Saturday, July 15, 2006

Tabrakan Suami


Kenapa mesti gw sandingkan dua film di samping? Adalah karena kedua film punya beberapa persamaan, di antaranya:

1. Kedua film mempunyai buanyak karakter yang bergantian muncul dalam porsi yang sama. Bedanya, di Crash adegan berputar antar karakter sesuai alur waktu, sedangkan di Berbagi Suami cerita dibagi secara jelas dalam 3 babak, masing-masing babak dengan satu karakter utama, dan ujung-ujungnya ketauan bahwa tiap karakter di kedua film bisa dihubungkan. Bedanya lagi, susah untuk menentukan karakter utama di Crash, saking banyaknya dan semua punya porsi yang sama. Sedang di Berbagi Suami, jelas ada 3 pemain yang bisa disebut sebagai pemeran utama. Bedanya lagi, alur cerita di Crash berjalan cepat, hanya 24 jam yang ternyata ‘bicara banyak’ kepada karakter-karakternya, sementara di Berbagi Suami cerita di babak 1 berjalan dalam hitungan tahun, meskipun di kedua babak sisanya alur berjalan lebih cepat. Penggunaan beragam karakter di Crash mengingatkan gw ama Love Actually. Sedangkan pembagian babak dalam Berbagi Suami serupa dengan The Hours.

2. Dibanjiri pemain ngetop. Ada Sandra Bullock, Matt Dillon, Ryan Philippe, Brendan Fraser, sampe Ludacris di Crash, as in Berbagi Suami we got Dominique, Jajang C Noer, Ria Irawan, Rieke Diah Pitaloka, Tio Pakusadewo, sampai my multi-talented-tan-skinned-wanita-idaman Shanty. Hebatnya, di kedua film mereka berhasil menanggalkan sosok asli mereka, sehingga yang tampak benar-benar seorang karakter dalam film. Lupakan Sandra Bullock yang heroic dalam Speed, atau Ryan Philippe yang nakal dalam Cruel Intention. Di Berbagi Suami, semua pemain menjelma jadi seseorang yang baru dan benar-benar berbeda dengan kehidupan aslinya. Kecuali Ria Irawan yang tampil nggilani as always, bahkan sempat menampilkan payudaranya yang diemut seorang bayi. Beberapa hal yang ngeganggu gw adalah image Jajang yang sebenernya kurang sreg sebagai dokter ObGyn, juga logat medok Shanty yang terkesan agak maksa [tapi dimaafkan secara dia Sunda tea’…] Yang patut diacungi jempol adalah Ira Maya Sopha, yang bukan keturunan Cina tapi tampil alami dan mengingatkan gw pada tante-tante temen nyokap gw. Oya, kalau ingin cari muka mesum khas Indonesia, tengoklah Lukman Sardi yang tampil berbeda 180 derajat dengan penampilannya di 9 Naga.

3. Music scorenya nancep. Orkestrasi dan nyanyian meraung dramatis Crash pas banget buat mengiringi luruhnya air mata di beberapa adegan. Sedangkan musik di Berbagi Suami, somehow bisa terdengar nakal, ironis dan tragis di saat yang bersamaan. Satu track yang buat gw nendang banget adalah Maybe Tomorrow- Stereophonics yang mengakhiri Crash.

4. Ceritanya nancep! Bersiaplah keluar dari bioskop atau mengeluarkan VCD/DVD dari player dengan mata sembab, secara Crash punya banyak adegan yang potensial menguras air mata, bahkan untuk movie-goer yang anti menangis saat nonton film seperti gw. Di Berbagi Suami, nancepnya beda. Kekuatan ada pada skrip yang sinis, juga cerita yang realistis-ironis-tragis-tapi menggelitik. Film ini punya scenario tersinis dari semua film Indonesia yang pernah gw tonton.

5. Keduanya layak jadi Best Picture! Meskipun sempat diragukan, Crash berhasil mengungguli Brokeback Mountain dalam Academy taun lalu. Pantesan waktu itu Nia Dinata jagoin Crash banget, secara ternyata Berbagi Suami memang ‘Crash banget’. Sedangkan teman-teman di Sinema-Indonesia.Com menyatakan bahwa Berbagi Suami ‘benar-benar film’, bahkan melebihi Gie dan Arisan [apalagi AAdC]. Pokoknya kalau sampai Berbagi Suami tidak terpilih menjadi Film Terbaik di FFI tahun ini, berarti juri-jurinya perlu dipenjarakan menemani Dicky Iskandardinata, bokap Nia.

6. Kedua film punya pesan moral. Crash akan mengukur kemampuan Anda untuk menilai orang tidak berdasarkan penampilan luar [ini kutipan dari sampul VCDnya], sementara pesan moral dari Berbagi Suami adalah: Bakar pemilik Ayam Bakar Wong Solo dan kroni-kroni poligaminya!

No comments: