Seakan kurang puas jadi kriminal hanya dengan ilegally giving lectures, gw juga seorang pembajak. Hampir 11 GB file .mp3 yang kesimpen di laptop gw, semuanya bajakan tentu saja. Oke, sekarang gw tantang Polisi Hak Atas Kekayaan Intelektual Indonesia, tangkap gw! Hehe.
Okay. Dari 11 GB file-file .mp3 tadi, jelas gak semuanya gw denger tiap hari. Ada beberapa album dan singles yang belakangan airplaynya tinggi [halah], secara gw nilai sepesiyal dan ’anj*ng, keren banget’.
Monyet-monyet Kutub a.k.a Arctic Monkeys dengan albumnyah Favorite Worst Nightmare. Rasanya baru kemarin kita dibikin loncat-loncat ama album Whatever People Say I Am, That’s What I’m Not [judul yang panjang tapi efektif], mereka sudah kasih lagi 1 album yang katanya dirilisnya di Jepang. Mereka memenuhi kriteria band rame buat gw: musik yang rame, suara vokal yang jujur, lirik yang sangat Inggris, dan disukai oleh fans, juri penghargaan musik, hingga Tom Jones. Juga bonus for the girls, cute looks. Kalo begitu saya setuju dengan review Rolling Stone, ’Tidak ada yang perlu dikhawatirkan dengan album ketiga mereka’. They definitely will rock the world again.
Bjork’s Volta
Artis ajaib, dengan satu paket musik, lirik, vokal, muka dan kostum yang nyatu banget. Album ini juga diproduseri oleh The It Guy, yang sudah membidani [halah] album-album luar biasa, Timbaland. Ngomong-ngomong, satu lagu, Earth Intuders, dibikin setelah dia mengunjungi Bandaaceh bersama UNICEF pasca tsunami taun 2006.
Mocca’s Colours
Gw tidak habis pikir bagaimana sepasang orangtua bisa membesarkan sekaligus Key Mangunsong, Dewi Lestari dan Arina Epiphania dalam satu rumah [sama seperti keheranan gw terhadap Reggie Lawalata dengan Mario dan Oscarnya]. Dan sekarang Arina cs balik dengan album yang lucu, dan sesuai judulnya, penuh warna. Salah satu track, Do What You Wanna Do, juga melibatkan beberapa musisi indie sebagai back vocal. Kalo dipikir-pikir, kok susah nyari cacatnya album ini. Lucu, masuk dengan alus ke telinga, ringan tapi juga berisi.
Linkin Park’s Minutes to Midnight
Gw dulu pernah mengaku dosa setelah merendahkan Future Sex Love Soundnya Justin. Dan sekarang, gw kembali mengaku dosa. [Duh, pendosa banget gw]. Album ini ternyata dahsiyat, dan bisa membuktikan kalo Linkin Park belum abis. Liriknya politis, man! Yang jelas album ini punya banyak impact. Pertama, menginspirasi 2 musisi untuk bikin musik iklan Clear Baru dan Fituno [yang udah musiknya nyontek Linkin Park, pake Sandman-nya Spiderman pula]. Kedua, yang sebenarnya sudah sejak dulu, saya ingin [someday] punya 2 anak cowok yang gw kasi nama Chester and Mike.
Mutya Buena’s Real Girl dan Lenny Kravitz’ It Ain’t Over Til It’s Over
Halah. Ini lagu sodaraan. Sama seperti Rise and Fall-nya Craig David dan Shape of My Heartnya Sting. Seperti I’ll Be Missing You-nya Puff dan I’ll Be Watching Younya The Police. Atau Unionnya Black Eyed Peas dan Englishman in New Yorknya Sting [Aduh laris sekali bapak itu]. Mutya Buena, yang tidak memiliki hubungan sodara dengan Mutia Kasim, adalah mbak-nya Sugababes yang kulit item. Dia pake samplingnya Lenny Kravitz buat lagunya Real Girl. Lucu kok.
Hyperballad, Mocca dan Bjork.
Nah, ini baru lagu. Waktu denger Mocca nyanyi ini lagu, gak nyangka aja kalo ternyatah ini cover dari lagunya Bjork, secara Mocca banget. Begitu tau, gw langsung cari versi aslinya dan terkesima. Satu lagu, oleh 2 artis yang beda genre, dibawakan dengan musik dan cara yang sama sekali berbeda tapi entah bagaimana membawa emosi dan getaran yang sama. Liriknya luar biasa:
Okay. Dari 11 GB file-file .mp3 tadi, jelas gak semuanya gw denger tiap hari. Ada beberapa album dan singles yang belakangan airplaynya tinggi [halah], secara gw nilai sepesiyal dan ’anj*ng, keren banget’.
