Sunday, March 20, 2005
stupid spongebob
Lativi gila! Nayangin Spongebob Squarepants empat kali sehari, lebih dari jadwal minum amoksisilin 500 mg. Gak heran kalo banyak protes dilayangkan melalui berbagai surat kabar, meminta pengurangan jam tayang Spongebob dengan alasan: anak-anak jadi males belajar. Emang sih, si spons berbentuk gak jelas ini lagi ngetop2nya. Liat aja, dari pinggir jalan sampe mall kelas atas bertebaran penjual boneka Spongebob. Dari yang 20an ribu, sampe yang official seharga ratusan ribu. Spongebob bukan cuma trend. It’s been a phenomenon.
Pertanyaanya: siapa sih yang gak suka Spongebob? Dari anak-anak TK yang uang jajannya seribu sehari, sampe bapak-bapak kantor yang penghasilannya jutaan sebulan, banyak banget yang demen Spongebob. Pertanyaan selanjutnya: Kenapa sih orang suka Spongebob? Jawabannya simpel: Spongebob and the gank adalah bodoh. B-O-D-O-H. Coba deh, karakter mana yang gak konyol di Spongebob? Spongebob? Jelas. Patrick? Tambah geblek. Squidward? Mr Krab? None of them yang waras. Dan orang-orang menyukai Spongebob. Berarti kebodohan disukai orang. Kebodohan menghibur. Kebodohan bisa dijual.
Fakta inilah yang membuat banyak orang, bahkan orang2 yang tergolong cerdas, rela terlihat bodoh untuk disukai orang. Misalnya: Lisa Kudrow, F.R.I.E.N.D.S’ Phoebe. Siapa yang ngira kalo karakter Phoebe, si penyanyi yang lemot, ini sebenernya sarjana biologi? Dari Vassar College,NY pula. Contoh lain: Mr Bean. I don’t think anyone would thought that Rowan Atkinson has actually earned degrees in electrical engineering dari Oxford dan Newcastle Univ. Gak ada tampang getu low… Contoh yang terakhir, dari bangsa kita sendiri: Pok Minah (gua lupa nama pemerannya). Taruhlah kita makan sebutir kacang tiap kali Si Mpok bilang ‘maaf’, by the end of the show we would have eaten 2 kgs of peanuts. [gak segitunya sih… XD] Tapi siapa yang nyangka kalo pemeran salah satu karakter dalam Bajai Bajuri [which is also a phenomenon] ini seorang doctoranda. Gak inget pasti sih jurusan dan universitasnya, tapi gua lebih respek dibanding ama mereka2 yang ‘dianugerahi’ gelar profesor/doktor dari universitas gak jelas.
Oke, cukup contoh2nya. Terbukti kan, orang suka hal-hal bodoh. Orang suka orang-orang bodoh. [tapi gak semua orang suka Manusia Bodoh. Contohnya saya. Gak suka Ada Band hehe] Tapi kenapa masih saja ada orang2 yang takut terlihat bodoh? Seolah2 mereka harus selalu terlihat cerdas dan tak bercela.
Aku punya seorang temen, yang dilahirkan in an insane family dan otomatis bertumbuh jadi someone stupid juga. Dan banyak orang menyukainya karena ketololannya. Salah satunya saya, yang menjadikannya one of my significant others. [padahal aku cukup selektif untuk membiarkan orang memasuki kehidupanku]. So far, he’s rocked many places: kampus, kos-an, Gelanggang UGM, and many others. He’s the one yang bisa menyatukan anak-anak kos Samirono Baru 42. He’s the one yang omongannya bisa terdengar seperti a stand-up comedy. Dan the fact that being silly is lovable bikin dia berusaha tetap konyol. He said like he’s good at doing silly things and silly at doing good things. And he doesn’t wanna change that. [you don’t have to kok, Mbang!] Gara-gara terlalu banyak menghabiskan waktu dengannya, aku ketularan bodoh. Dan jadilah diriku salah satu Kaum Tercela, yang punya undang-undang tak tertulis: no malu, no jaim.
I’ve just watched Shark’s Tale dan there was a scene when Angie told Oscar, kurang lebihnya gini: “You don’t have to be upside to be a somebody” . And so do we. Kita gak harus selalu sempurna, selalu on top untuk bisa impress people dan memberi arti bagi kehidupan mereka. We can be stupid! Dalam beberapa kasus, orang-orang dengan karisma dan image sempurna malah susah nyatu dengan komunitas. Alasannya: tak-tergapai! Orang jadi merasa segan, sungkan bahkan takut untuk mendekat. Yeah I know that to certain people charism is highly required , misalnya untuk mereka2 yang harus memimpin. Oke. Tapi sudah cukup banyak kan pemimpin yang digulingkan karena terlalu keras atau otoriter? Dan sudah banyak pula bukti bahwa orang2 bodoh bisa membawa perubahan? Bahwa orang2 bodoh bisa jadi fenomena? So why don’t we be less perfect, and be more stupid?? As for me, i'd love to :p
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment