Dalam rangka mengurangi jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia, gw cari sedikit hiburan. It's kind of ironic, that I barely watched DVD in Jogja karena waktu gw abis buat merawat Penguin. Sekarang, kos gw adalah Kingdom of Boredom. DVD jadi menu sehari-hari, and it bores me already. Jadi gw putuskan buat cari sensasi yang rada beda, nonton bioskop! [Duh, udik banget kesannya] Weekend lalu, gw niatin nonton Cloverfield. Cloverfield adalah perpaduan Blair Witch Project dan Godzilla. Ceritanya standar film-film monster raksasa menyerang kota, tapi tokohnya ngerekam semuanya pake handycam. Jadi bakal kerasa banget goyang-goyangnya, bahkan dilaporkan beberapa penonton jadi vertigo. Yay! Gw musti ngetes ketahanan sistem keseimbangan gw! Kalo perlu bawa Mertigo buat jaga-jaga.

Selain itu, formulasi monster + kamera hand-held jauh lebih pas daripada kamera hand-held +
monster nyanyi dangdut + skenario Monty Tiwa di Mendadak Dangdut. Kesimpulannya, it's a must-see!
Sayangnya, secara Cloverfield udah agak lama diputer [dan kayanya ga masuk Jogja], tinggal 1 boioskop di Bandung yang muterin. Abis ngecek 21cineplex.com gw nanya ama Rini, temen kerja gw.
'Rin, Jalan Alun-Alun Timur jauh ga? Mo nonton bioskop ni.'
'Ga jauh sih. Naik angkot yang ke Gede Bage. Serius ni mo nonton di Palaguna?'
'Iya, abis cuma tinggal di sana aja diputernya. Di tempat lain udah abis. Kenapa emang?'
'Gak sih, ati-ati aja. Kata temenku suka ada kecoanya.'
'Ow... Di Jogja lebih parah lagi,
kadang ada tikusnya.'
'....' [Dia kehabisan kata-kata dan bersyukur ga tinggal di Jogja']
Jadi, gw pun persiapkan segalanya dengan matang. Menurut situs, film bakal mulai 17-30. Jadi gw bobok siang dulu, baru berangkat 16-30an, dengan perhitungan satu jam lebih dari cukup buat perjalanan. Sayangnya, perkiraan gw salah. Macet abis di King's Plaza. Angkot sempat bergerak dengan kecepatan 2 meter/menit, sampe akhirnya nyampe di Alun-alun 17-20.
Konon, mothers know best. Dan ternyata, sore itu Rini knows best. Masuk ke kompleks Palaguna gw langsung ngebatin 'Ya Tuhan, ini gudang apa plaza?' Yang gw liat adalah sisa-sisa kejayaan Palaguna sebagai tempat belanja [pada masanya]. Tampak counter Dunkin yang ditutup. Ruko-ruko tak berpenghuni. Eskalator ga nyala. Debu di mana-mana. Gw berkesimpulan, 'This is as creepy as hell. Pasti kalo malem hantu-hantu yang punya toko pada gentayangan'. Dengan langkah tak menentu gw naik ke Lantai 2, yang untungnya menunjukkan tanda-tanda kehidupan sebuah bioskop.
Beli tiket. 'Pak, mo beli yang Studio 4!' Si Bapak dengan gugup langsung cari tiketnya, kasih ke gw. 'Langsung aja Mas, tadi mulainya jam 5!' Gyaaa.... Situs laknat! Gw buru-buru beli Coke, trus dianter masuk. Kalau pemandangan di lantai 1 adalah layaknya rumah non-permanen di bawah jembatan, koridor ke arah studio tampak bagaikan istana presiden. Dimly lit, dengan tembok kaca. Gw banget... Gw dikasi tunjuk pintunya, dan masuk. Baru duduk, gw langsung keluar lagi, secara yang ada di layar malah Ramon 'Raja Monyet' Tungka. Eits! Kok malah Tali Kolor Perawan? Gw keluar, protes ke si Bapak dan dikasi tunjuk studio yang bener.
Studionya 11-12 ama Mataram, dan kayaknya Mataram yang 12-nya. Keunggulan Studio 21 Nusantara Palaguna dibanding Mataram cuma 2. Pertama, kursinya lebih enak DIKIT. Kedua, jadwal film bisa diliat di situs [meskipun ngaco]. Selebihnya, parahhh!!! Kepekatan bau apek di udara jauh melebihi Mataram. Tata suara keresek-keresek ga enak didenger. Langit-langit pendek, ga cocok bagi penderita klaustrofobia. Dan yang jelas, tidak ada nilai nostalgis seperti pada Mataram [ehem...]. Kesimpulannya, ini bioskop maksa banget masuk jaringan 21.
Filmnya keren! Semua tampak natural, dialog khas teen flick, dan monsternya keren untuk ukuran monster. Sayangnya, gara-gara telat dateng ketipu situs, gw melewatkan adegan putusnya kepala Patung Liberty. Total durasi dari gw duduk sampe film kelar adalah... 35 menit. Ah sudahlah, balik saja. Sebelum balik, gw pipis dulu. Dan ternyata, pintu ke arah toilet kehubung ama pintu ke Studio 3. Plus, ga ada petugas yang nungguin! Gw liat beberapa rekan penonton niat masuk ke Studio 3, tapi langsung keluar lagi. Mereka ogah nonton
Kun Faya Kun. Ya iyalah, kaya ada yang mau aja.
Studio 1 muterin
Tarix Jabrix, dan gw lebih ngerasa terganggu daripada terhibur ngeliat muka Tria Changcut. Dan ide buat ngeliat
Pocong Perssik bukanlah ide cemerlang. Pulang!!! Lega rasanya bisa keluar dari Palaguna, tanpa vertigo lagi. Udara di sekitar alun-alun jauh lebih segar dan bebas apek. Banyak barudak Bandung nongkrong di Alun-Alun, tapi kayaknya ga banget kalo gw nongkrong sendiri. Bisa-bisa ditawar tante girang. Gw langsung naik angkot Elang-Cicadas, dan untungnya dalam 20 menit gw nyampe di deket rumah. Secara masih setengah 7, mampirlah gw di warnet. Browsing
dikit soal Cloverfield, dan mengupdate gosip bersama
Queen of All Media.Besoknya, gw masih dendam. Pengen nonton film lagi! Sekarang Iron Man jadi pilihan, dan untungnya masih diputer di mana-mana. Studio 21 BIP jadi pilihan. Tapi kali ini gw yang bego. Seinget gw film maen 17-30. Begitu gw liat lagi, monyet, ternyata jam 16-50. Bangun tidur langsung buru-buru mandi. Jam 4 gw udah di pinggir jalan nungguin angkot di samping gerobak siomay. 5 menit, berlalu begitu saja. 10 menit, gak ada juga angkot jurusan Dago. 20 menit, Mamang Siomay mulai bersimpati 'Emang lama nunggunya, sabar aja Mas'. 30 menit, Mamang Siomay menyarankan gw nunggu di deket kantor aja, katanya lebih banyak lewat sana. Tapi mencapai Dago dalam 20 menit adalah mission: impossible, dan gw kadung pundung. Mending ganti lokasi mangkal. Abang Downey Jr, besok-besok gw nontonnya!
Tempat tujuan berikutnya diputuskan. Ke Bandung Trade Center, trus mo ke tempat yoghurt yang direkomendasikan Bapak Mak Nyus. Untungnya, angkot jurusan Sarijadi langsung dateng. Seperempat jam kemudian, gw nyampe di BTC. Keliling-keliling, beli barang-barang remeh temeh tapi penting [?]. Trus keluar, ke Odise, tempat yoghurt Perancis.
Tempatnya kecil, nyempil di antara BTC dan Yogya Dept. Store. Gw masuk, disambut kulkas berisi yoghurt, dan bungkus-bungkus makanan kecil di rak. Selain karena yang punya bule Perancis, gw ga tau kenapa namanya Odise French Yoghurt. Setau gw yoghurt di mana-mana mah sama aja. Mo yoghurt Rwanda, Guatemala ato Cisangkeuy, semuanya sama: asem. Tapi, berdasarkan petunjuk
Tetua Kuliner Bandung, Odise ini beda. Teksturnya mirip vla, dan asemnya pas. Hm.. Musti dicoba. Ada dua kemasan, cup 150 ml 4 ribuan, dan 1 liter [gw lupa harganya]. Ada juga yocktail (yoghurt cocktail), campuran yoghurt dan potongan buah. Gw pilih yoghurt vanilla dan blueberry buat dibawa pulang, ama es kapucino buat di jalan. Trus langsung pulang!
Di rumah, another DVD night. Kali ini nonton
John Travolta jadi emak-emak obese. Yoghurt Vanilla jadi teman nonton. Gw liat, kemasannya lucu. Font, warna dan tata letaknya bikin tampak mahal.

Dengan penuh ketegangan, gw buka tutupnya. Wangi Vanilla mulai kecium. Gw liat teksturnya emang lebih mirip vla daripada yoghurt biasa. Kentel, mirip eek bayi 7 hari yang kebanyakan minum susu. Haha, gak ding. Mirip Activia-nya Danone yang makanan surgawi ituh [Sori guys, di Jogja belum ada...].

Gw mulai sendok, masukin ke mulut. Lembut banget. Beberapa detik kemudian yoghurt lumer dan rasa asem menyebar. Asemnya lumayan kerasa, tapi wangi vanillanya enak banget. Sendok demi sendok, masuk ke mulut. Gw seperti ada dalam perjalanan ke Cloud 9 dan ga pengen balik. Kesimpulannya, ajaib. Honest to blog! Kayaknya Odise harus jadi tempat ibadah bagi para pemuja yoghurt....

Well, kekecewaan gara-gara bioskop ga mutu dan batal nonton Iron Man sedikit terobati dengan 150 ml yoghurt. Besok malemnya, gw coba my all-time-favorite flavor, blueberry sambil nonton
Sweeney Todd. Cukup mengejutkan, Vanillanya lebih enak. Blueberrynya kurang kerasa, dan asem kali asem, jadi asem kuadrat. Masih enakan blueberry milkshake-nya DiDyPi deket Kanisius Deresan. Yang jelas, masih ada banyak rasa untuk dicoba di Odise! Strawberry, anggur, jeruk, coklat, lychee, pisang, mocca, gw lupa apa lagi, pokoknya buanyak. Yang jelas jangan harap gw coba yang duren. Mending gw disuruh nonton lagi di Palaguna.
PS: gw baru liat FS-nya
Pak Bondan dan
Gwen. Penggemar B2 juga dia ternyata....