Wednesday, March 19, 2008

breaking the habit

Semua orang mungkin punya kebiasaan atau ritual yang aneh masing-masing.
Adik gw, si Celurut Psiko, selalu makan nasi empat kali sehari. Makan pagi, siang, jam 5 dan jam 9 malem. Which is uncommon, karena umumnya orang cuma makan snack di sore hari. And yet he stays scrawny [asem ik].
Upik Babu gw punya kebiasaan aneh, suka ingkar janji. Katanya mo cuci piring, eh pura-pura lupa. Katanya mo ngepel, eh malah kabur. Bukan kebiasaan aneh sebenernya, tapi kebiasaan buruk. Seburuk rupanya.
Pipin kayaknya doyan makan upilnya sendiri, makanya idungnya pesek dan pipinya tembem [njuk ngapa?].
Tukir punya kebiasaan menularkan penyakit pada anjingnya. Anjingnya ada yang epilepsy!
Penguin gak ketinggalan, punya kebiasaan menggelikan: suka meraba-raba perut dan udel gw. Apa enaknya coba? Ada juga bikin geli. Sebagai balasannya, gw punya kebiasaan yang tak kalah menggemaskan: kentut semaunya, apalagi kalo lagi motoran berdua. Akibatnya, sering kami harus mampir di apotek, beli obat soalnya asma dia kumat….


Di kantor gw, ada satu kebiasaan baru. Beberapa menit setelah gw masuk, gw langsung pesen, ‘Pak Sar, tolong es batu dong!’, yang diikuti teriakan ‘Sisan gorengan!’ yang entah datang dari Mbak Nur ato Mas Andre. Now we know whom to blame for my expansion. They keep me tucking in gorengan that are so oily [lebih berminyak dari Negara anggota OPEC] and potentially clog your arteries. Okay, balik lagi ke es batu. Gw punya hobi baru bikin kopi di kantor, instead of going to canteen or vendors across the street to have it made for me. Gw bela-belain bawa satu toples Kopi Instan Indocafe [toples ya, bukan topless!] buat di kantor, secara di kantor cuma ada kopi tubruk yang bikin gigi Donna di iklan Nescafe penuh ampas [Pagi Donna…]. Sementara, krimer dan gula [atau Tropicana Slim-nya] udah selalu ada. Ato, kalo terlalu ngantuk untuk beraksi sebagai barista, gw keluarin jurus ampuh: Good Day Cappuccino [Choco Granules included]. Tinggal seduh, masukin es batu, taburkan granul-granul coklat. There you go, a cup of tasty coffee in less than 60 seconds. Liat gelasnya, jangan belahan dada gw [halah].



Yes, it looks mildewy and nasty tapi rasanya lebih haute boisson daripada kopimiks biasa. Feel the joy as it embraces your taste buds, lingers your tongue, and finally as it reaches your throat, DANG! Rasanya orgasmic !

Dengan demikian, satu kebiasaan baru datang dan satu kebiasaan lama gw tinggalin. Dulu, tiap pagi gw ngopi di kantin. Kira-kira 15 menit naruh pantat di kursi kantor, gw langsung berjinjit. Kemudian mulai berjalan mengendap-endap keluar kantor diiringi lagu tema Pink Panther, biar Bos ga nyadar. Acara minum kopi biasanya tidak berlangsung lama. Yang penting bikin gw bangun seratus persen. Palingan sejak pelihara Penguin, gw alokasiin waktu lebih lama, minum kopi sambil telepon dia.

Secara di kampus gw ada 4 kantin, ya udah gw kelilingin aja empat-empatnya, gantian. Kasian dong kalo gw beli di kantin yang itu-itu aja. Secara hidangan pemandangan pria indah yang sama tiap pagi akan membuat mbak-mbak dan mas-mas kantin minder dan frustrasi, dan moodnya seharian jadi buruk, dan kerjaannya jadi ga beres, dan dia dipecat dari kerjaannya, dan akhirnya anaknya mati ga dibeliin susu. Berkurang dong, jumlah penduduk Indonesia. Demi menjaga kelestarian manusia Indonesia, gw rela keliling-keliling kantin.

Kantin 1: Food Point IKM.
Lebih tepatnya di Kantin A [mungkin secara sing duwe Mbak Atun]. Gw demen beli kopimiks di sini, secara mbak-mbaknya udah apal pesenan gw: es kopimiks, tanpa gula tapi airnya dikit. Dan pernah suatu hari, ada ibu-ibu yang baru mulai kerja di situ. Secara khilaf, gw cuma bilang ‘Mbak, es kopimiks!’. Dan datanglah pesenan gw, segelas penuh kopimiks plus gula, dengan sedikit es batu terapung dan bagian dasar gelas yang lebih panas dari suhu aksiler balita demam. Gw menatap kosong pada gelasnya, dan memutuskan nelpon Penguin aja sambil mainan sedotan. Setelah sekitar 15 menit nelpon, gw bayar ke Mbak-nya.
‘Mbak, kopimiksnya 1 lagi dong, dibungkus. Tapi gak pake gula, airnya dikit, esnya banyak…’
‘[menoleh ke meja gw] Lho! Gak diminum to Mas?’
‘Iya, tadi lupa bilang kalo gak pake gula. Ini 4 ribu Mbak..’
‘Udah Mas, 2 ribu aja, yang satunya gak usah bayar wong belum diminum’ [kayaknya mau dia minum]
‘Gak papa kok Mbak. Makasih ya…’ Gw ambil bungkusan es dan melangkah.
Bukannya gw kejam, wong semua percakapan di atas dilakukan sambil gw menebarkan senyum Abang Jakarta Cabang Kepulauan Seribu. Tapi trik gw berhasil, sampai sekarang gw baru nongolin muka aja si Mbak udah nanya ‘Biasa, Mas?’. Dan kopimiks seperti yang kuingini pun segera tersaji.
Verdict: masih jadi pilihan kalo gw lagi senep di kantor dan pengen jalan-jalan cari minum.

Kantin 2: Kafe Putri Lobby FK.
Hanya keledai yang jatuh pada lubang yang sama dua kali, jadi gw ga tau mau nyebut kantin ini apa. Keledai kuadrat?
Pernah suatu siang, meskipun udah pesen dengan selengkap-lengkapnya, kopi yang mereka bikin ga sesuai pesenan gw. Gw langsung berlagak drama queen, made a scene dengan merengut sejadi-jadinya sambil bilang ‘aku gak mau minum….’. Trus pesen 1 gelas lagi. Dengan pucat karena gw acungin golok, si Ibu Kantin bikin pesenan gw dengan tepat.
Eh, besoknya diulangin lagi kesalahan yang sama. Besoknya juga. Besoknya lagi. Yah, memang tidak banyak yang bisa diharapkan dari kantin yang jualan jus stroberi seharga 2500 [baca: 2 butir stroberi + 200 ml air + 2 sdm gula].
Verdict: BANNED!

Kantin 3: Kantin Dharma Wanita FK.
Kantin ini bikin kopimiks yang sempurna sejak kedatangan gw sampe sekarang. Plus, mereka punya tahu Kentucky yang asoy. Kekurangannya cuma satu, mereka suka muter radio dangdut dan campursari. Mbak, mbak, ini kantin bukan tempat kondangan di Gunungkidul.
Verdict: kalo mo beli kopi take-out plus gorengan, di sini tempatnya.

Kantin 4: Food Point [dulunya] di Radioputro.
Sebenarnya ini potensial sekali jadi kantin favorit gw. Cakes are coffee’s best friend, dan mereka jualan aneka cake dan pastry yang samua sadap kote, dengan harga terjangkau ! Gw suka beli muffin coklat (2500), brownies (3500) atau chocolate crumb pie (4000) buat oleh-oleh Penguin. Sayangnya, jutaan kali gw beli kopi di sini GA PERNAH satupun sesuai pesenan gw. Jadi, gw cuma beli cakenya dan balik ke kantor.
Verdict: berlatihlah bikin kopimiks, dan kantin ini akan bisa nyaingin J-Co [yo ra ding].

Baiklah. Dengan demikian, gw lagi seneng-senengnya bikin kopi di kantor. Lebih pas buat gw. Dan bikin sepatu lebih awet secara gw gak harus jalan ke kantin. Tapi kebiasaan ini mungkin ga berlangsung lama lagi. Mulai pertengahan bulan depan, mungkin Pak Sar gak perlu beli es batu tiap pagi.

3 comments:

Anonymous said...

kenapa mulai bulan depan ga kudu beli es?

apakah selain setoples indocafe, Shak juga mau bawa termos es gitu? hehe...

toekir_simolangkir said...

sebagai dokter, dirimu justru menunjukkan kebodohanmu....
sejak jaman jebot dulu sepertinya sudah dijelaskan kalo
"epilepsi bukan penyakit menular dan bukan penyakit keturunan......."
ada iklannya juga toh???

Anonymous said...

sial, ga ada aku makan upilku sendiri..
yang ada aku dipaksa nyium kentut orang lain sampe 12 track!!! dari jalan magelang sampe rumah..\\Mbm//