Wednesday, June 06, 2007

NOmat bukan lagi Nonton Hemat


Tahukah kamu kalo jargon Nomat sekarang bukan lagi kepanjangan dari Nonton Hemat, tapi Nonton Mataram? Tahukah juga kamu kalo sekarang Nomat bisa juga dilakukan sambil olahraga? Itu jadinya kalo kita Nomat sambil Mengejar Mas-Mas.

This another Rudi Sudjarwo-Monty Tiwa’ movie sangat jauh dari pendahulunya, 9 Naga. 9 Naga was a kind of ngajak-merenung-mikir-bahkan-nangis movie, yang mangkelke secara alurnya selambat bekicot bunting kembar tiga. Mengejar Mas-Mas, sebaliknya, adalah film yang ngajak ketawa doang tanpa pake mikir, tapi juga mangkelke secara mendiskreditkan masyarakat Jogja.

Di film ini orang-orang Jogja digambarkan sebagai masyarakat yang percaya aja kalo ada dosen yang ngajar malem pulang pagi, gak tahu kalo ada menteri pemberdayaan perempuan, alergi ama perek, menggunakan sepeda sebagai alat transportasi utama, dan pake blangkon dan surjan ke mana-mana. Bang Monty, di Jogja sekarang juga tahun 2007. Emang Jakarta doang yang kena globalisasi?

Yang mangkelke lainnya adalah banyaknya hal irasional dalam film. Pertama, Shanaz digambarkan sebagai cewek kaya, suka clubbing, punya kamar dengan kamar mandi dan wastafel mewah di dalamnya. Tapi begitu ngabur ke Jogja, dia bahkan gak punya duit buat bayar penginepan. Plis deh, seminggat-minggatnya orang kaya, masa iya gak bawa ATM ato kartu kredit. Kedua, Shanaz kayaknya adalah atlet marathon. Turun dari kereta di Stasiun Tugu, jalan-jalan ke Malioboro, tiba-tiba duduk nangkring di Tugu (which is aneh buat orang Jogja), dan di adegan berikutnya udah nyampe di lesehan gudeg Wijilan. Hebat, Mbak. Nggak gempor tuh kaki? Ketiga, menurut cerita Mas Parno (Supano, bukan akronim dari Paranoid atau Parnasonic), berusia 20 tahun lebih tua daripada Shanaz. Secara Shanaz udah kuliah, I suppose Mas Parno must be 38 years old or so, jadi alangkah tidak pantasnya memilih seseorang yang baru 26 tahun dan pacaran dengan Widi AB Three. Kurang tua, meskipun he played it good indeed. Dan masih banyak hal-hal kecil irasional lain. Too much that I’m a not writing it it here.

The only thing yang bikin gw betah nonton adalah Poppy Sofia. Bayangkan Asmirandah dengan akting 8 kali lebih baik. Itulah definisi yang tepat untuk menggambarkan Poppy Sofia.
Dwi Sasono dan Dinna olivia, as always, bermain bagus, inspite of logat Dinna yang terdengar dibuat-buat. Ira Wibowo, once again, plays a gagal-mendidik-anak mom.
Kredit positif boleh juga diberikan pada Geng Kobra dengan lagu tentang Jogja-nya, juga lagu-lagu lain yang gak kalah kocak. Yang gw inget banget: ’Aku mencintaimu, seperti Aa’ cinta istri baru.’

Gw gak tau musti menyimpulkan apa dari Mengejar Mas-Mas, secara filmnya berlalu begitu aja tanpa pesan apapun yang nyantol di kepala. Satu-satunya yang gw inget setelah keluar dari Mataram adalah: lagu pengantar credit title di Mataram bukan lagi Ijinkan Aku Mencintaimu dari Iwan Fals, tapi Tanpa Kekasihku dari si batal-duet-ama-Boy-II-Men Agnes Monica. Bagus.

No comments: