Thursday, July 20, 2006

a hermaphrodite

I’ve always been known as a hermaphrodite untuk urusan musik. I grew up with Bon Jovi, Guns n Roses, as well as Whitney Houston, bahkan NKOTB. Gw juga bisa suka Jamie Cullum, John Legend, Robbie Williams dan Kanye West bersamaan. Atau Anggun, Black Eyed Peas dan INXS sekaligus. Maliq n the Essentials dan Saint Loco. Atau Kungpow Chicken dan Bali Lounge.
Dan sekarang, 5 album yang paling sering terdengar di speaker gw juga campur aduk.


1. Red Hot Chili Peppers/Stadium Arcadium.
Anthony Kiedies and the gang emang gak ada matinya. Dua puluh delapan lagu! Saya perjelas dengan angka, 28 lagu digeber habis dalam 2 CD! Semua dengan kocokan gitar John Frusciante yang khas RHCP [yang malah terdengar nge-funk daripada nge-rock]. Bass Flea yang tak tergantikan. Juga vocal yang focus dan harmonisasi sempurna [Inke, siapa bilang nyanyi focus harus dengan punggung tegak? Tanya Om Kiedies…] Sayangnya, beberapa lagu terdengar serupa. Selain itu, mabok dengernya. 28 lagu, jo… Tapi tetep, gw bergoyang [dengan goyangan yang beda dengan saat mendengarkan Black Eyed Peas tentunja].
Best Cuts : Dani California, Snow, Hump de Bump.

2. Pink/I’m Not Dead
Absent beberapa tahun dari industri musik tidak membuatnya mati. Pink is back, tetap dengan suara yang berkarakter kuat dan lirik yang menantang. Menurut gw tidaklah berlebihan kalo secara musikal album ini gw sejajarkan dengan Breakaway-nya Kelly Clarkson, tapi dengan lirik yang lebih dewasa. Dalam beberapa hal Clarkson tampak dan terdengar seperti rockstar-wannabe [kaya gw dong?], sedangkan image dan suara Pink memang bad girl banget. Dengan warna musik beragam, album ini cepat nyantol di telinga, meskipun gw gak yakin Pink bakal meraih Grammy as Clarkson did. Tapi gw gak sendiri, secara Men’s Health dan Movie Monthly juga menyatakan album ini patut dipuji. [Mas, mas, itu kan bukan majalah musik?!]
Best Cuts : The One that Got Away, I’ve Seen the Rain, Dear Mr. President.

3. Simon Webbe/Sanctuary
Seperti gw jelaskan di beberapa post sebelumnya, Mr. Webbe adalah salah satu guilty pleasure gw. Tapi dengan penuh kerendahan hati gw cabut segala hujatan gw, secara album ini enak bener didenger buat mengakhiri hari setelah seharian pontang-panting kesana kemari. Ademm..
Best Cut : After All This Time, No Worries, Star.

4. Corrine Bailey Rae/self-titled
Lagi-lagi satu penyanyi yang tidak gw cintai pada pandangan dan pendengaran pertama. Video Put Your Record On yang menampilkan Corrine bersepeda santai layaknya dalam rangka 17an tidak cukup memesona gw. Setelah denger Just Like A Star di radio, baru gw klepek-klepek. Keren… Corrine menyanyi dengan apa adanya dan sepenuh hati, seperti penyanyi wanita Irlandia lainnya: Dolores Riordan of the Cranberries and Andrea Corr of the Corrs. Indikasi album ini sama dengan Sanctuary-nya Simon: meredakan kepenatan setelah seharian gila-gilaan. Seperti semangkuk es campur jeruk nipis di tengah panasnya Taman Medika. [apa maksude iki?]
Best Cut : Just Like a Star, Enchantment

5. Nelly Furtado/Loose.
Menghilang beberapa tahun untuk menikah dan beranak membuatnya kembali dengan musik yang berbeda dari album-album sebelumnya. Si cewek biasa-saja sudah berubah menjadi wanita seksi dengan nuansa diva. Bahkan badan dan rambutnya di video Maneater Madonna banget. Konon perubahan image dijalani untuk bersaing dengan popstars lulusan Mickey Mouse Club [baca: Britney dan Christina]. Padahal tanpa merubah image pun album ini punya nilai plus dengan digunakannya berbagai instrumen dan dimasukannya akar Portugal dalam beberapa lagu. Beberapa bagian mengingatkan gw pada Mama Madonna dan Teteh Gwen Stefani. I predict, setidaknya album ini masuk nominasi Grammy [kecuali di Amrik sono berkeliaran artis-artis wanita lain yang tidak diedarkan musiknya di Indonesia].
Best Cut : Afraid, Promiscous, No Hay Igual


Yang jelas, sehermaprodit-hermaproditnya gw, never was Josh Groban, Charlotte Church nor Kahitna on my playlist. Never was and never will be.
O-i-a, 3 single yang sudah menyita perhatian gw dan kayaknya albumnya bakal jadi my fav adalah Muse’ Super Massive Black Hole, Aguliera’ Ain’t No Other Man, dan Dashboard Confessional’ lupa judulnya.

2 comments:

Anonymous said...

iyah iya, kan saya tidak pro, makanya gak bisa fokus kalo punggung gak tegak. lgpl, pas sempet blajar biola dulu diajarinnya juga gitu, jadinya kebiaaan.
btw, jujur saja saya langsung benci pink pada pandangan ke-sekian, karena pada suatu acara award musik apa gitu dia perform dan guess what: FALS, padahal gak ada modulasi atau nada yang susah and pas itu dia juga gak goyang kaya agnes monikah. malu gak ya, penyanyi taraf internasional, di panggung yang di-relay ma berbagai stasiun tipi di berbagai negara melakukan satu dosa besar penyanyi: fals. gimana gitu rasanya.

shak said...

PSMUGM, tepatnya pria-pria PSMUGM, juga pernah menampilkan nyanyian terburuknya di Konser Perdana Angkatan 34. Gw yang gak nyanyi tapi ngeMC aja malu buat ngakuin it was the guys of the so-called-best-choir-in-Jogja singing.