Monyet-monyet Kutub a.k.a Arctic Monkeys dengan albumnyah Favorite Worst Nightmare. Rasanya baru kemarin kita dibikin loncat-loncat ama album Whatever People Say I Am, That’s What I’m Not [judul yang panjang tapi efektif], mereka sudah kasih lagi 1 album yang katanya dirilisnya di Jepang. Mereka memenuhi kriteria band rame buat gw: musik yang rame, suara vokal yang jujur, lirik yang sangat Inggris, dan disukai oleh fans, juri penghargaan musik, hingga Tom Jones. Juga bonus for the girls, cute looks. Kalo begitu saya setuju dengan review Rolling Stone, ’Tidak ada yang perlu dikhawatirkan dengan album ketiga mereka’. They definitely will rock the world again.
Bjork’s Volta
Artis ajaib, dengan satu paket musik, lirik, vokal, muka dan kostum yang nyatu banget. Album ini juga diproduseri oleh The It Guy, yang sudah membidani [halah] album-album luar biasa, Timbaland. Ngomong-ngomong, satu lagu, Earth Intuders, dibikin setelah dia mengunjungi Bandaaceh bersama UNICEF pasca tsunami taun 2006.
Mocca’s Colours
Gw tidak habis pikir bagaimana sepasang orangtua bisa membesarkan sekaligus Key Mangunsong, Dewi Lestari dan Arina Epiphania dalam satu rumah [sama seperti keheranan gw terhadap Reggie Lawalata dengan Mario dan Oscarnya]. Dan sekarang Arina cs balik dengan album yang lucu, dan sesuai judulnya, penuh warna. Salah satu track, Do What You Wanna Do, juga melibatkan beberapa musisi indie sebagai back vocal. Kalo dipikir-pikir, kok susah nyari cacatnya album ini. Lucu, masuk dengan alus ke telinga, ringan tapi juga berisi.
Linkin Park’s Minutes to Midnight
Gw dulu pernah mengaku dosa setelah merendahkan Future Sex Love Soundnya Justin. Dan sekarang, gw kembali mengaku dosa. [Duh, pendosa banget gw]. Album ini ternyata dahsiyat, dan bisa membuktikan kalo Linkin Park belum abis. Liriknya politis, man! Yang jelas album ini punya banyak impact. Pertama, menginspirasi 2 musisi untuk bikin musik iklan Clear Baru dan Fituno [yang udah musiknya nyontek Linkin Park, pake Sandman-nya Spiderman pula]. Kedua, yang sebenarnya sudah sejak dulu, saya ingin [someday] punya 2 anak cowok yang gw kasi nama Chester and Mike.
Mutya Buena’s Real Girl dan Lenny Kravitz’ It Ain’t Over Til It’s Over
Halah. Ini lagu sodaraan. Sama seperti Rise and Fall-nya Craig David dan Shape of My Heartnya Sting. Seperti I’ll Be Missing You-nya Puff dan I’ll Be Watching Younya The Police. Atau Unionnya Black Eyed Peas dan Englishman in New Yorknya Sting [Aduh laris sekali bapak itu]. Mutya Buena, yang tidak memiliki hubungan sodara dengan Mutia Kasim, adalah mbak-nya Sugababes yang kulit item. Dia pake samplingnya Lenny Kravitz buat lagunya Real Girl. Lucu kok.
Hyperballad, Mocca dan Bjork.
Nah, ini baru lagu. Waktu denger Mocca nyanyi ini lagu, gak nyangka aja kalo ternyatah ini cover dari lagunya Bjork, secara Mocca banget. Begitu tau, gw langsung cari versi aslinya dan terkesima. Satu lagu, oleh 2 artis yang beda genre, dibawakan dengan musik dan cara yang sama sekali berbeda tapi entah bagaimana membawa emosi dan getaran yang sama. Liriknya luar biasa:
I'm back at my cliff
Still throwing things off
I listen to the sounds they make
On their way down
I follow with my eyes 'til they crash
I imagine what my body would sound like
Slamming against those rocks
And when it lands
Will my eyes be closed or open?
How Great is our God
Gak mau komentar banyak ah. Ini jenis lagu yang bikin gw merinding, gak bisa nyanyi lagi, dan nangis darah instead.
Saosin You’re Not Alone dan All American Rejects’ Move Along
Dua lagu ini gak ada kaitannya satu sama lain, kecuali bahwa gw mendapatkannya secara tidak sengaja. Pas Saosin datang ke Jakarta, gw bahkan tidak memberi kutukan pada band ini [terjemahan: I didn’t give a damn to the band]. Secara kebetulan, di suatu pagi pas lagi fitnes, Star FM Radio Gaulnya Jogja yang udah berabad gak pernah gw denger lagi, muterin lagu ini. Siangnya, langsung nyari di kantor dan dapet. Senangnyah.
Move Alongnya AAR lebih gak sengaja lagi, secara gw cuma copy satu folder berisi single-single lama Fall Out Boy dari warnet, kok lagu ini nyangkut dan ternyata nyangkut juga di kuping gw. Menyanyikannya di NAV bikin Penguin terkesima. Bukan karena lagunya atau cara Si Pawang menyanyikannya, tapi karena wajah vokalisnya. Asem.
Astrid’s Kosong
Percayalah, meskipun hanya the one and only Agnes Monica-lah penyanyi cewek dalam negeri yang ada di hati, Astrid toh bikin gw melirik juga. Setelah gw caci abis pas pertama kali muncul di sontreknya Tusuk Jalangkung, kok lama-lama makin seru aja ni cewek. Tambah cakep, dandanan tambah oke [katanya terinspirasi Bjork dan Sophie Ellis Bextor], live-nya udah gak fals2 amat, dan dia tahu lagu dan musik apa yang cocok buat suaranya. Setelah lagu kebangsaan orang-orang selingkuh di Indonesia, Jadikan Aku yang Kedua dan duet dengan Saint Loco, Kedamaian [yang bikin gw speechless pertama denger], sekarang Kosong yang bikin gw demen. Baguslah kalau begitu. Way to go, girl!
Natalie Imbruglia’s That Day dan Glorious
Lha ini, mbah-nya keren. Cantik, bodi oke, musik keren, suara top, suaminya rock star. Glorious adalah track icip-icip dari album the best-nya yang segera dirilis. Jadi tidak sabar, meskipun udah muak aja denger lagu kebangsaan semua orang di tahun 97, Torn. Lha kalo That Day? Kan udah paporit dari jaman dulu, secara nyanyinya kayak orang meracau gak jelas. Tapi hebatnya, gw bisa kasih harmonisasi vokalnya [Hehe, padune meh nyombong].
How Great is our God
Gak mau komentar banyak ah. Ini jenis lagu yang bikin gw merinding, gak bisa nyanyi lagi, dan nangis darah instead.
Saosin You’re Not Alone dan All American Rejects’ Move Along
Dua lagu ini gak ada kaitannya satu sama lain, kecuali bahwa gw mendapatkannya secara tidak sengaja. Pas Saosin datang ke Jakarta, gw bahkan tidak memberi kutukan pada band ini [terjemahan: I didn’t give a damn to the band]. Secara kebetulan, di suatu pagi pas lagi fitnes, Star FM Radio Gaulnya Jogja yang udah berabad gak pernah gw denger lagi, muterin lagu ini. Siangnya, langsung nyari di kantor dan dapet. Senangnyah.
Move Alongnya AAR lebih gak sengaja lagi, secara gw cuma copy satu folder berisi single-single lama Fall Out Boy dari warnet, kok lagu ini nyangkut dan ternyata nyangkut juga di kuping gw. Menyanyikannya di NAV bikin Penguin terkesima. Bukan karena lagunya atau cara Si Pawang menyanyikannya, tapi karena wajah vokalisnya. Asem.
Astrid’s Kosong
Percayalah, meskipun hanya the one and only Agnes Monica-lah penyanyi cewek dalam negeri yang ada di hati, Astrid toh bikin gw melirik juga. Setelah gw caci abis pas pertama kali muncul di sontreknya Tusuk Jalangkung, kok lama-lama makin seru aja ni cewek. Tambah cakep, dandanan tambah oke [katanya terinspirasi Bjork dan Sophie Ellis Bextor], live-nya udah gak fals2 amat, dan dia tahu lagu dan musik apa yang cocok buat suaranya. Setelah lagu kebangsaan orang-orang selingkuh di Indonesia, Jadikan Aku yang Kedua dan duet dengan Saint Loco, Kedamaian [yang bikin gw speechless pertama denger], sekarang Kosong yang bikin gw demen. Baguslah kalau begitu. Way to go, girl!
Natalie Imbruglia’s That Day dan Glorious
Lha ini, mbah-nya keren. Cantik, bodi oke, musik keren, suara top, suaminya rock star. Glorious adalah track icip-icip dari album the best-nya yang segera dirilis. Jadi tidak sabar, meskipun udah muak aja denger lagu kebangsaan semua orang di tahun 97, Torn. Lha kalo That Day? Kan udah paporit dari jaman dulu, secara nyanyinya kayak orang meracau gak jelas. Tapi hebatnya, gw bisa kasih harmonisasi vokalnya [Hehe, padune meh nyombong].
No comments:
Post a Comment