala gw jadi lucu, setidaknya gw ga perlu susah payah merapikan rambut 16 kali sehari. Tinggal ‘gunakan jarimu’ layaknya pake Yellow Pages.


Well at last, semuanya berakhir. Meskipun the end is actually the beginning of another episode of life, secara besoknya gw harus berangkat ke Klaten. Okay, go, pria tampan, go!

PS: gambar di atas tidak diambil di Sardjito. Tidak ada tempat dengan langit biru dramatis untuk bermain layang-layang di Sardjito. Eh, tunggu. Di atap gedung poliklinik yang baru mungkin?

No comments: